AL-6

55 11 14
                                    

Hari-hari berjalan seperti biasanya. Sudah hampir 3 bulan Alexa menjadi siswi di Fearless highschool.

Ada beberapa perubahan yang terjadi. Salah satunya perasaan Alexa terhadap seseorang.

Jika kemarin hanya sekedar penasaran, sekarang Alexa merasa bahwa Ia sudah menaruh perasaan lebih kepadanya. 'Dia' seseorang yang berhasil membuat Alexa terpikat karnanya.

Sayangnya, Alexa hanya bisa memendam perasaannya itu. Selain karna dia yang tidak berpengalaman dalam masalah percintaan, Ia juga takut jika 'dia' sudah memiliki gadis incaran atau bahkan pacar.

•••

"Al gue mau nanya" Alexa menoleh ke arah teman sebangkunya ini. Menaikkan sebelah alisnya seolah menanyakan 'kenapa?'.

"Nggak jadi deh ntar aja" mendatarkan raut wajahnya Alexa melempari temannya ini dengan bungkus bekas makanan yang ada didepannya ini.

"Aishii.. Pengin gue cekek lo kalo begitu" menyodorkan kedua tangannya greget kearah leher Nindi seolah benar-benar akan mencekik temannya ini.

Nindi yang berhasil membuat Alexa kesal pun tertawa puas, tanpa memperdulikan ancaman yang diucapkan Alexa. Karna itu benar-benar hal yang mustahil.

Saat ini mereka sedang duduk bersantai di depan kelas. Bel pulang sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu.

Apa yang mereka tunggu? Tentu saja parkiran sepi. Karna dapat dipastikan saat ini parkiran masih sangat ramai. Mereka malas jika harus berdesak-desakan.

Fyi, Alexa nebeng temannya ini saat pulang sekolah. Jika berangkat dia akan diantar oleh ayahnya karena sekalian berangkat kerja.

Tiba-tiba salah seorang teman kelasnya mendekat kearah mereka, "Al" merasa terpanggil Alexa pun menoleh.

Deg

'Anjir'

Alexa berdehem sebentar, "Kenapa Kal?" mencoba menahan mati-matian rasa gugupnya.

Menatap kearah Nindi seolah memberi sinyal, "Eee... Gue ke toilet dulu Al bentar ya"

Seolah paham yang akan dibicarakan adalah yang tidak seharusnya dia dengar, Nindi meninggalkan mereka berdua tanpa menyadari bahwa temannya ini dalam keadaan yang sangat memperhatinkan.

Bahkan belum sempat Alexa menjawab, Nindi sudah melangkahkan kaki menjauh dari mereka.

'Sialan'

Terjadi keheningan beberapa saat sebelum siswa yang dihadapannya ini berdehem untuk menghilangkan kecanggungan.

"Sebelumnya gue mau nanya, lo masuk ke grup kelas?"

"Em" menganggukan kepalanya pelan dengan menatap bingung Haikal.

"Ada yang mau gue tanyain sama lo, tapi gue nggak tau nomor lo yang mana. Jadi, gue mau minta langsung ke lo. Boleh?" merogoh sakunya mengeluarkan handphone lalu menyodorkan ke Alexa.

Alexa menatap handphone yang ada didepannya ini. Jujur jantungnya sedari tadi tidak bisa tenang.

Menerima handphone itu, lalu mengetikkan angka-angka yang akan menjadi penghubung antara mereka -njay.  Lalu mengembalikan lagi ke pemiliknya setelah selesai.

"Oke makasih nanti gue tanyain di chat" tersenyum sembari memasukan kembali handphone nya ke saku.

"Gue duluan. Jangan terlalu sore pulangnya" pamitnya sebelum balik badan dan mulai menjauh meninggalkan Alexa dengan wajah yang sudah memerah seperti kepiting rebus karena perbuatannya.

'Shibal! sekkiya! Wtf? dia puk-puk pala gue? Serius?'

Alexa memegang puncak kepalanya sendiri dengan perlahan.

Ia terduduk lemas dibangku depan kelas. Masih shock atas apa yang terjadi barusan.

Nindi yang baru saja datang pun dibuat bingung dengan kelakuan temannya ini. Menatap kosong kedepan dengan wajah yang memerah. Apa temannya ini kesambet? -pikirnya.

"Al woy" menyenggol pundak Alexa dengan pelan. Tak ada respon yang diharapkan membuat Nindi panik. Takutnya benar-benar ada yang merasuki Alexa, karena memang gedung belakang sudah mulai sepi.

Dan Ia teringat cerita tentang salah satu siswi yang pernah bunuh diri di sekolahnya ini.

"Anjir" pekik Nindi saat Alexa berdiri secara tiba-tiba. Lalu menoleh kearahnya dengan tatapan yang -entahlah.

"Al jan nakutin gitu lah woy. Sumpah gue merinding njir"

"Nin" panggil Alexa pelan masih dengan menatap Nindi yang sedikit ketakutan.

"A-apa?"

"HUAAAAAA GILAAAA! GUE DI PUK-PUK SAMA DOI" heboh Alexa mengguncang tubuh teman didepannya ini.

Dan begitulah kejadian sore ini. Nindi yang pasrah dijadikan samsak kesaltingan Alexa.

•••

Sesampainya dirumah pun Alexa masih senyam-senyum mengingat kejadian tadi. Bunda yang baru saja membuang sampah dibuat bingung melihat tingkah anak kesayangannya ini.

"Eh" Alexa menghentikan langkahnya karna hampir menabrak Bunda yang berdiri dihadapannya.

"Bunda ngapain diluar?" sambil menyalami sang Bunda yang masih menatap dengan seksama tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan sang Anak.

Memiringkan kepalanya bingung, "Bunda kenapa?"

"Harusnya Bunda yang tanya, kamu kenapa? Pulang sekolah senyam-senyum begitu. Gak kesambet hantu rel kereta deket alun-alun kan?"

"Enak aja. Lexa nggak kesambet ya, Lexa cuma... Ee.. Cuma keinget Nindi iya hehehe"

"Soalnya tadi pas pulang sekolah Nindi jatuh dikolam ikan karna ketawa ngakak jadi jalannya oleng trus jatuh deh ke kolam ikan" -maaf Bunda Lexa boong, cuma kali ini kok kayanya. Batinnya menjerit mengatakan kata maaf berkali-kali pada sang Bunda walaupun Ia yakin Bundanya tidak akan mendengar.

"Ada-ada aja kelakuan kalian tuh" Alexa hanya menunjukan cengirannya.

"Mandi gih abis itu bantuin bunda siapin makan malam"

"Ay ay Kapten" seru Alexa dengan menunjukan sikap hormat kepada Bunda. Lalu berlari masuk kedalam rumah. Bunda dibuat geleng-geleng dengan tingkah sang anak.

•••

Setelah makan malam Alexa langsung menuju ke kamarnya untuk belajar. Sudah menjadi kebiasaannya untuk belajar selama 30 menit setelah makan malam.

Kebiasaan itu Ia tanamkan sedari kecil. Kata sang Ayah, tidak apa-apa hanya buka buku dalam artian belajar, hanya 30 menit saja. Yang penting ada materi yang dibaca dan dipahami, itu pasti akan berguna di lain hari.

Entah ada pr ataupun ulangan, harus tetap sempatkan untuk mengulang materi yang diajarkan disekolah pada hari itu. Supaya tidak cepat lupa.

30 menit terlewati

Menutup buku yang ada didepannya, Alexa mulai membereskan alat tulis yang tadi digunakan ke tempat asalnya.

Saat akan bangkit dari bangku belajar nya suara notif dari handphonenya berbunyi. Mengurungkan niatnya untuk langsung rebahan, Ia membuka ponsel untuk mengecek siapa yang mengiriminya pesan.

'Bjir'

Menutup mulutnya terkejut melihat siapa pengirim pesan malam-malam begini.

●◉◎◈◎◉●

Thankyou for Reading 'AL'

See you in next chapter

ALEXA : Pentagon LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang