Chapter 13 Meledak!!!

102 4 1
                                    

"Lo..."

"Apa? Situ ngerasa ya?" Tantang Emile menatap tenang Ceril yang ada di samping.

"Lo..."

"Apa lo lo mulu dari tadi perasaan." Lagi-lagi Emile memotong ucapan Celine dan itu membuat Celine semakin kesal sekaligus marah kepada Emile.

Saat Celine ingin kembali berbicara lagi-lagi harus terpotong ketika seorang pelayan menghampiri meja mereka untuk mencatat pesanan. Emile yang melihat muka Celine yang sudah sangat tidak kondusif itu tak kuasa menahan tawanya. Begitupun dengan Ai, Dara, dan Tiana yang juga ikut tertawa tertahan. Sementara Sara mati-matian menahan tawanya yang juga hampir pecah.

Celine yang melihat itu semakin mengepalkan tangannya menahan rasa kesal dan amarahnya. Belum lagi kini keempat gadis itu malah sibuk mengobrol tanpa mempedulikan keberadaannya. Begitupun Sara yang juga ikut mengepalkan tangan menatap penuh kebencian kepada Ai.

Emile, Dara, dan Tiana yang awalnya tidak paham mengapa Ai yang dulu cukup dekat dengan Celine dan Sara tiba-tiba bersitegang sedikit banyak bisa menebak penyebab permasalahannya. Tapi sepertinya Emile tau lebih banyak dari yang seharusnya.

Ketiga gadis itu memilih mengabaikan Celine dan Sara karena menganggap bahwa sepertinya kedua tidak akan membawa dampak baik jika mereka terlalu dekat. Situasi tidak estetik Ai sebagai contohnya misal. Meskipun ketiganya belum tau secara pasti akar permasalahannya tapi ketiganya tetap lebih memilih mengabaikan keduanya.

Tanpa sadar, sedari tadi banyak yang mencuri-curi pandang ke arah meja mereka. Entah itu karena penasaran atau kekaguman tapi yang paling banyak mendapat sorotan diam-diam adalah Ai. Baik itu dari kaum cewek yang penasaran ataupun kaum cowok yang memandang kagum terutama dari sosok Davidson yang sedari tadi hampir tidak pernah absen memperhatikan Ai melalui ekor matanya.
.

.

.

Makanan yang mereka semua pesan akhirnya diantarkan dan kini semuanya tengah menikmati makan malam bersama. Usai menikmati hidangan makan malam, mantan ketua kelas mereka mengusulkan untuk bermain truth or dare.

Entah tumbler siapa yang kini menjadi korban untuk memulai permainan mereka. Semua kini tengah duduk bersama di karpet yang telah tersedia di ruangan itu dan memulai permainan. Geo selaku mantan ketua kelas mereka mulai memutar tumbler itu. Cukup lama berputar akhirnya tumbler itu terhenti tepat mengarah ke Aldo.

"Lo pilih apaan bro?" Tanya Geo dengan senyuman manis yang menjengkelkan di mata Aldo.

"Truth aja truth" Jawab Aldo mencoba mencari aman yang membuat banyak kaum cowok merasa tidak puas.

"Gak asik amat lo Do. Oke karena lo pilih truth jadi siapa mantan terindah lo?" Tanya Geo menyeringai ke arah Aldo.

Pertanyaan Geo membuat Aldo terdiam.
"Gak..."

"Tidak menerima negosiasi!" Potong Geo cepat sebelum Aldo menyelesaikan kalimatnya. Aldo menghela nafas kasar dan menatap tajam ke arah Geo sebelum akhirnya menjawab.

"Tiana" Pengakuan Geo sontak mengundang kehebohan diantara mereka. Hampir semuanya tau jika keduanya pernah menjalin hubungan dulu tapi tidak ada yang tau pasti kenapa keduanya pada akhirnya berpisah meskipun keduanya terlihat masih saling mencintai satu sama lain terutama Aldo.

"Sekarang giliran gue yang putar." Celetuk Aldo yang mencoba mengalihkan perhatian teman-temannya karena melihat Tiana yang menunjukkan gestur tak nyamannya. Aldo sangat tau kebiasaan Tiana jika gugup atau merasa tak nyaman maka gadis itu akan memegang pergelangan tangannya tanpa sadar.

Aldo mulai memutar tumbler itu hingga terhenti tepat mengarah kepada Davidson.

"Vid truth or dare?"

Aku Memilih Menjadi Villainess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang