Teringat.

14 1 0
                                    

Aku bersandar di paha Satria ketika kami sedang bersantai di sofa setelah sarapan. Telfonku bergetar, foto ibu terpampang jelas didalam identitas orang yang menelfonku.

"Mas!"

"Ummm?"

"Ibu.."

"Oh, angkat aja."

Aku mengangguk, kemudian kujawab telfonnya. "Hallo Ibu?"

"Lee, kowe karo Satria yo? (Nak, kamu sama Satria?)" tanya ibuku.

"Nggih bu, kan semalem wes ngomong? (iya bu, kan semalem sudah bilang)"

"Oh yo wes, menko nek bali, Satrio kon mampir yo. (Oh ya udah, nanti kalo balik, Satrio suruh mampir ya.)

"Iya bu." Kulihat telfonnya ditutup otomatis sama ibu.

"Kenapa dek?" Satria mengelus jidatku pelan.

"Itu, ibu pengen kamu mampir mas."

"Oh itu, ya udah nanti ya."

Aku membenamkan diri kedalam kaos Satria, bersembunyi disana. Aku tak ingin hari ini berakhir. Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua dengan Satria.

"Kenapa?" tanyanya.

"Gapapa mas, aku cuma masih pengen berdua aja." ungkapku.

Kurasakan punggungku dibelai pelan olehnya. Membuatku merasa nyaman.

"Nanti mas antar pulang ya. Mungkin agak sore ndapapa. Tapi kabari ibumu dulu ya." jawabnya lembut kepadaku.

"Iya mas. Aku ikut mas aja."

Kami berdua larut dalam kehangatan kami masing-masing , kemudian tertidur di atas sofa.

==================================================================

Ardi POV

Malam minggu itu, Aku tidak kemana-mana. Aku hanya duduk dipinggiran lapangan basket dekat kompleknya. Sepulang sekolah kemarin, berdasarkan info dari sumber yang terpercaya. Bahwa Satria dan Firman seperti Jalan berdua di suatu temapt. Dan itu juga dibuktikan dari story IG Satria yang membuat story dengan anak kecil yang sudah pasti itu Firman.

Perasaanku bagaimana? Jengkel, bingung, dan harus menemukan cara bagaimana menyingkirkan Satria. Setahunya, Satria memang anak yang usil. Keluarganya juga kaya. Tapi satu hal, Satria tidak cukup pintar berkelahi.

"Aku akan menyingkirkanmu"

Kisah Kasih Di Sekolah. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang