Chapter 14 Singa Betina

93 3 0
                                    

"Ck, Bang buruan kalian pulang sono. Teriakan lo nyakitin telinga gue anjrit! Plus gak usah marah-marah mulu, cepet tua lo entar. Waier mah enak tinggal cari cowok lagi, lo nya yang ngenes." Ucap Emile sukses membuat Izana menatap tajam dirinya yang Emile balas dengan balik menatap tajam Izana.

"Di tinggal Waier gara-gara tuh biji mata keluar, mampus lo!!!" Izana semakin melototkan matanya mendegar cerocosan Emile. Ingin sekali rasanya Izana melakban mulut penuh muntahan dosa itu.

"Udah deh Bang, buruan pergi sono. Entar Waier kenapa-napa lagi gara-gara lelehan dosa yang keluar dari mulut-mulut yang suka ileran itu." Usir Emile sekali lagi plus sekalian nyindir manusia-manusia kurang dihajar yang sedari tadi mengeluarkan kicauan. Masih untung kalau kicauannya merdu. Lah itu boro-boro merdu, yang ada mala kayak speaker gagal produksi siap dibuang.

Izana yang mendengar ucapan Emile langsung tersadar akan hal yang paling penting sekarang. Menghela nafas pelan, Izana kembali fokus sepenuhnya kepada Ai dan mengabaikan Emile.

"Pulang sekarang, hm?" Bisik Izana. Merasakan anggukan pelan dari istrinya membuat Izana sedikit melonggarkan pelukannya. Terlihat mata Ai yang berkaca-kaca menandakan istrinya itu dalam kondisi yang sangat buruk sekarang. Izana yang panik langsung menggendong istrinya untuk segera pulang.

"Tahan sebentar sayang, kita akan segera pulang." Bisik Izana untuk menenangkan istrinya meskipun sebenarnya ia juga tidak bisa tenang sekarang. Izana tau betul kemungkinan terburuk apa yang bisa menimpa istri tercintanya itu.

Baru saja Izana berbalik dan bersiap melangkah pergi tiba-tiba langkahnya langsung dihalangi. Izana sebenarnya ingin langsung meninggalkan sosok yang menghalanginya kini tapi ia urungkan begitu melihat siapa yang menghalanginya. Izana menaikkan alis seolah menanyakan ada urusan apa sampai menghalanginya.

Jika kalian pikir yang menghalangi itu adalah Davidson maka kalian salah besar karena nyatanya yang menghalangi adalah seorang perempuan.

"Eits, gue tau nih ya kalau ini bukan waktu yang tepat tapi tagihan iuran buat bayar makan ama sewa tempat belum selesai woi." Gestur Data udah kayak preman pasar yang lagi malakin orang sekarang. Maklum mantan bendahara kelas saudara-saudara.

Banyak orang yang tercengang melihat kelakuan tidak estetik Dara yang masih sempat-sempatnya menagih di kondisi seperti sekarang. Emang sih itu sudah menjadi tanggung jawab Dara karena dirinyalah yang akan menyelesaikan proses transaksi nantinya tapi astaga bisa begitu ya?

Mendengar keluhan Dara, Izana langsung melewati garis itu begitu saja. Respon Izana lagi-lagi membuat banyak orang di sana tercengang. Izana yang pergi begitu saja tanpa menggubrisnya sebagai mbak-mbak bendahara membuat Dara naik pitam.

"Woi!!! lo jadi cowok kere amat ya? Bayar tagihan dulu woi!!!!!" Teriak Dara tak tau malu segera menyusul Izana yang sudah cukup jauh akan tetapi Marvel dengan sigap menghentikan langkah Dara yang berniat menyusul pasutri itu.

"Minggir lo ya! Emeng lo mau tanggung jawab bayarin utang mereka, hah?!" Hardik Dara menatap tajam kepada Marvel yang tidak dikenalinya. Bagi Dara siapapun yang menghalanginya menagih utang perlu di kasih paham kalau perlu di pites sekalian.

"Apa semua perempuan jika menagih uang memang sebar-bar ini?" Batin Marvel memandang aneh kelakuan Dara. Marvel menghela nafas sebelum memulai pembicaraan dengan gadis bak preman pasar yang ada dihadapannya sekarang.

"Maaf Nona, kami sudah mengurus semua masalah tagihan jadi anda bersama rekan anda bisa langsung meninggalkan tempat jika sudah selesai." Jelas Marvel

"Benarkah? Kau tidak berbohong hanya untuk mempermulus jalan kabur kan?" Dara memicingkan matanya penuh curiga kepada Marvel.

Aku Memilih Menjadi Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang