Pameran Ekstrakurikuler.

44 2 0
                                    

Aku dan Okta langsung berjalan menuju Aula dimana pameran Ekstrakurikuler sedang berlangsung. Pamflet-Pamflet bertebaran. Namun Aku tidak menerimanya. Hanya Okta yang ramah menerima setiap pamflet yang ada.

"Okta kau apaan si, diterima semua pamfletnya." ucapku pelan supaya tidak menyindir Senior.

"Tidak apa-apa. Kan aku masih bisa milih satu kegiatan lagi." ucap dia santai.

"Tapi kan kau sudah ikut 2. Pramuka dan Paskibra."

"Iya, memangnya kenapa?" Okta menerima pamflet paduan suara. Namun pamflet itu diserahkan kepada Firman.

Aku membaca sekilas. Pamflet itu simple, menampilkan segerombolan anak yang sedang ikut paduan suara. Mereka membuatku terpukau dan ingin segera join kesana.

Background music yang aku miliki dirasa cukup untuk membuatnya join. Aku juga iikut acara organ tunggal milik ayahnya serta acara di gereja dekat rumahku. Aku cukup mahir menyanyi dan memainkan piano. Dengan modal tersebut, Aku yakin bisa diterima.

"Cil, lagi liat apa?" Aku mendengar suara yang tak asing. Aku menoleh ke belakang dan benar. Ternyata Satria sudah berdiri dibelakangnya.

"Cal cil cal cil, siapa si yang kau panggil Cil?" balasku sebal.

"Kau." Satria dengan santainya menunjuk ke arahku. Lalu dengan cepat Pamflet itu diambil dari tangan Firman.

"Eh kamu itu ya." Aku kesal, lalu mencoba meraih pamflet itu, namun tidak terjangkau karena tangan Satria yang panjang.

"Begabunglah dengan Kami, Glee Club is Fun!. ahhh aku pernah mendengar reputasi mereka. Paduan suara kita menjuaraii tingkat Provinsi." Ungkap Satria. "Kau harus bernyanyi untukku ya Cil." Dia tiba-tiba menunduk mendekatkan wajahnya ke Firman.

Kami begitu dekat, wajah kami. Aku bisa merasakan tatapan Satria yang dalam. Aku buru-buru memalingkan wajahku ke arah lain. "Beritahu aku saat audisi oke?." Ucap Satria.

"Ummm." Aku mengangguk. Satria tersenyum melihat responku.

Aku mengawasi Satria yang saat ini dia melesat menjauh ditengah kerumunan. "Pasti balik ke team Paskibra dia" ucapku pelan.

"Kau sudah memutuskan?" ucap Okta yang tiba tiba muncul dari belakang.

"Sudah."

"Oh ya untuk masuk paduan suara harus audisi?" Okta membaca sekilas pamflet yang tadi disempat diambil Satria

Aku mengangguk. "Menunjukkan bakat ke anggota team sangatlah penting."

"Undang aku juga ya kalau tanggal audisimu sudah ditentukan?"

"Siap."

Aku memperhatikan sekeliling kembali. Ternyata untuk Sekolah Negeri, banyak sekali aktifitas yang bisa dilakukan. Dia menoleh ke Group Basket. Dia sudah menduga Basket adalah salah satu Ekstrakurikuler yang sangatlah Popular. Biasanya yang cowok kelihatan cakep, dan tampan. Lengan mereka juga bagus.

"Tertarik untuk gabung?" Kak Ardi muncul diantara kerumunan. Kak Ardi adalah salah satu pembimbing kelas Firman. Ketika mengajar, Kak Ardi tidak terlihat mencolok, namun ketika mengenakan Jersey tanpa lengan. Dia kelihatan lebih hidup. Lengannya tak disangka, mengalihkan pandangan Firman.

"Tidak Kak, aku tidak bisa bermain Basket." ucapku sedikit malu-malu.

"Kalau Kakak ajari mau tidak?" dia berbisik pelan di telingaku.

Aku mengangguk antusias dan Kak Ardi memberikan handphonenya ke aku. "Nomormu."

Buru-buru aku mencatat nomorku ke handphone Kak Ardi. "Ini Kak."

"Terimakasih." Dia mengacak-acak rambutku sebelum pergi meninggalkanku dengan wajah yang sedikit memerah.

Kisah Kasih Di Sekolah. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang