🩵13🩵

5.8K 313 35
                                    

Menjadi tulang punggung keluarga dan memiliki kewajiban untuk menimba ilmu agar bisa mengangkat derajat keluarga membuat Rony tak boleh bermalas-malas an.

Seperti saat ini, Rony terlihat baru saja keluar dari dalam kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi dan tas ransel yang sudah ada dipundaknya.

"Mau kemana Ron?" Tanya Bu Ani sembari menyiapkan sarapan di meja makan.

"Mau kuliah lah Bu, tapi hari ini kuliah cuman satu matkul aja, habis itu mau kirim barang, kebetulan ada job kurir lumayan juga uangnya Bu." Ujar Rony

"Ron, kamu tuh enggak capek apa? Kamu baru pulang subuh tadi, belum tidur belum apa, sekarang udah mau berangkat lagi, kerja keras itu enggak papa, tapi badan juga harus dijaga Rony." Tegur Bu Ani.

"Bu, bukannya Rony enggak jaga badan atau gimana, tapi Ibu tau sendiri kan kerjaan Rony ini serabutan, enggak tiap hari ada kerjaan, enggak tiap hari terima uang, biaya sekolah Diva kan banyak Bu, jadi selagi ada kerjaan dan Rony mampu, ya Rony jalanin aja, lagian jiwa juga masih muda badan juga masih sehat bugar, jadi Ibu santai aja." Tutur Rony menenangkan kekhawatiran sang Ibu.

"Dari awal kan Ibu udah bilang, lebih baik kita bilang apa adanya ke Diva, kalau kamu dan Ibu memang enggak mampu untuk sekolahin dia di sekolah impiannya itu, bukannya dengerin saran Ibu kamu malah main daftarin dia gitu aja, sekarang kamu yang pusing sendiri sampai kerja enggak tau waktu kayak gini Ron." Tutur Bu Ani

"Bu, kita udah sering bahas ini kan? Diva udah terpukul atas kehilangan ayah, masa ibu tega ngebuat dia kembali terpukul karena kehilangan impiannya, Tuhan ambil ayah dari kita itu karena Tuhan tau Bu kalau Rony ini tangguh, pundak Rony ini kuat untuk bertanggung jawab atas Ibu dan Diva." Ujar Rony

"Selamat pagi Abangku dan Ibunda ku, Diva yang paling ceria datang mengguncang dunia." Sapa Diva dengan ceria yang membuat perbincangan serius Rony dan Bu Ani harus terhenti.

Iya, Rony memang selalu minta pada sang Ibu, apapun kondisi buruk dan situasi tak baik tengah terjadi, Diva tak boleh mengerti sebab Rony sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa Diva harus tetap bahagia dan semangat dalam meraih mimpinya.

"Berisik, udah buruan makan sana, gue tunggu diluar." Tegur Rony pada sang adik

"Kamu enggak makan Ron?" Tanya Ibu Ani

"Bungkusin aja ya Bu, Rony masih enggak pingin makan." Ujar Rony

"Yaudah ibu bungkusin ya." Ujar Bu Ani

"Iya Bu, Div kalau udah langsung keluar ya, gue tunggu diluar sama ngerokok ya." Ujar Rony

"Okey Abang." Jawab Diva dengan riang

Rony pun berjalan keluar rumahnya untuk menyambut pagi yang terasa lelah ini. Jujur saja tak bisa Rony pungkiri jika dirinya kini merasa lelah.
Kehujanan dan tak sempat beristirahat membuat kepala Rony cukup terasa pening.

Namun apa boleh buat, tuntutan kehidupan membuatnya harus selalu kuat. Untuk membangun semangat ditengah keletihan diri, rokok adalah kunci, begitulah menurut Rony.

Dan kini sembari menunggu Diva sarapan pagi, Rony pun menyalakan sebatang rokok sebagai kunci semangat untuk dirinya menjalani hari ini.

******
Rony yang berhasil mencari semangat dengan sebatang rokoknya, lain halnya dengan Diman mengawali paginya dengan penuh emosional.

Diman benar-benar dibuat naik darah, setelah menjemput Salma namun Salma telah tiada dirumahnya, Diman mencoba menghubungi Salma namun tak satupun panggilannya dijawab oleh Salma, tak ada jawaban dari Salma membuatnya mencari Salma di kampus dengan memerintahkan Daniel untuk membantunya mencari Salma.

ANANTARA  (SEGERA TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang