Emile menatap nyalang orang yang menjadi otak penculikan dirinya. Rasa penyesalan karena mengusir bodyguard yang keluarganya tugaskan kini terngiang di kepalanya.
Sebelumnya ketika dirinya usai mengusili Kakaknya (Izana), Emile yang pada dasarnya join sekte kerandoman tiba-tiba saja berkeinginan untuk makan berbagai jajanan pinggir jalan. Bukan tanpa alasan sekte kerandomannya itu aktif. Semuanya berawal dari video tik tok yang berseliweran di berandanya.
"Ckckck... Tidak heran sih." Sinis Emile pada pria yang tengah duduk di hadapannya kini.
"Hey, lepaskan tanganku." Ucap Emile santai pada kedua bodyguard yang masih memegang tangannya. Emile bahkan masih sempat-sempatnya menatap centil kedua bodyguard yang menurutnya lumayan tampan itu.
Tak mendapat respon apapun dari kedua bodyguard itu membuat Emile mengalihkan tatapannya kembali ke pria yang menjadi otak segala kekacauan rencana makannya.
"Woi! lo yang gaji kan ini manusia. Cepet suruh pergi gih!" Teriak Emile memerintah sekenanya yang gilanya lagi dituruti dong.
Pria itu lantas memberi kode kepada bodyguard yang ditugaskannya untuk menculik Emile agar segera meninggalkan ruangan.
Begitu Emile terlepas, bukannya mencoba kabur dirinya justru berjalan dengan santai ke arah sofa di ruangan itu.
"Lo yang perlu ama gue kan? So, bukannya lo harusnya menawariku jamuan makan lebih dulu sekarang?"
Tidak mendapat respon sesuai keinginannya membuat Emile lagi-lagi berdecak kesal.
"Lo harusnya tau kan kalau babu lo itu nyuliknya gak tepat waktu sama sekali sampai gue harus menanggung kerugian 10 tusuk telur gulung." Cerocos Emile jengkel kepada pria si otak penculik yang menjadi sumber kesialan perutnya.
"Apa ini karma instan karena keusilan gue tadi ya? Tapikan karmanya harusnya bukan makanan. Haish... Sial banget aku." Batin Emile introspeksi diri tanpa proses wejangan.
Memikirkan detik-detik telur gulung yang akan dirinya nikmati terjatuh dengan tidak estetiknya membuat Emile semakin jengkel. Belum lagi jatuhnya pas dirinya sudah mangap dan siap menyantap telur gulungnya tetapi harus berujung menelan angin karena disergap dengan cara yang tidak estetik, tidak slay.
Pria itu beranjak dari kursi kerjanya untuk menghampiri Emile. Ia memilih mengambil posisi duduk di sofa yang berbeda dengan Emile.
"Asisten saya akan segera membawa makanannya." Ucap pria itu setelah sebelumnya sempat mengotak-atik ponselnya.
"Hm"
"Mari membicarakan kesepakatan kemarin."
"Kesepakatan? Apa anda bercanda? Sejak kapan saya memiliki kesempatan dengan anda Tuan Davidson?" Kekeh Emile menatap sinis kepada Davidson yang kini secara resmi telah ia nobatkan sebagai Pria Otak Penculik.
Suasana hati Emile yang semula jengkel mengingat telur gulungnya beralih fungsi ke jengkel karena kelakuan bebal si otak penculik.
Davidson menarik nafas dalam-dalam sebelum menghembuskannya kembali agar tidak terpancing emosi meskipun nyatanya sekarang ia sangat ingin memaki.
"Kamu sudah menyetujuinya."
"Anda benar..." Jeda Emile sebelum melanjutkan perkataannya "Tapi anda juga harus ingat, jika anda juga lah yang membuatnya batal." Bantah Emile dengan senyum tipisnya. Senyum tipis yang terkesan ramah tapi sebenarnya gak ada ramah-ramahnya.
Davidson yang awalnya sudah kepalang senang langsung jatuh ke dasar dalam sekejap. Rasanya Davidson sangat ingin melakukan dengan cara kekerasan dan melupakan niatnya sebelumnya untuk mengikuti aturan main Emile.
"Harusnya anda tidak terlalu menunjukkan pikiran kotor anda dengan jelas di wajah gak jelas anda." Ungkap Emile dengan santai sembari mengeluarkan ponselnya dari dalam tas miliknya. Jangan kira Emile akan menghubungi seseorang untuk menolongnya karena nyatanya Emile cuma kepengen main game sambil nungguin jamuan makannya.
"Ah... Aku hampir melupakannya. Hanya saran saja sih." Celetuk Emile melirik sekilas pada Davidson sebelum kembali fokus pada ponselnya untuk melanjutkan niat awalnya bermain game. "Sebaiknya anda tidak merealisasikan pikiran kotor anda itu. Karena jika itu terjadi maka ucapkanlah selamat tinggal pada diri anda sendiri." Peringat Emile dengan santainya dan mulai memainkan game di ponselnya.
Sejujurnya Emile tidak peduli akan apa yang terjadi pada Davidson kedepannya akibat ulahnya sendiri. Tapi mengingat mereka pernah satu kelas dan posisi Davidson yang tidak sepenuhnya bersalah karena memperjuangkan cintanya membuat Emile sedikit tergerak untuk memberi peringatan.
Meskipun Emile telah memberi peringatan pada akhirnya keputusan final tetap ada di tangan Davidson dan Emile tidak bisa berbuat apa-apa soal itu. Lagi pula Emile mah bodoh amat terkait ujung permasalahannya soalnya yang ada di pikirannya sekarang adalah Kapan makanannya datang?
Perkataan Emile entah kenapa begitu mengusik Davidson. Ia bahkan tidak paham kenapa dirinya bisa gelisah hanya karena perkataan Emile.
Davidson merasa seakan-akan tengah ada yang mengawasinya. Padahal selama ini Davidson cukup percaya diri akan pengaruh dan pengawasan yang dimilikinya.
Sikap percaya diri Davidson tentu didukung oleh fakta akan statusnya sebagai salah satu pengusaha muda terkemuka. Bukan hanya itu saja yang membuat Davidson percaya diri tapi juga karena statusnya sebagai salah satu dari jajaran 7 Master Clan yang memang sudah terkenal sangat berpengaruh baik di luar negeri maupun dalam negeri.
Tapi, meskipun pengaruh 7 Master Clan dapat dikatakan sangat besar nyatanya pengaruh 3 Hidden Clan masih lebih besar. Profil 3 Hidden Clan sangat sulit untuk diungkap sekalipun itu bagi orang-orang dari kalangan 7 Master Clan dan sampai sekarang tidak ada yang benar-benar tau akan hal itu kecuali jajaran 3 Hidden Clan itu sendiri. Setidaknya itulah hal yang dipercayai oleh orang-orang luar.
Jangankan mengungkap profil jajaran 3 Hidden Clan, profil jajaran 7 Master Clan saja sangat sulit di tembus antar sesama 7 Master Clan itu sendiri. Karena itulah sampai sekarang bukan hanya Hidden Clan yang informasinya tidak diketahui oleh publik tapi juga Master Clan itu sendiri.
Mulanya kerahasian profil antar sesama Master Clan bukanlah rahasia diantara sesamanya namun sejak insiden yang terjadi 50 tahun lalu semua pihak Master Clan memutuskan untuk merahasiakan profil keturunan satu sama lain hingga kini.
Tok tok...
Suara ketukan pintu membuat Emile yang semula fokus dengan gamenya dan Davidson yang sibuk dengan pemikirannya mengalihkan perhatian ke arah pintu.
Jack masuk membawa bingkisan makanan yang sebelumnya Davidson pesan diikuti oleh dua bodyguard yang juga turut membantu.
Jack langsung menata makanan yang dibawanya ke atas meja yang ada di depan sofa diikuti oleh kedua bodyguard yang juga melakukan hal yang sama.
Usai menata makanan, Jack langsung pamit undur diri menyusul kedua bodyguard yang bersamanya tadi setelah memastikan Davidson sudah tidak membutuhkan jasanya. Jack jelas ogah tetap berada di ruangan itu saat mood Bosnya itu tidak bisa ditebak sama sekali.
"Lo sengaja mesen olahan itu kan!" Tunjuk Emile pada brownis yang baru saja dirinya makan dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Apa yang salah? Itu kan hanya brownies. Jika kamu tidak menyukainya tinggal tidak memakannya kan."
"..." Emile hanya diam dan segera meraih tisu untuk melepeh brownis yang baru di kunyahnya.
"Makanlah dengan nyaman, aku tidak meminta seseorang untuk menaruh racun di makana itu." Lanjut Davidson yang mengira jika mungkin saja Emile berpikir ia telah meracuni makanannya.
Tanpa Davidson sadari sedari tadi ketika Emile menuduhnya, gadis itu sudah tidak baik-baik saja. Emile mulai berkeringat dingin melihat olahan makanan di hadapannya itu.
Suara nafas Emile yang terputus-putus akhirnya membuat Davidson menyadari jika kondisi Emile sedang tidak baik-baik saja. Namun apa boleh di kata, sebelum Davidson bertindak Emile telah lebih dulu jatuh pingsang.
TBC
See you next chapter guy's
Jangan lupa vote dan komen 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Memilih Menjadi Villainess
Casuale"Jika mereka menggapku villain dikehidupannya bukankah aku akan menjadi orang yang kejam jika tidak merealisasikan anggapannya itu?" "Huuwah... Tokek bulu itu yang mendekatiku lebih dulu dan menggangguku. Bisakah kamu membantuku menyingkirkannya say...