Chapter 9 Apa Nih?

186 7 0
                                    

"Masih memikirkan kejadian itu sayang?"

"En"

"Sudah satu tahun lebih loh sayang."

"Iza tau itu sulit" Pria yang dipanggil Iza itu mengeratkan pelukannya pada gadis yang kini tengah duduk di sampingnya, membaca catatan kecil ditangannya.

"Tidak berminat untuk mencoba menghadapinya saja hm?" Ucap pria yang dipanggil Iza yang kini menatap lekat kepada perempuan yang tengah dipeluknya dari samping.

"Iya?"

"Kembali ke Indonesia dan menghadapi semuanya secara langsung sayang."

"Bisakah aku melakukannya?"

"Kamu bisa melakukannya jika menginginkannya sayang. Sisanya aku yang akan membereskannya semuanya untukmu." Ucap Iza berbisik tepat di telinga perempuan itu.

"Lebih baik menghadapinya secara langsung daripada menggunakan catatan dari cerita yang kamu ciptakan sayang. Itu mungkin akan menyakitimu lebih dalam lagi sayang." Lanjut pria yang bernama Iza itu sarat akan kekhawatiran. Perempuan yang dipanggil Ai itu terdiam mendengar ucapan Iza yang kini memeluknya semakin erat.

"Aku mengerti, tapi jika saat itu aku memilih untuk menjadi penjahat apakah Iza akan marah?" Tanya Ai ragu.

"Kamu tau aku sangat tidak suka menyebar janji sayang! Aku sudah mengatakan akan membereskan semuanya untukmu sayang, jadi apapun yang kamu lakukan kedepannya aku akan mendukung semuanya sayang kecuali keinginan untuk berpisah. Kamu akan tetap menjadi istri kecilku sayang, satu-satunya istri dari seorang Izana Wistaria Von Zilvamilion, Nyonya Ai Waier Vensterlin Von Zilvamilion." Tegas Izana kepada makhluk kecilnya yang kini telah ia dudukkan di atas pangkuannya.

"Tapi cerita yang kutulis selama ini belum selesai Iz." Ungkap Ai ketika mengingat kembali cerita yang telah ditulisnya.

"Aku tidak mengizinkanmu untuk melanjutkan tulisan itu lagi sayang. Aku tidak suka kamu menulis jika kamu dan aku tidak memiliki hubungan apapun." Dengus Izana pelan kalah dirinya kembali mengingat bagaimana makhluk kecilnya itu menulis hubungan mereka diawal cerita jika keduanya tidak memiliki hubungan lebih. Sungguh Izana rasanya ingin langsung membakar catatan makhluk kecilnya itu. Rasa kesal seorang Izana pun semakin menjadi-jadi ketika makhluk kecilnya menulis perlakuan tokek bulu itu dengan penggambaran samar, padahal kan mereka melukai makhluk kecilnya dengan begitu sadisnya.

Mengingat hal itu membuat seorang Izana Wistaria Von Zilvamilion rasanya ingin menghabisi jajaran tokek bulu itu detik itu juga. Makhluk kecilnya yang dia jaga baik-baik sejak awal keduanya saling mengenal dengan gampangnya mereka lukai. Bukankah seharusnya dia sudah meratakan orang-orang itu sekarang?

Izana menarik nafas pelan untuk meredam amarahnya yang tiba-tiba kembali meluap. Kalau bukan karena permintaan makhluk kecilnya, sudah lama Izana menghabisi orang-orang itu. Huh, mengapa istrinya ini kadang terlalu baik? Pikir Izana

"Aku tidak suka kamu lebih memilih kertas-kertas itu daripada diriku sayang. Kamu itu milikku begitupun sebaliknya, dan aku tidak suka kertas-kertas sialan itu menarik perhatianmu." Lanjut Izana menyuarakan kecemburuan. Padahal kan cuma kertas, cerita karangan pula tuh. Meskipun begitu beberapa informasi dasar memang diambil dari kisah nyata sih.

"Cemburu?" Tanya Ai menatap dan mengusap pelan rahang Izana, suaminya.

"Hm" Izana hanya bergumam menikmati elusan lembut istrinya.

"Itu hanya cerita agar terdengar menarik. Aku kan membuatnya agar bisa terbiasa dan berdamai dengan rasa sakit itu." Jelas Ai

"..."

"Maafkan aku, Iza bisa meminta sesuatu dariku sebagai permintaan maafku dan aku akan melakukan itu." Ungkap Ai ketika merasa suaminya itu masih merajuk. Padahal kan dia hanya menuliskan sebagai bumbu pelengkap ceritanya bagaimana bisa suaminya ini tiba-tiba begitu baper sampai ke kondisi nyata?

Awalnya Ai ngide menulis sosok pemeran utama ceritanya itu dengan tokoh utama pria mengikuti gambaran nyata suaminya. Ai melakukan itu tentu karena dalam cerita itu dirinyalah yang akan menjadi pemeran utama perempuan jadi secara otomatis ia akan menulis suaminya sebagai tokoh utama prianya bukan? Tidak mungkin dia menulis pria lain bukan?

Meskipun begitu tapi sepertinya Ai tidak pernah memperhitungkan jika level kecemburuan suaminya berada di tahap lain-lain, bahkan sampai benda mati pun suminya cemburui. Padahal Ai memilih benda mati kan karena tau pasti suaminya itu akan marah besar jika dirinya menulis penyebab suaminya itu cemburu karena laki-laki lain. Namun Ai sungguh tidak menyangka jika suaminya akan tetap marah karena dirinya milih benda mati seperti kertas.

"Apapun itu?" Ai mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu ayo kembali ke Indonesia dan menghadapi traumamu bersama sayang. Aku tidak tahan melihatmu terus-terusan menderita jika emosi itu datang lagi. Itu sangat menyakitkan untukku juga karena tidak bisa berbuat apapun untuk membantumu dan melindungimu sayang." Tutur Izana dengan suara pelan. Bukan tanpa alasan dia mengajukan hal itu kepada istri tercintanya. Semua itu tentu telah dia bicarakan dengan psikiater yang menangani istrinya selama lebih dari satu tahun terakhir atau lebih tepatnya semenjak mereka berdua keluar negeri. Izana bersama Ai sang istri sering berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain dan kini keduanya tengah berada di negara Swiss. Oleh karena itu, terkadang psikiater yang menangani harus menemui Nyonya muda Zilvamilion itu a.k.a Ai Waier Vensterlin Von Zilvamilion di negara manapun atas perintah seorang Izana Wistaria Von Zilvamilion. Sosok pengusaha dengan identitas misterius karena sampai sekarang tidak ada orang luar yang mengetahui total aset pria itu tapi koneksi dan perusahaan pria itu ada dimana-mana bahkan hampir semua perusahaan yang dimilikinya di setiap negara termasuk yang paling besar dan paling berpengaruh di negara tersebut.

Ai terdiam mendengar penuturan Izana, suaminya. Dalam benaknya kini terpikirkan akan pengorbanan sang suami selama hampir dua tahun pernikahan keduanya. Ai tau jika Izana pasti menginginkan anak darinya tapi suaminya itu mengatakan untuk menunda kehamilan sampai semuanya membaik meskipun keduanya yakin sudah siap untuk memiliki seorang anak.

Izana, suaminya tentu pernah mengungkapkan alasan dibalik itu semua. Izana khawatir akan kondisi istrinya dan juga calon buah hati keduanya nanti yang mungkin saja bisa stres dengan segala situasi imbas dari rasa trauma yang ditorehkan orang-orang itu. Bahkan Izana pernah mengungkapkan jika memang mereka berdua tidak diberi tanggung jawab untuk memiliki seorang anak maka ia tidak akan keberatan dengan hal itu. Karena bagi seorang Izana pernikahan itu adalah jalan untuk bersama bukan untuk saling menyakiti, jadi yang terpenting bagi Izana adalah hidup dengan baik bersama istrinya hingga maut memisahkan.

Mereka berdua memang telah menikah sejak dua tahun lalu karena perjodohan dari Kakek keduanya sebelum meninggal. Satu bulan setelah pernikahan keduanya kejadian yang membuat Ai mengalami kondisinya sekarang terjadi. Tepatnya ketika Ai menikmati suasana perkuliahan secara normal. Meskipun kejadian itu bisa dibilang berdampak buruk bagi Ai tapi sebenarnya kejadian itu juga membawa dampak baik bagi kedekatan hubungan keduanya.

"Maafkan aku membuatmu khawatir, ayo kembali ke Indonesia." Putus Ai menyetujui keinginan Izana setelah terdiam cukup lama. Ai pikir mungkin memang akan lebih baik menghadapi semuanya secara langsung.

"Kuharap ini adalah jalan terbaik." Batin Ai

Izana memandang istrinya yang berada di pangkuannya itu dengan lekat.
"Kamu yakin sayang? Aku tidak akan memaksa jika memang kamu belum yakin." Ucap Izana menyuarakan kekhawatirannya, takut jika istrinya belum siap dan melakukan semuanya hanya karena janjinya tadi. Meskipun dia juga yang mengajukan permintaan sih.

"En, lagipula bukankah jika aku membuat keributan kamu akan menyelesaikannya untukku." Ucap Ai dengan senyum penuh maknanya. Izana yang melihat senyum istrinya itu hanya bisa menggeleng pelan. Makhluk kecilnya sepertinya akan membuat banyak kekacauan tapi namanya suami yang udah bucin akut ama istri mah, ho'oh aja udah.

"Sepertinya ceritaku ini tidak akan pernah kuselesaikan." Batin Ai menatap buku kecil di tangannya.




...TBC...

Bingung gak?
😅🤭





Aku Memilih Menjadi Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang