BoyxBoy [please do not report!]
Kisah Firman yang menjalin sebuah percintaan terlarang dengan seniornya, Satria. Dimana kisah cinta mereka berdua dipenuhi drama anak Sekolahan.
Original Story by me.
Siang itu, aku berjalan di depan gerbang, menunggu pacarku keluar juga. Dia sedikit bakal terlambat dikarenakan dia ijin ketoilet dulu. Aku ingin menunggu di toilet dia tapi dia bilang bahwa tidak usah. Sebenarnya toilet kelas 11 dan 10 terletak cukup jauh juga.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ini dia berencana untuk keluar ke taman bermain yang baru saja buka di dekat rumahnya. Sudah lama aku tidak pernah main ke pasar malam, kurasa malam itu akan menjadi malam yang sempurna untuk kita berdua.
Namun takdir berkata lain, Aku sedang di depan gerbang menunggu Firman seperti biasa. Tapi kemudian sebuah mobil berhenti didepanku. Begitu tahu bahwa mobil itu berhenti didepanku, Aku melangkah kesamping dengan harapan tidak menghalangi penumpang mobil tersebut. Ya penumpang tersebut turun, lelaki berbadan tegap memakai kacamata. Jumlahnya 2 orang. Dan kemudian tanpa kusadari mereka menarikku masuk sambil membekap mulutku. Aku meronta melawan, namun salah satu dari lelaki tersebut memukulku. Seketika aku merasa mual karena hentakan keras tadi diperut. Dan aku masuk kedalam mobil.
Didalam mobil aku tahu bahwa tanganku terikat ke belakang. "Kalian kenapa si? Siapaa kalian?"
"Sudah diam saja Kau." Aku ditampar keras sekali oleh lelaki tersebut.
"Kau harus nurut sama kami. Harus jadi anak baik."
"Aku ga mau jadi anak baik kalau kalian mengikawwww." dia kembali memukulku kembali.
"Aku bilang harus jadi anak baik." Dia memukul punggungku. Dan kemudian aku pingsan.
Aku terbangun kembali dengan posisi berdiri terikat rantai dengan tangan kanan dan kiri direntangkan.
"Sialan, aku diculik siapa?" Aku mencoba mengamati keadaan, namun hanya ada ruangan kosong, dan remang-remang.
"Dan Baju seragamku lepas." Aku melihat lekukan tubuhku sendiri yang ternyata sengaja dilepas oleh si penculik.
Kucoba kutarik rantai itu, tapi sepertinya rantai itu kokoh. Kucoba kembali, tetap tidak bisa. Bunyi gemrincing rantai semakin keras seiring aku mencoba membuat melepaskan rantai itu.
"ARRRGGGHHHH..." teriakanku bergema di seluruh ruangan, tanda bahwa aku sangat frustasi dengan keadaan ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku pikir Mas Satria sudah berada di depan gerbang sesuai janji, namun aku tidak menemukannya. Akhirnya aku menunggu... menunggu dan menunggu..
Handphone menunjukkan waktu 15:00 WIB, sudah 1 jam aku berdiri sendiri disini, menyaksikan hiruk pikuk siswa-siswi pulang. Aku sudah mencoba menghubungi Handphonenya, namun tidak terhubung. Aku heran ini anak kemana. Sebelumnya memang ada firasat dimana aku merasa perutku tidak enak. Sebagai anak yang jarang ke toilet untuk BAB, hal itu termasuk baru untuk diriku. Diare pula.
"Mas, kamu dimana?" aku mencoba menghubungi Handphonenya namun dijawab oleh Voicemail. Semakin khawatir.
Tidak kunjung kutemukan jawaban itu. Apakah ada sesuatu yang saat ini mengganggu Satria ya? Aku penasaran.
"Firman, kenapa sendirian disini?" Mas Ardi menghampiriku dengan motornya.
"Mas Ardi. umm aku menunggu Mas Satria. Mas Ardi lihat ga?"
"Satria ya, aku tidak melihat. Tapi dia tadi masuk kok."
"Oh iya, tdi Firman juga lihat." Ucapku khawatir.
"Oke deh. Gini, Mas anter kamu sampai rumah ya. Kamu bisa WhatsApp Satria ya."
Aku mengangguk sedih. "Baiklah Mas, Aku akan WA Mas Satria dulu ya. Terimakasih mas Ardi."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.