Chapter 20

2.5K 171 14
                                    

"kali ini kita akan berkerja sama ."

Warning typo!
_______________
____________
_________
______
___

POV blaze.

Setelah meninggalkan sekolah, aku berjalan menyusuri kota, aku mencari taufan kesegala tempat. Tapi tidak kunjung menemukan nya.

Kini panas nya hari telah ku rasakan, kulihat sudah jam 10.01 pagi. Aku akhirnya duduk di taman kota. Aku mengecek ponselku berharap taufan menghubungi ku, tapi tak kunjung kudapatkan notifikasi itu.

Kalian hanya tau sifat badboyku. Tapi sebenarnya aku orangnya tidak tegaan. Aku tidak bisa melihat orang lain terluka, hanya saja aku tidak mau terlihat seperti itu didepan siapapun. Nakal? Bandel, suka membully? Itu kesenangan tersendiri untuk ku.

Saat masih melamun, aku melihat seseorang remaja sebayaku berdiri di halte, aku seperti mengenali sesosok itu. Kuputuskan untuk mendekat, tetapi segera dia masuk ke taksi yang tiba-tiba datang.

Kulihat rambutnya yang beterbangan, dan kacamata bulatnya! Astaga itu Andrian! Dia mau kemana? Pikirku.

Segera aku mencari taksi dan aku sudah mengorder nya dengan cepat. Alasan aku tidak pakai mobil sendiri? Karna kuncinya di pegang oleh kak gempa.

Taksi itu sampai dan aku segera naik.

"Pak! Balap pak! Kearah sana!" Tunjukku ke depan dan aku terdengar mendesak.

Kini bapak itu mulai berkendara dengan cepat, dan tak lama aku melihat taksi yang dinaiki Andrian tak jauh dari taksi ini. Saat hampir dekat, tiba-tiba saja lampu lalu lintas berubah dari warna hijau menjadi merah.

"Sial!! Terlepas Lo!" Aku menarik rambutku frustasi karna tidak bisa mengejar mobil itu. Aku menghela nafas lelah. Akhirnya aku mencari ke tempat lain karna jejak Andrian menghilang.

POV solar.

Aku sudah bermain semampuku, kebetulan aku dan taufan memiliki hobi bermain skateboard. Dulu aku juga sering berlatih dengan taufan, tetapi karna taufan lebih baik jadi aku berhenti main skateboard.

Aku berhasil melewati babak final, dan aku mendapat juara ke dua. Ya juara satunya adalah sekolah bunga bangsa. Aku tidak memperdulikan aku menang atau kalah, yang terpenting aku menyelamatkan pertandingan taufan.

Setelah pertandingan aku dihampiri oleh kak hali dan kak gempa. Mereka sangat bahagia karena aku bisa main skateboard. Tentu saja aku langsung sombong didepan mereka.

Setelah tertawa dan berbincang-bincang akhirnya aku dan kedua kakak ku ke uks. Kami ingin melihat kak ice disana. Kubuka pintu uks itu, lalu aku masuk bersama kakakku yang lain. Ice menatapku dengan mata lesu.

POV end.

"Terimakasih solar, aku tidak tau bagaimana aku tanpa mu.." kata ice lirih. Membuat ketiga kembaran nya tercengang.

"Loh ice? Kukira taufan tadi, pantas saja tidak bisa main skateboard ternyata bukan taufan" kata gempa membuat ice cemberut.

"Kemana taufan ice? Kata blaze tadi taufan sudah pergi lebih awal, kenapa malah kau yang main?" Kata hali yang membuat ice terdiam.

I'm Tired! Angst Halilintar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang