PDKT

57 2 0
                                    

Satria POV

Aku tak tahu apa yang merasukiku, tiba-tiba saja aku membawa bocah ini ke belakang Lab Kimia. Yang aku pahami saat ini adalah keputusan yang sudah bulat. Ketika sampai dipojok, aku memojokkan dia ditembok, membuat dia menatap mataku dan berkata "Firman Santoso.Aku berniat mendekatimu, dan kau tidak akan bisa kabur."

Seminggu kemarin ketika pertemuan pertama kami, aku tidak bisa melupakan anak ini. Dari cara dia ngomong, cara dia bertingkah laku, dia disukai teman temannya. Semua itu berputar putar dikepalaku. Tidak adil rasanya. Satria tidak bisa tinggal diam. Dia harus lakukan sesuatu.

Satria menatap Firman yang saat ini menunjukkan ekspresi yang tidak percaya. Karena tubuhnya yang kecil, Firman langsung menunduk dan kabur. Yang Satria inget, ekspresi Firman tidak bisa ditebak. "WOYY!" Firman meninggalkan Satria sendirian di belakang Lab Kimia.

Aku tau yang kalian pikirkan, yap gagal. Tpi Satria tidak menyerah. Dia akan terus mengejar lelaki pujaannya.

Firman POV.

Aku tidak bisa berkata apa-apa setelah meninggalkan Satria sendirian. Aku panik, dan tidak dapat menyembunyikan perasaannya. "Apa-apaan dia, seenaknya memutuskan sendiri. Aku juga punya perasaan." Ucapnya pelan.

Aku menemukan Okta sedang duduk bersama Kak Majid. Aku duduk langsung disebelah Okta dan mendengarkan obrolan mereka.

"... tahun ini aku mempercayakan dirimu sebagai salah satu kandidat terbaik ya." Ucap Kak Majid.

"Wah apa ni Okta?" Ucapku menyela mereka. "Hai Mas Majid."

"Fir, darimana kamu?" Okta mengacak-acak rambutku.

"Ih apa si, dari toilet." ungkapku bohong.

"Okay Okta, aku percaya padamu. Senang bertemu denganmu Firman. Aku akan meninggalkan kalian sendiri." Ucap Mas Majid bangkit dari kursinya sambil tersenyum.

"Beuhh senyum Mas Majid emang ga main-main." Ucapku dalam hati.

"Kau darimana saja? Digendong ala princess sama si Satria." Ucap Okta penasaran.

Fix Aku ga bisa sembunyiin apapun dari Okta.

"Satria bakalan PDKT denganku. Lalu dia juga bilang aku gak bisa kabur." Ucapku pada Okta.

"Trus, kau jawab apa?" Kata Okta santai.

Aku kaget dengan ekspresi Okta. Dia keliatan santai banget. "Aku langsung kabur." jawabku dengan polosnya.

"Sudah kuduga" dia tertawa dengan reaksiku.

"Apaan si, kan aku kaget. Mana bisa tahu tahu dia mo PDKT sama aku. Kan ga adil." Kataku cemberut.

"Rencanamu apa?"

"Ga tau ahh, gua lapar. Kantin yuk."

Kami berdua langsung menuju kantin, meninggalkan alunan musik Jangan Pernah Kau Selingkuh, lagu yang sudah lama banget. Dimainkan band Kakak Kelas.

"Ta, kau tdi lagi ngomongin apa sama Mas Majid?"

"Ouh itu, aku dipilih salah satu perwakilan untuk kelas 10 di Pramuka."

"Oh. Kapan berangkat?" Aku memilih duduk disalah satu spot favoritku dimana aku bisa melihat keluar jendela dengan angin yang lumayan seger.

"Jumat depan. Tapi kan hari senin ada pameran ekstra kurikuler kan?"

"Aku sangat bersemangat untuk hari itu." Aku menoleh ke ibu penjualnya. "Bu, mie goreng setunggal, sama esteh. Okta pengen opo?" (Bu, mi goreng satu sama es teh, Okta pengen apa?"

"Sami bu." (Sama bu.) Jawab Okta.

"Sekalian kulo nggih bu." (Buatin saya juga ya bu.)

Aku bergidik, Satria sudah duduk disampingku dengan senyumnya yang menyebalkan.

Kisah Kasih Di Sekolah. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang