A—yo rakyat Eythora yang terhormat.
🥀
🥀🥀Deburan ombak laut Aya terdengar lebih tenang sejak pagi. Setelah semalaman kapal digempur ombak besar, akhirnya mereka bisa lebih tenang saat matahari mulai naik.
Tubuh tinggi dalam balutan jas hitam dengan hiasan merah terang bak tali yang melingkari lengan kiri begitu sempurna dengan topi fiddler hitam berhiaskan mawar merah sebagai lambangnya. Berdiri di tepi kapal dengan kedua tangan dalam saku celana, membiarkan tanda pangkat di kedua pundaknya terpampang angkuh.
Duke Heeseung Athurian menyipitkan netra jelaga guna memastikan rute mereka, "putar arah ke timur."
Mereka tidak bertanya, Lady Ryu segera memerintahkan sang nahkoda. Menyisahkan Lady Karina yang berdiri tak jauh dari sana, "dari dulu perjalanan menuju Thoosa tidak pernah mudah. Tetapi sepertinya kau menemukan rute yang lebih dekat."
Ia menyugar rambutnya ke belakang, boots tinggi itu membalut kaki jenjangnya dengan baju ketat dan zipper dimana-mana seakan sang Lady memang terlampau siap jika harus mengayunkan pedang bersama sang Duke.
"Tidak ada bajak laut kan?"
"Tidak ada. Mereka berlayar di laut timur." Sunoo D'Windsor berjalan sembari memakan apel merah. Ia menyibak jubahnya sebelum duduk di atas kotak kayu, "mereka sudah menerima kabar kedatanganmu dan menyiapkan belasan penjaga. Kau benar, perang bisa terjadi kapan saja."
Netra ambernya menelisik punggung tegap Enigma dari barat. Tanda pangkat itu jelas mendeklarasikan bahwa sosoknya tengah berdiri sebagai kapten kapal. Bendera kekaisaran barat berkibar di tiang, ia datang bukan sebagai Duke Eythora.
Netranya masih betah menikmati lautan. Matahari kian terik, memantulkan birunya laut pada pandang Enigma. Menciptakan bayangan semu dari manik milik La Soren Athurian.
"Berapa awak kapal kita saat ini?" Tanyanya.
"Lima belas."
Menurunkan topinya hingga nyaris menutupi mata, ia kemudian memasuki ruangannya, "pastikan situasi terkendali."
🥀🥀🥀
"Semuanya sudah membaik berkat Duke Heeseung Athurian. Hutan juga terasa jauh lebih aman dan subur, orang-orang tidak kekurangan pangan dan pedagang tidak perlu menjual dengan harga mahal."
Jake mendengar dengan seksama, meski pening mulai melanda tetapi penjelasan Mirea tentang kondisi wilayah selatan dari Eythora ini harus ia dengar sebelum memutuskan turun lapangan dan meraba keadaan dengan pandang, rungu dan keputusannya sendiri.
"Duke Heeseung belum menetapkan jumlah pajaknya, untuk sementara kami hanya diwajibkan melapor dengan pajak yang masih berlaku."
"Maaf," Jungwon langsung geregetan. "Maksudmu pajak 80% itu?"
Mereka tidak berharap Omega di depan mengangguk tetapi Mirea mengangguk pelan sembari menuangkan teh. Omega itu meringis, "kami mewajarkan hal itu, Tuan. Aturan baru bisa menyusul, kami tahu semuanya butuh waktu."
Benar, semuanya butuh waktu. Terlebih pemerintahan bobrok di Eythora terbilang sangat keterlaluan, sekarang Jake Eloise yang harus bertanggungjawab memperbaiki dan mengembalikan kemakmuran wilayah.
Ia akan mengingat hal ini, aturan pajak harus segera dibuat sebelum rakyat protes kembali. Mengingatnya membuat kerongkongan Jake kering, ia meraih teh di meja, "apa ada masalah lain?"
"Selebihnya tidak ada. Ah.... Aku tidak tahu ini benar atau salah. Maafkan aku Tuan, tetapi aku mendengar pembangunan sempat terhambat dan beberapa orang mempertanyakan apakah pajak itu benar-benar sampai di tangan Duke Heeseung atau tidak." Ia segera menunduk dengan raut gelisah. Begitu lancang ia melaporkan permasalahan rakyat dengan kesan bahwa mereka tidak mempercayai antek-antek sang Duke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma From The West
FantasiTeori klasik dari benci, kekuasaan, permusuhan, balas dendam, kebebasan, dan cinta. Tapi tidak ada yang percaya pada syair terakhirnya. HEEJAKE FANFICTION Warning(s) contain: 18+ , Malexmale , Fantasy , Omegaverse , Historical , Drama , Mpreg , Age...