Perjalananku yang penuh Air Mata. (Satria POV)

9 0 0
                                    

================================================================================

Hai Hai Haiii,, mimin kembali. maaf ya untuk update selanjutnya sedikit lebih lama. tapi kali ini Mimin akan coba update Weekly ya. Enjoy the story!!

================================================================================

Aku lemas, sekaligus juga senang. Tak disangka Firman datang untuk menyelamatkannya. Semua kekuatan dan rasa cintanya kepada anak itu menjadi semakin besar. Aku berharap aku bisa berjalan. Tetapi apalah daya, hanya diberi air oleh Ardi membuatku lemas tak bertenaga.

"Tenang mas, aku sudah panggil ambulan." Ucap Firman yang menggendongku ke Citramart terdekat. Dia terlihat panik, tetapi aku tak menyalahkan dirinya. Aku pasti akan ada di keadaan yang sama jika Firman disakiti. Oh Tuhan, aku mencintainya.

"Aku percaya padamu." Aku membisikkan kalimat tersebut, kuharap itu bisa menenangkan Firman.

Ternyata tubuh kecilnya kuat menggendongku sejauh 6 meter dari gubuk tua itu. Dia sedikit berkeringat. Aku cuma bisa tersenyum menatap perjuangannya. "Tuhan Aku menyayangi dirinya. Bolehkah aku terus selalu bersama?" ucapku dalam hati.

"Mas sayang adek." ucapku lirih ke telinganya.

"Iya mas, sabar ya, ambulan kita akan datang." Kudengar dia tampak kelelahan menggendongku.

Kami duduk di pinggir Citramart, Firman membolehkanku untuk bersandar dibahunya. Aku senang dengan perhatiannya.

"Sabar ya mas."

"Mas tahu." Aku sedikit mengernyit ketika lukaku terasa sedikit nyeri. Aku memegang tangannya dia yang dingin, aku menatapnya dan memberikan senyuman.

Kemudian ambulan datang di depan Citramart itu, segera tim medis memberikan perawatan pertama pada luka-luka ku. Mereka membaringkanku dikasur medis dengan posisi tengkurap. Tangan Firman masih kupegang.

Para medis dengan sigap membersihkan luka-lukaku. Aku bergenyit, berteriak menahan rasa sakit. Aku merasa air mataku keluar, tetapi gengaman tangan kecil Firman membuatku merasa lebih baik. Dadaku sesak setiap cairan antiseptik yang diberikan. Nyerinya menusuk ke tulang rusukku. Setiap sayatan yang diberikan Ardi 2 hari kebelakang seperti terbuka kembali.

"Kau akan baik-baik saja mas." Ucap Firman yang masih menemaniku sementara aku melihat tetesan air mata jatuh mengalir dari mata coklatnya.

"Aku tahu." Mataku tertutup, aku pingsan karena kelelahan.

==================================================================

Ardi POV.

Hidupku sudah hancur. Aku tidak akan pernah bisa menunjukkan mukanya di depan Firman lagi. Semuanya sudah terlambat.

Seumur hidupku aku tidak pernah merasakan kehangatan seperti yang didapat dari Firman. Orang tuanya tidak pernah menganggapnya, dia hanya ditemani oleh pelayan-pelayanannya. Firman datang seperti membawa kedamaian di hidupnya.

Aku tak berhenti menangis di tempat awal dimana aku terjatuh dari tendangan kakinya. Aku tidak mengerti apa salahnya mencoba mendapatkan kebahagiaan dari Firman. 2 hari ini, aku merasa bahagia menghabiskan waktu bersamanya, namun Firman memiliki pikiran lain. Tidak seperti ketika masa orientasi siswa disekolah. Aku bisa memiliki raganya, namun jiwanya tidak bisa kumiliki. Itu sepenuhnya milik Satria.

Ya semuanya itu milik Satria.

Meskipun Aku bisa membunuh Satria keesokan harinya, Firman tetaplah akan menjadi lelaki yang mencintai teman sekelasnya itu.

"SIALAN KAU!" Aku mengerang dalam gudang itu sendirian.

Kemudian aku merasakan pelukan hangat dari sampingku. Ya, dia Okta. Dia membantuku. Dia orang yang membantuku memuluskan rencana ini. Tetapi kini dia menjadi orang yang memberiku kehangatan. Aku terbenam menangis didalam dadanya.

"Tenang mas, Okta selalu disini sama Mas." ucapnya tenang. Aku masih menangis sejadi-jadinya.


Kisah Kasih Di Sekolah. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang