|20|

482 33 4
                                    


Pagi ini dengan rasa malas Zhan pergi ke kampusnya. Ia mengharapkan Yibo akan memberikannya surprise dan berharap kepergian Yibo selama berhari-hari ini dikarenakan ia yang telah menyiapkan surprise untuk Zhan. Namun itu hanyalah sebatas harapan.

Zhan memasang wajah murung dan mata yang mengutarakan kesedihan. Hien menyadari Zhan tengah bersedih dan berniat untuk mengalihkannya lagi.

"Kenapa kamu murung? Wajahmu terlihat jelek"

"Hm, aku memang jelek" jawab Zhan singkat tidak membalas candaan Hien sembari menaiki motor Hien

"Eh? Tidak berhasil?" Batin Hien heran

"Bukan begitu, maksudku mulutku yang jelek"

"Aku tidak ingin bercanda"  ucap Zhan dengan nada serius membuat Hien seketika tidak bisa berkutik takut.

"Mungkin Zhan membutuhkan waktu sendiri" pikir Hien dan menancapkan gas motornya menuju kampus Zhan. Di perjalanan hanya terdengar suara kendaraan tidak terdengar perbincangan di antara mereka.

Sesampainya di kampus, Zhan tersenyum tipis pada Hien seakan mengucapkan terima kasih. Karena seperti yang Hien katakan waktu itu, Zhan tidak boleh berterima kasih padanya, jadi Zhan hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih dalam hati.

Hien membalas senyuman Zhan dengan mengangguk. Lalu Zhan berjalan pergi menuju ruanganya. Zhan melewati lorong dengan memasang wajah juteknya.

"Kakak Zhan!! Selamat ulang tahun!!" Ucap salah satu siswa di sana antusias sembari tersenyum lebar.

Zhan hanya membalasnya dengan senyuman sembari menganggukkan kepalanya.

"Apa yang terjadi dengan kakak Zhan?"
"Aku tidak tau"

"Apakah kakak Zhan sedang ada masalah?"
"Kau tanyakan pada ibunya"

Semua siswa dan siswi terheran-heran melihat sikap Zhan yang berubah drastis dari sebelumnya.

Zhan kembali melangkahkan kakinya dan berhenti saat ada wanita yang menghampirinya.

Dengan tersenyum wanita tersebut memberikan kotak hadiah berukuran sedang kepada Zhan. Zhan menaikkan kedua alisnya seakan bertanya.

"Selamat ulang tahun kakak Zhan" ucap wanita tersebut dan berlalu pergi.

Zhan tak sempat mengucapkan terima kasih karena wanita tersebut berlari meninggalkannya.

Zhan kembali melangkahkan kakinya menuju ruanganya dan di perjalanan ia selalu diberikan hadiah-hadiah oleh muridnya. Hadiah tersebut sama sekali tidak membuat Zhan bahagia. Ia hanya membutuhkan Yibo.

Dan selama mengajar Zhan sama sekali tidak memperlihatkan raut wajah bahagia melainkan raut wajah kecewa. Matanya yang dulu selalu membulat dan berbinar kini berubah menjadi mata yang dingin dan tajam. Dulu yang selalu terukir senyuman di bibirnya tanpa adanya sebab kini bahkan tak tersenyum bahkan adanya sebab. Dulu yang selalu memiliki topik berbicara kini ia jarang mengeluarkan suaranya. Dirinya yang dulu diangggap ramah kini berubah.

~•°•°•°•°•°•°•°•~

Gedung yang telah dipesan oleh Yun kini sedang dihias dengan indah, lampu warna emas yang terang benderang. Kursi tamu yang tertata rapi, kursi pengantin yang dihias cantik. Hiasan yang mewah. Tentu saja mewah, harganya tidak main-main.

"Tuan, sebentar lagi acaranya akan dimulai" ucap Yun khawatir melihat kondisi Yibo yang masih menangis.

Yibo mengangguk dan memaksa diri untuk tidak mengeluarkan air mata. Ia mengusap wajahnya. Matanya terlihat merah dan sembab.

The End Of Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang