Kantin terlihat makin ramai, bahkan bisa di katakan beberapa murid yang lain memilih membeli jajanan depan sekolah dari pada harus berdesak-desakan seperti situasi saat ini.
"Lah kan rame"
"Lo si lama"
"Yakan gue kebelet pipis. Kalo gue tahan terus bablas berakhir ngompol apa ngga berabe."
"Halahh, alasan."
"Mata kau alasan, dah lah beli ke stand batagor mba Mina aja."
Kedua gadis itu pergi dan berjalan ke arah stand makanan bertulis "Batagor Mba Mina Cuansss".
"MBA MINAAA, BATAGOR 2 BIASA, PEDES KEK BIASANYA YAKKK" Teriak gadis berkuncir kuda, gadis lain yang berdiri tepat di sampingnya menggeleng dan menutup kedua telinganya.
Tak
"A, sakit bego. Napa lu jitak gue?!"
"Berisik, dahlah gue mau nyari meja." Gadis berkuncir kuda mendengus, dan gadis lainnya mulai menajamkan matanya untuk mencari meja kosong.
"Noh, di meja 28 kosong."
"Pala kau kosong, ada orangnya itu!" Mengabaikan ocehan temannya, gadis berambut panjang sebahu membawa langkahnya ke meja bernomor 28.
Tinggal beberapa langkah lagi, terdengar kebisingan dari arah lain.
PRANGG
Terlihat seorang gadis berkepang dua dengan kaca mata dan penampilan yang bisa di bilang emm cupu, kini terduduk di lantai, seragam yang sedikit basah, dan beberapa noda dari makanan yang tumpah.
"Heh cupu, Lo itu kalo jalan lihat depan jangan malah nunduk terus!"
"M-maaf, aku ngga sengaja. Juga k-kamu yang nabrak aku."
"Gue? Nabrak lo? Ngga ada kerjaan banget, jelas-jelas lo aja yang jalannya nunduk." Sewot gadis berambut cokelat.
"Lagian, di lantai ada apan si." Saut gadis berambut hitam berbando.
"Sekarang, gue minta lo gantiin makanan gue yang terbuang sia-sia itu."
"T-tapi makanan a-aku juga tumpah. Ka-kamu juga salah, bukan aku doang"
PLAKK
"Njel,"
"Apa, ngelunjak ni anak malama. Dia yang salah, malah ngelimpahin kesalahan ke orang lain."
Melihat apa yang terjadi, tentu saja membuat semua murid yang berada di kantin kaget.
Gadis yang baru saja menampar gadis lainnya bisa di bilang tidak sayang nyawa.
"Gila si anjel. Berani banget nampar Tina."
"Fix, ngga sayang nyawa dia."
"Behhh tontonan gratis"
"Gue yakin bentar lagi bakal ada yang ngamuk."
1
2
3
"SIALAN! apa-apaan lo nampar gue!!"
"Punya nyawa berapa lo?!" Mendengar itu, anjel tersenyum.
"Satu, tapi bagi gue nyawa ngga seberapa sama sikap kemanusiaan."
Gadis berambut cokelat yang akrab di panggil Tina, seorang gadis dengan sifat kuasa dan seenaknya. Dia mempunyai kuasa di sekolah ini. Yah, anak dari salah satu donatur.
Berbeda dengan situasi di depan sana.
Terlihat gadis lain yang berada di pojok kantin tersenyum miring.
Ingin sekali dia tertawa, tapi tidak. Dia pasti akan di anggap gila.
Bukankah, kegilaannya memang akan di mulai?
"Ahh, lucu sekali." Mengabaikan apa yang terjadi, Aura memutuskan untuk pergi dari area kantin.
Saat sudah meninggalkan area kantin, aura berpapasan dengan beberapa murid lainnya yang bisa di lihat seperti satu kelompok yang lumayan mempunyai kuasa di sekolah ini.
Acuh tak acuh, itulah sifat yang aura tunjukan. Tidak menatap mereka, bahkan meliriknya saja tidak.
Berbeda dengan satu pria, yang menatap ke arah Aura dengan heran.
"Aurel?"
Jauh di belahan bumi lain, terlihat seorang pria remaja tampak marah ke arah pria tua di depannya.
"Papah ngga bilang, kalo Kak Rara ke indo!"
"Ini semua kemauannya, dan kamu juga ada study outside school, right?"
"Ck, menyebalkan."
"Lalu, apa yang kamu mau boy?"
"Menyusulnya" Sautnya dengan senyuman, namun senyuman itu hilang setelah mendengar apa yang sang Papah katakan.
"Jika tak sayang nyawa, silakan."
Di saat bersamaan, pintu ruangan terbuka dan menampilkan seorang pria tampan.
"Ada apa?" Tanya sang Papah.
"Ada yang mau aku omongin sama ni anak Pah," Setelahnya Brian, menjewer kerah baju pria remaja di depannya.
"Woy bang, gue ngga bisa napas!"
"Bukannya lo emang ngga sayang nyawa, cil?"
"Bacot,"
TBC!
Jangan lupa vote, komen and follow
See you next chapter selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK (THE END!)
Teen FictionRank: # 1 - bunuh diri (20 Desember 2023) # 1 - pembalasan (16 Mei 2024) # 2 - dendam (20 Mei 2024) # 3 - misteri (7 Juli 2024) Kedatangannya bagai bom waktu, terutama untuk mereka yang menjadi dalang dari kematian gadis itu. Aura Bercly Alexander...