Waier berjanji tidak akan memancing emosi seorang Wistaria Von Zilvamilion secara sembarangan lagi kedepannya. Terlalu mengerikan jika memancing emosi pria itu dan kini Waer harus merasakan ganjarannya.
Waier kini tengah duduk bersama Wis di sofa ruang kerja pria itu dengan hidangan yang membuat Waier menatap horor ke arah pria itu. Pria itu beberapa waktu lalu memesan hidangan tersebut bersama makan siang lainnya dan meminta Waier untuk menghabiskannya usai makan hidangan lainnya. Pria itu mengatakan jika itulah hukumannya karena membantah tadi.
"Huh, aku tidak mau!" Tolak Waier keras
"Apa perlu aku menyuapimu dengan caraku sayang?" Ucap Wis dengan nada rendah.
"Aku bisa sendiri!" Ungkap Waier sedikit berteriak
"Jangan berteriak sayang dan segeralah makan kalau begitu!" Tegas Wis
"Tapi kenapa harus sayur, aku tidak suka. Lagipula kan kita tadi sudah makan jadi aku sangat kenyang sekarang." Ungkap Waier beralasan. Bahkan kini mata Waier sudah mulai berkaca-kaca karena hidangan salad sayur yang sengaja Wis pesan untuk dirinya sebagai hukuman. Waier yang selama ini begitu tidak menyukai sayur kini harus menghabiskan salad sayur yang terhidang dihadapannya.
"Tidak ada bantahan sayang!"
"Tapi aku tidak suka, rasanya begitu buruk hiks." Tumpah sudah air mata Waier ketika dirinya harus tetap memakan hidangan sayur di hadapannya. Katakanlah jika dirinya cengeng tapi sungguh Waier sangat tidak suka hidangan itu. Ia memiliki pengalaman buruk terkait hidangan itu semasa kecil hingga membuatnya tidak menyukai hidangan tersebut hingga kini.
Wis yang melihat gadis kecilnya menangis membawanya ke pangkuannya. Sebenarnya Wis sangat tak tega melihat gadis kecilnya itu menangis tapi dia juga tidak bisa memungkiri jika gadis kecilnya itu tidak boleh terus-terusan membenci sayur hingga menyebabkan masalah kesehatan kedepannya.
Wis terus memeluk dan mengusap pelan rambut Waier untuk menenangkan gadis kecilnya itu.
"Makanlah sedikit sayang, tidak baik terus-terusan tidak memakan sayur, hm." Bujuk Wis
Wis dapat merasakan jika gadis kecilnya menggeleng pelan masih dengan tangisannya yang kini mulai membasahi kemeja putihnya dan Wis sama sekali tidak mempermasalahkan itu selama itu gadisnya.
Wis kemudian memberi jarak agar dapat memandang wajah gadisnya yang kini sudah sangat sembab. Melihatnya Wis jadi merasa bersalah sekaligus sakit hati sendiri melihat kondisi gadis kecilnya itu.
"Makan sedikit saja, hm? Rasanya tidak akan terlalu buruk." Bujuk Wis kembali
"Tapi itu hiks pahit Wis"
"Tidak sayang, sayur kali ini berbeda dengan sayur pada umumnya. Aku memesan khusus bahan-bahannya sayang." Terang Wis, karena salad yang dirinya pesan memang salad dengan kualitas bahan yang terbaik.
Mendengar itu Waier merasa sedikit tertarik.
"Sungguh?" Tanya Waier pelan.
"Tentu, mau mencobanya sekarang?"
"En" Gumam Waier mencoba turun dari pangkuan Wis.
"Jangan bergerak sayang"
"Aku mau turun, bukankah aku harus makan sekarang?"
"No, aku akan menyuapimu sayang."
"Tidak ada bantahan!" Lanjut Wis menegaskan begitu melihat gadis kecilnya akan membantah.
Wis memperbaiki sedikit posisi gadis kecilnya di pangkuannya dan mulai menyuapkan salad sayur untuk gadis kecilnya itu. Waier menerima suapan dari Wis dengan menutup matanya karena merasa sedikit ngeri melihat makanan ijo-ijo itu yang akan segera masuk ke mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Memilih Menjadi Villainess
Random"Jika mereka menggapku villain dikehidupannya bukankah aku akan menjadi orang yang kejam jika tidak merealisasikan anggapannya itu?" "Huuwah... Tokek bulu itu yang mendekatiku lebih dulu dan menggangguku. Bisakah kamu membantuku menyingkirkannya say...