Memutuskan berubah karena kondisinya hingga dicap sebagai penjahat. Perlahan semua teman yang dianggapnya baik terasa berubah. Namun, tidak ada yang tau seberapa besar resiko yang harus dirinya tanggung. Berada dalam situasi yang tidak mendukung untuk memberi sebuah penjelasan membuatnya semakin terasing oleh orang sekitarnya.
"Jadi kau akan meninggalkan orang-orang itu tanpa pemberitahuan?"
"Ya, dengan begitu mereka tidak harus terbebani akan kondisiku."
"Mereka mungkin akan menganggapmu egois?"
"Aku tau, tapi rasanya mereka tidak akan mendengarkan ku. Mengenal mereka selama hampir empat tahun nyatanya tidak membuatku berhenti meragu. Kau tau, terkadang aku merasa mereka sangat asing."
"Aku mengerti, tapi apa mereka tidak pernah mempertanyakan perubahanmu?"
"Aku tidak begitu yakin, rasanya mereka pernah sedikit menyinggung hal itu tapi..."
"Baiklah, aku paham. Lalu bagaimana dengan orang itu?"
"Orang itu?"
"Iya, sosok yang pernah mengantarmu itu."
"Aku tidak punya hubungan apapun dengannya. Kami hanya sekedar saling kenal tanpa interaksi lebih. Hari itu dia mengantarku karena jemputanku terlambat. Dia kebetulan lewat dan menolongku."
"Kau yakin? Aku melihatmu cukup mengaguminya atau mungkin kau suka dengannya?"
"Hm, aku hanya kagum akan kemampuan dan kecerdasannya."
"Waier, aku beritahu karena sepertinya kau tidak tahu. Orang itu punya tatapan berbeda terhadapmu untuk ukuran orang yang tidak akrab denganmu. Terkadang sifat bodoh amatmu membuatmu tidak sadar akan apa yang terjadi." Ucap Hyorin yang sebenarnya setelan pabriknya juga sebagai orang tidak peka.
"Hm, mungkin tatapan itu dia tujukan untukku yang menjijikan."
"Waier!!! Berhentilah merendahkan dirimu. Kau benar-benar tidak mengerti? Tatapannya sama sekali tidak menunjukkan rasa jijik." Geram Hyorin pada sahabat masa kecilnya sekaligus sepupunya itu.
"Maaf, aku hanya tidak ingin berharap lebih akan suatu kebaikan. Kau lebih paham seberapa menyakitkannya itu untukku hingga aku terkadang berada diambang kematian." Ucap Waier dengan seulas senyum tulusnya yang terlihat menyedihkan hingga tanpa sadar ia kembali meneteskan air mata.
"Hiks hiks... huuwah, kau harus tanggung jawab karena membuatku ikut menangis."
Keduanya menangis cukup lama sebelum akhirnya Waier melanjutkan mengemasi barang-barangnya yang dibantu oleh Hyorin sampai akhirnya orang tua Waier dan Hyorin mendatangi mereka.
"Apa kamu tidak berminat mengubah keputusanmu dan memberitahu temanmu sayang?" Tanya Weia, Mami Waier.
"Tidak Mi, aku merasa tidak nyaman untuk itu. Jadi bisakah Mami, Papi, Uncle, dan Aunty merahasiakannya?"
"Baiklah sayang, kami semua akan merahasiakannya." Ucap Weia sambil memeluk sang putri. Ada perasaan tidak rela di hati Weia untuk berpisah dengan putrinya itu walaupun ia tau itu hanya untuk sementara waktu dan demi pemulihan putrinya.
"Tenanglah sayang, Aunty juga akan merahasiakannya jadi baik-baiklah di sana dan jangan lupa sering-sering mengabari kami disini." Tambah Hyona, mami Hyorin sekaligus aunty Waier.
"Merahasiakan apa sayang?" Tanya Uncle Kean ke istrinya yang datang bersama Papi Noven a.k.a Papi Waier yang langsung memeluk istrinya. Huh... Dasar bapak-bapak bucin istri.
"Itu loh sayang, masalah keberangkatan Waier ke Singapur dari temen-temennya." Jawab Aunty Hyorin seraya melihat ke suaminya yang tengah memeluknya dari samping.
Waier dan Hyorin hanya bisa saling tatap dangan pemikiran yang nampak jelas dari wajah keduanya. Motto Perbucinan Papi keduanya langsung tergiang-ngian di kepala.
"Kapanpun dan dimanapun mata harus tertuju ke istri dengan micin bucin."
"Huff... Gini amat dah jadi anak." Ucap Waier dan Hyorin kompak.
"Kalian kenapa?" Tanya Papi Noven dengan muka watadosnya.
"Gak kok Pi/Uncle!" jawab Waier dan Hyorin kompak.
"Ohh, kalau begitu ayo berangkat." Putus Papi Noven yang dianggukin semua orang.
🍁🍁🍁
"Hati-hati sayang" Ujar Mami Weia sambil memeluk putrinya penuh sayang.
"Yakin tidak mau kami antar sayang?" Tanya Papi Noven memastikan kemudian bergantian memeluk putrinya itu. Ia memang terkesan dingin, namun untuk istri dan anak-anaknya sikap itu entah menguap kemana dan berganti menjadi sikap manis meskipun kadang menjengkelkan dimata putra dan putrinya itu.
"Yakin Pi, lagian Papi kan udah ngatur semuanya." Senyum Waier menenangkan ke arah Papinya itu. Ia tau seberapa besar Papinya menjaga dan mengkhawatirkan dirinya.
"Papi udah ih, sekarang giliran Navean yang pengen meluk kakak."
"Hm"
Navean kemudian memeluk Kakaknya seakan tidak rela berpisah dengan sang kakak. Hubungan mereka yang begitu dekat tentu membuat perasaan tidak rela di hati remaja itu.
"Kakak, bisakah aku pindah dan menemanimu di sana? Aku takut seseorang mungkin akan mengganggumu."
"Hey, Kakak pasti akan baik-baik saja. Papi pasti telah menempatkan pelindung untuk kakak jadi tenanglah bocah kecil."
"Aku bukan bocah kecil!!! Aku kan sudah 17 tahun." Teriak Navean
Hahaha... Baiklah Adikku tersayang." Ucap Waier dengan mengusap kepala adiknya.
Selesai mengucapkan salam perpisahan dengan kedua orang tua dan adiknya, Waier kemudian beralih ke aunty dan unclenya hingga ke Hyorin dan kakak Hyorin, Kevan yang tentunya dengan ucapan yang tidak jauh berbeda dari orang tua dan adiknya itu.
🍁🍁🍁
Tanpa Waier sadari seseorang kini tengah frustasi karena dirinya.
"Sial... Gadis kecil ini, mengapa nomor ponsel tidak aktif sedari dua hari lalu. Harusnya lebih waspada dan mengatur sistem pelacakan untuknya."
Puas memaki kecerobohannya, sosok misterius itu kemudian mengambil ponsel dan menghubungi asistennya.
"Dalam waktu satu jam, kirimkan informasi detail gadisku." Ucapnya begitu saja lalu mematikan telpon.
Sang asisten be like: 'Gini amat dah punya BOS, udah nyusahin ngomong pun harus hemat kata pula.'
🍁🍁🍁
Satu jam kemudian
Diruang kerjaan yang minim pencahayaan, sosok misterius itu kini tengah memeriksa email kiriman sang asisten yang berisikan informasi tentang gadis kecilnya. Ketika selesai membaca keseluruhan informasi tentang gadis kecilnya membuatnya kini berusaha mati-matian menahan emosinya.
"Orang-orang itu bahkan bisa seberani itu terhadap gadisku? nyalinya sungguh besar."
"Apa sebenarnya yang kamu rencanakan sayang?" Lanjutnya kemudian setelah terdiam beberapa saat. Sosok misterius itu nampaknya mengetahui apa yang tidak orang ketahui tentang gadisnya itu.
...TBC...
Up ulang karena revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Memilih Menjadi Villainess
Acak"Jika mereka menggapku villain dikehidupannya bukankah aku akan menjadi orang yang kejam jika tidak merealisasikan anggapannya itu?" "Huuwah... Tokek bulu itu yang mendekatiku lebih dulu dan menggangguku. Bisakah kamu membantuku menyingkirkannya say...