A Transient Freedom

8.7K 996 111
                                    




🥀🥀🥀


Ini sudah hari ke empat setelah Jake menyelesaikan hukumannya menanam bibit mawar merah di taman paviliun barat. Selama itu pula dia tidak bertemu dengan siapapun kecuali pelayan yang bergantian menyiapkan pakaian dan makanan.

Selama empat hari inipun Jake memilih menjadi penurut yang membosankan. Ia hanya diizinkan keluar kamar dan berkeliling taman menatap berbagai macam bunga milik Duke Heeseung.

Kepalanya juga buntu, Jake tidak bisa berpikir jernih untuk melarikan diri sebab rasa takutnya jauh lebih besar ditambah sudah banyak sekali orang yang memberinya petuah untuk tidak melawan sang Duke.

"Memangnya dia sehebat apa sih?" Pekiknya tanpa sadar. Ia menatap tajam dua pelayan yang sejak tadi mengawasinya. Harus Jake akui, seragam pelayan di kekaisaran tampak sangat rapi jika di istana. Sebuah tuxedo hitam dengan jubah setengah badan yang menjuntai di pundak kiri berwarna cokelat bagi pelayanan lelaki dan gaun panjang berwarna cokelat tua dengan korset hitam di atasnya bagi pelayan perempuan.

Jake jadi penasaran, siapa pencetus pakaian-pakaian ini. Pantas saja para petinggi kekaisaran begitu menawan saat dilihat-lihat. Benar-benar kekaisaran negeri dongeng.

Mungkin ini alasan kenapa sebagai tahanan, ia mendapat pelayanan yang cukup baik. Bahkan semua pakaian yang ia kenakan lebih cocok dipakai oleh tamu dari pada tahanan. Ia masih penasaran alasan Duke Heeseung menahannya disini.

"Moongoddes, aku bosan sekali!" Rasa sedih atas kepergian seluruh keluarganya sudah nyaris terlupakan. Terkikis oleh rasa jengkel Jake atas terpenjaranya ia di kekaisaran barat. Ia duduk di tepi sungai, mengabaikan celana abu dengan rompi senada yang membungkus tubuhnya kotor. "Omong-omong, kemana Sunoo?"

Masih tidak ada jawaban. Jake jengah sekali. Ia melirik tajam dua pelayan laki-laki disana hingga suara Alphanya keluar, "kemana Omega Sunoo?"

"Kami tidak tahu, Tuan. Tuan Sunoo hanya datang ketika Duke Heeseung memanggilnya."

"Dia tidak tinggal di istana?"

"Tidak, Tuan. Dia milik Duke Heeseung."

"Apa maksudmu?" Ia berdehem sesaat. Melembutkan suaranya kembali. "Apa dia mate Duke Heeseung? Tapi aku masih mencium aromanya samar-samar."

Dua pelayanan disana saling tatap sebelum menjawab, "Tuan Sunoo adalah pelayan pribadi Duke Heeseung."

"Sedekat itu? Tapi kenapa Sunoo tidak bersama Duke Heeseung setiap waktu?" Gumamnya menerawang. Ada banyak sekali hal yang belum Jake pelajari tentang kerajaan, lagipula Jake bukan putra Mahkota yang akan naik tahta. Ayahnya lebih banyak membebaskan Jake berbuat semaunya, menjadikan Jake pribadi yang sedikit lebih manja alih-alih seorang Alpha yang siap diturunkan di medan perang.

Waktu itu, Jake sama sekali tidak menduga jika ia harus turun ke medan perang untuk kali pertama. Sang Ayah terpaksa melepaskan Pangeran bungsu karena pertahanan istana kian melemah. Meski mendapat pertentangan hebat dari dua kakaknya, namun Jake yang mendengar perintah sang Ayah tanpa banyak bicara langsung berlari ke barisan terdepan. Melupakan bahwa sang jenderal yang saat itu di pegang oleh Pangeran kedua sudah meneriakkan namanya dengan frustasi.

"Aku bahkan belum lulus ujian pedang." Sekarang Jake menyesal karena tidak menuruti nasehat sang kakak untuk ikut latihan bersama prajurit. Sebagai seorang Alpha, Jake mengaku dirinya tidak berguna.

"Kemampuan pedangmu sudah cukup mahir, Pangeran."

Jake menatap sinis asal suara yang baru saja mengganggu ketenangannya. Memilih untuk melempar kerikil hingga menciptakan bulatan menyebar pada permukaan sungai.

Enigma From The WestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang