Chapter 22 Hidup Ai yang Random

52 3 0
                                    

Disclaimer

Untuk Nama Izana Wistaria Von Zilvamilion itu, Ai manggil atau nyebutnya biasa dengan tiga kategori (sebut aja begitu, gak tau istilah lainnya soalnya 😅).

1. Wis untuk nama di muka umum
2. Istar untuk nama di muka umum juga tapi saat Izana dalam mode agak lain (bisa pas marah atau cembokur).
3. Iza adalah panggilan kesayangan Mbak Istri a.k.a Ai Waier Vensterlin Von Zilvamilion pada Mas Suami.

=========================

Sepertinya Ai terlalu berharap banyak pada Karin untuk menghiburnya. Ai pikir Karin akan membalas ucapannya tadi tapi nyatanya tidak.

Padahal Ai sudah menduga banyak skenario di kepalanya. Misal skenario, Karin menganggap dirinya berbohong dan meminta bukti contohnya. Tapi hingga akhir tak satupun skenario yang Ai pikir dan Karin lakukan. Justru tingkah perempuan itu jauh di bawah skenario yang Ai pikirkan.

Lupakan!!! Ai tak berminat lagi membahas hal itu. Lebih baik dirinya mengenyangkan perut saja.

.

.

.

"Uwwah... Apa ini? Apa itu pertengkaran antar kekasih muda-mudi jaman sekarang?" Ai menatap antusias pada pasangan yang kini tengah cekcok di taman.

Posisi Ai yang tengah duduk di rerumputan bawah pohon nampaknya sangat menguntungkan dirinya untuk menguping. Selain jarak yang tak jauh, posisi bangku taman yang menyamping membuatnya dapat melihat kedua muda-mudi itu dari samping.

Ai menatap bergantian antara gadis yang duduk di bangku taman dengan pria yang memilih berdiri di hadapan gadis itu seakan menunggu siapa yang akan membuka suara. Katakanlah Ai tak sopan tapi bukankah drama dunia nyata juga tak bisa diabaikan begitu saja?

Anggaplah Ai sedang menonton drama di Bioskop. Toh kondisi Ai yang ditemani cemilan dan minuman di sampingnya sangat mendukung sebagai penonton yang budiman bukan?

"Mari akhiri hubungan ini."

"Maaf, jika saya telah membuat anda terjebak dalam pertunangan ini. Saya akan mengatakan pada keluarga saya dan juga keluarga anda. Jadi kejarlah orang yang anda cintai. Anda tak akan mendapatkan kerugian apapun. Saya akan menanggung semua kemungkinan terburuknya jadi anda tak perlu mengkhawatirkan apapun." Ungkap gadis itu yang sedari tadi tak berani menatap mata pria yang berdiri di hadapannya.

Ai pikir alasan gadis itu tak mengangkat kepalanya sedari tadi mungkin karena tangisannya. Walaupun tak bersuara, Ai cukup yakin jika gadis itu mengangkat kepalanya dan melihat ke arah pria di hadapannya sudah pasti air matanya akan semakin deras.

Tapi yang menarik perhatian Ai sekarang adalah pria yang sedari tadi diam itu kini menampakkan raut wajah tak enak dipandang. Meskipun Ai akui jika wajah pria itu lumayan tapi ekspresinya minta ditabok.

Harap maklum, bagi Ai pria yang berselingkuh tuh harus diberi hadiah manis. Misal menendang masa depannya mungkin. Atau kalau tidak sekalian aja potong biar gak tanggung gitu.

Jangan tanya darimana Ai mendapat informasi jika pria itu berselingkuh. Kenyataannya Ai hanya menyimpulkan sekenanya dari perkataan gadis malang itu pada pria muka tembok yang berdiri di hadapan gadis itu.

Ai menggigit kasar kripik kentang yang sedari tadi dirinya makan untuk melampiaskan rasa kesalnya. Entah kenapa Ai ikutan kesel pada pria muka tembok yang berdiri di hadapan gadis malang itu.

"Sudah ngomongnya?" Tanya pria muka tembok itu yang setembik suaranya.

Ai rasanya ingin mengumpat sekarang. Sangat tak nyaman rasanya

Aku Memilih Menjadi Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang