XXXII

8.2K 322 12
                                    

Aura menatap ke arah meja belajar yang terdapat tiga tangkai mawar yang mulai mengering.

Menelisik jauh ke beberapa bulan yang lalu.

Seorang wanita menghentikan mobilnya tepat di depan pedagang bunga pinggir jalan.

Sang wanita keluar dari dalam mobil, membuat wanita lain yang berada di dalam mobil menaikkan satu alisnya.

"Ngapain dia?" Wanita itu ikut keluar dan menghampiri wanita satunya.

"Beli apa?"

"Beli martabak, liat kan ini dagang apaan?!"

"Ck, terserah."

"Emm, menurut lu bagusan yang mana?" Tanya wanita itu menunjukan empat tangkai bunga mawar berbeda warna.

Menatap ke empat mawar berbeda warna: merah, putih, kuning dan pink bersemu putih secara bersamaan.

"Hitam." Ucapnya.

Wanita di depannya memutar bola mata malas "Ngga ada warna hitam, Ro."

"Emang, yang bilang ada siapa."

"Cih, terserah! Salah nanya gue." Sang wanita kembali menatap ke empat mawar berbeda warna itu.

Di saat bersamaan, wanita satunya mendapat panggilan telepon.

"Mba, mau tiga mawarnya ya"

"Yang warna apa mba?" Wanita itu tampak berpikir lagi.

"Emm, merah dua sama putih satu. Jadiin satu warp aja mba."

"Oke mba, sebentar ya."

Setelah menunggu beberapa menit, mba penjual memberikan bunga pesanan ke arah wanita itu.

"Ini mba bunganya"

"Jadi berapa mba?"

"35rb mba"

Sang wanita memberikan selembar uang berwarna merah dan berjalan pergi.

"Mba, ini kembaliannya."

Menengok ke arah mba penjual bunga dan tersenyum "Buat mba aja"

Meninggalkan lapak penjual bunga dan kembali berjalan menuju mobilnya.

Sesampainya di mobil, wanita yang masih menelpon menengok ke arahnya.

"Selesaikan tugas kalian." Menutup panggilan telepon dan berjalan mendekat ke arah wanita yang memegang bunga.

Saat melihat bunga yang di pegang wanita itu, dia menaikan satu alisnya. "Yang satu ko warna putih?"

"Iya, soalnya dia kan suci ngga kaya lu banyak dosanya."

"Hah, maksudnya?"

Wanita yang memegang bunga membuang nafasnya kasar.

"Putih itu kan bersih kaya dia, sedangkan merah itu pemberani kaya gue hahhaa"

"Terus maksud lu, satunya lagi merah karena banyak dosa dan itu melambangkan gue?"

"Wahh Rora pintar hahaha"

"Sialan ni anak, kalo di masukin ke kandang Yoha kayaknya seru."

"Anjing! Ngga ada yaa, Yoha baperan, ke injek buntutnya doang langsung mau nerkam gue."

"Iya itu sih derita lu."

Setelah memperebutkan hal yang tak berfaedah keduanya kembali masuk ke dalam mobil.

Selama di perjalanan, hanya ada ocehan random dari wanita yang bisa di panggil Rara.

"Rora"

"Apa!"

BACK (THE END!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang