The Duke's dove

12.6K 1.1K 60
                                    



🥀🥀🥀

Menumpahkan air mata setara dengan melempar harga diri pada sebidang tanah tanpa tuan. Sang pangeran dari kerajaan timur hanya mampu terdiam dengan hati bergetar saat kedua tangannya dicengkeram kasar prajurit dari kekaisaran barat.

Tak luput dari pandangnya, sang Duke terhormat yang berdiri menjulang dengan tatap bengis saat akhirnya seluruh keturunan kerajaan timur kalah di bawah kaki, "ingin mengucapkan salam perpisahan dengan keponakanmu Pangeran?"

Feromon gelisahnya sejak tadi menguar kuat, para prajurit merasakannya. Bahkan sang keponakan mulai menggeliat tak nyaman di dekapan sang Duke.

Jake menjatuhkan pandang pada tanah kelahirannya, mulut itu kelu.

"Aku akan membuang bayi ini ke jurang. Pedangku terlalu tajam."

"JANGAN!" Teriaknya. Kaki itu sontak bersimpuh, tak kuasa menahan diri. "Ku mohon jangan bunuh keponakanku."

"Dan membiarkan darah kerajaan timur tumbuh kemudian membalaskan dendamnya dikemudian hari?" Ia bersimpuh di depan sang pangeran, sengaja menunjukkan bayi mungil yang kini sudah membuka mata. Hanya berkedip polos menatap asing orang-orang disana.

Heeseung kembali bersuara setelah puas menatap raut pilu sang Pangeran, "menyerahlah."

Langkah tegapnya menuju bibir jurang, netra tajamnya menghunus Jake dari sudut kelopak. Membiarkan Jake meraung pilu menyaksikan punggung kekar berbalut jubah itu hendak membuang keponakannya di penghujung hari.

Angin kencang menghembus, feromon gelisah sang pangeran berubah menjadi feromon marah. Amarah mengumpul, tiap inci darahnya mendidih. Kulit seputih kanvas terasa terbakar sampai belenggunya melepaskan diri.

Sudut bibir sang Duke terangkat samar lantas melempar raga cucu kerajaan timur tepat saat Jake melesat menyerangnya.

"TIDAAAAK!" Nafasnya menderu dengan jantung bergemuruh. Telak air mata jatuh di bawah kaki. Jake menatap keponakannya terlempar tanpa belas kasih ke jurang.

Tubuhnya langsung bereaksi lepas kendali, Jake meraung-raung, tanpa sadar membakar banyak titik di hutan. Kekuarannya keluar tanpa ia sadari, melempar percikan api dari satu titik ke titik lain hingga menghanguskan tepian jurang.

Sang Duke melihatnya, menatap para prajurit berusaha menghindar dari amukan Jake. Sang pangeran kehilangan jati diri, dia berteriak marah, melesat mencekik sang Duke dengan amarah menguar.

Mata merah itu tumpah ruah, menatap benci wajah pongah sang Duke terhormat, "beraninya kau membunuh keponakanku. Aku akan membunuhmu!"

Cekikan itu menguat, Jake merasa ada yang salah. Sang Duke hanya diam menikmati sebelum feromonnya menguar. Menyelimuti tubuh Jake yang hilang kendali sebelum tubuh itu jatuh ke tanah dengan kerasnya setelah cekikan terlepas.

Tanpa sadar dia menghirup feromon sang Duke terlalu banyak. Membuat dadanya sesak dengan rasa terbakar di leher. Jake kembali meraung tanpa suara sebelum sadarnya hilang tertelan malam.

Begitupun para prajurit yang kini tewas akibat ulah sang Duke.

🥀🥀🥀

Kamar dengan ukiran kuno di setiap dindingnya terdengar senyap. Rongga yang menghias samar pada sisi jendela menghantar pantulan cahaya dari rembulan malam.

Kasur dengan ornamen kayu berbantalkan bulu domba terasa sangat nyaman ditiduri. Ini bukan hal baru, rasa ini sudah melekat sejak dia lahir di dunia. Hanya, dia tidak mengerti. Bukankah seharusnya dia menyatu dengan tanah?

Enigma From The WestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang