Dijemput.

39 1 0
                                    


Sabtu sore adalah sabtu yang damai, kegiatan ekstrakurikuler belum dimulai dan Aku bersiap-siap untuk Ngedate bareng Satria. Sebelumnya aku sudah izin dengan orang tuanya, dan tidak ada tanggapan spesial. Handphone dia berbunyi, notif Whatssapp dari Satria.

Satria : Aku di jalan ya.

Firman : Hati-hati mas.

Aku segera bergegas untuk bersiap-siap, sedikit berlari ke arah lemari pakaian yang kupunya. Bagaimana cara berdandan untuk jalan bersama cowok? Sejujurnya aku tidak pernah berjalan dengan cowok yang terang-terangan menyukainya. Tapi apapun yang akan dikenakan, asalkan rapi, kurasa akan tetap disukai Satria. Dia memutuskan untuk menggunakan kaos warna abu-abu dengan celana pendek hitam dan sepatu warna abu putih. Untuk outhernya dia memutuskan menggunakan baju kotak berpola biru dan putih. Dia sejenak berdiri didepan kaca. "Tidak terlalu buruk" pikirnya.

"Firman!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Firman!"

"Iya bu?"

"Kamu dicariin temen kamu"

Oh Mas Satria sudah datang rupanya. "Iya bu sebentar."

Aku bergegas mengambil dompet dan handphonenya dan bergegas jalan keluar kamarnya. Tak disangka Satrio sangat tampan malam itu. Entah kenapa dia mengenakan Baju Kotak-kotak yang memiliki pola yang mirip dengan yang dipakainya, kecuali warna yang membedakan, Topi putih, Jeans sobek warna hitam dan kaos putih. Cukup simple menurutku, tapi yang simple itulah yang membuat ku terpukau dengan ketampanan sang Paskibraka di sekolah.

Dan yang lebih anehnya lagi, Si Satria sedang berbincang mesra dengan ibunya.


"Akrab sekali, mereka sendang ngobrolin apa ya?" pikirku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akrab sekali, mereka sendang ngobrolin apa ya?" pikirku.

"Kalian ngomongin apa?" Aku masuk dan duduk disamping ibu.

"Iki lho nang, Mas satrio ngomong audisimu wingi, jarene kowe top. (Gini lho nak, Mas Satrio bilang audisimu kemarin, katanya kamu Top.) " Ibu cerita.

"Nggih bu, putrane njenengan paling apik diantara wong liane. (Iya bu, putra ibu emang paling bagus diantara yang lain.)"

"Pinter emang, et cilik wes paling bedo diantara kancane. Wes yow Mas Satrio, ibu tak pamit. Dijogo apik-apik yow anakku iki.(Dia dari kecil memang pintar, tpi dia yang paling beda diantara teman-temannya. Sudah ya Satrio, Ibu tak pergi, minta tolong jagain ya anakku satu ini).

Ibu masuk ke dalam dengan menninggalkan rasa aneh dan awkward. Kok rasanya Ibu merestui saja jalanku malam ini

"Kenapa kau bengong, ayo jalan."

Satria membangunkanku dari lamunan dan mengangguk. "Kau sudah akrab saja mas sama ibu."

Satria memakaikan helm dia untukku dan mengaitkan pengamannya. "Tentu saja, bagaimana aku tidak akrab dengan calon ibu mertuaku nanti." Dia tersenyum kearahku.

Aku mengangguk, "Oke, lalu kita akan kemana?"

"Kau akan tahu."

Satria naik diatas motornya dan aku ikut membonceng dibelakangnya. Aku perlahan mendekap pinganggnya dan Satria berjalan mengendarai motornya.

Kisah Kasih Di Sekolah. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang