Chapter 22

2.3K 175 6
                                    

"Aku tidak akan memaafkan siapapun yang telah berbuat seperti ini pada adikku!"

Warning typo!
___________________
________________
____________
_________
______

Tengah malam.

Rumah ini sepi. Tinggallah hali, solar, gempa dan duri dirumah. Taufan menghilang serta blaze dan ice belum juga kembali. Membuat kakak ketiga nya khawatir berlebihan.

"Udah gem jangan mondar-mandir, cape aku liat nya" kata hali menarik lengan gempa agar berhenti berjalan kesana-kemari.

"Tapi gempa cemas kak..gempa takut sesuatu terjadi.." kata gempa gemetar lalu duduk disofa bersama hali.

Sedangkan solar tertidur di pundak halilintar. Kemudian hali menarik kepala gempa agar bersandar di pundaknya juga.

"Ini udah malam, tidur sana" kata hali menyuruh gempa untuk istirahat.

"Engga kak, aku mau cari mereka.. Gempa takut terjadi sesuatu.." kata gempa mencoba berdiri tetapi dengan cepat dihentikan halilintar.

"Jangan bandel gempa! Sudah kamu tidur saja" kata hali dengan tegas, jelas tidak ingin menerima alasan atau tolakan apapun.

Akhirnya gempa pasrah dan mulai menggendong solar ke pundaknya, lalu pergi tidur ke kamarnya.

Halilintar mulai beranjak dari sofa dan pergi ke kamar mandi, menutup pintu lalu dia menatap ke cermin kamar mandi.

"Kenapa kau lakukan itu dasar anak bajingan!"

"Mama...hiks...mama!!"

"Pergi kau kakak pembunuh! Harusnya aku tidak punya kakak pembunuh seperti mu!"

"Hiks...huaaaa Mama...!!"

"Kau tidak pantas menjadi kakak!"

Semua kata-kata dari masa lalu mulai berputar di kepala halilintar. Tak sadar air matanya menetes dari pelupuk matanya. Tangannya mencengkeram pinggir wastafel.

"Payah! Halilintar bodoh! Kenapa kau mau dilahirkan menjadi kakak tertua!? Kenapa!" Maki halilintar kepada dirinya sendiri. Dia tidak menyalah kan keadaan, tetapi kepada dirinya sendiri. Jika dulu dia bukan anak pertama, mungkin dia bisa bahagia dan bebas seperti kembaran yang lainnya.

Setelah beberapa menit di dalam kamar mandi, akhirnya hali keluar dengan wajah yang basah, sengaja dia mencuci muka agar tidak kelihatan habis menangis.

Halilintar meraih topi dan masker dibelakang pintu, lalu dia pakai. Kemudian dia meraih kunci pintu, untuk mengunci pintu selagi dia pergi.

Saat membuka pintu, terlihat kedua manusia yang membuat gempa khawatir berjalan ditengah kegelapan malam. Mereka membawa satu kantong plastik dan beberapa buku.

"Kalian darimana? Kenapa baru pulang?" Tanya hali dengan pelan.

"Bukan urusan Lo! Mending Lo urusin aja adek bocil Lo itu! Ga usah Lo urusin hidup gua!" Kata blaze nyolot lalu masuk dengan cepat tanpa menatap sang kakak.

I'm Tired! Angst Halilintar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang