AL-8

58 10 10
                                    

'apakah seberharga itu?'

Mengangguk pelan dan tersenyum kecil sebagai bentuk menghargai, "Makasih juga"

Tak lama, suara riuh murid-murid terdengar berjalan ke arah kelas.

"Weeiiiii berduaan aja" celetuk seorang siswa yang terlihat lebih tinggi dari teman lainnya. Kita sebut namanya David Erlangga.

"Tiati loh yang ketiganya setan" saut teman disampingnya. Seno Albian siswa yang paling humoris dikelas.

"Kalian setannya" ucap Haikal membalas candaan teman-temannya.

Srek

Alexa bangkit dari bangkunya, membuat mereka menatapnya bertanya, "Loh Al, mau kemana?" tanya Nanda Heksa Marvelino siswa yang hampir sama tingginya dengan David.

Menutup kembali kotak hadiah tersebut lalu tersenyum menanggapi, "Mau ke kelasnya Kak Nisa, Gue pergi dulu" pamitnya sebelum melangkahkan kaki keluar kelas.

"Lo sih pake ngeledekin segala. Jadi nggak enak kan sama Alexa" menyenggol lengan David yang ada disampingnya.

"Heh! Mao Mao Lo juga ikutan ya gak usah nyalahin Gue doang" kesal David menempeleng kepala Seno.

Seno Albian, siswa yang memiliki panggilan paling unik di kelas. Ia hanya mau menengok jika dipanggil dengan nama Mimao.

"Ck Kalian sama-sama salah gak usah saling menyalahkan" Nanda berjalan menuju ke bangkunya, bosan mendengarkan teman se SMP nya ini yang selalu bertengkar.

•••

Alexa berjalan melewati lorong kelas XI untuk bisa sampai di Ruang OSIS. Saat akan berbelok, Ia dikagetkan dengan munculnya seseorang yang sangat Ia hindari saat ini.

"Loh Alexa? Mau kemana?" tanya Nala penasaran.

Tak langsung menjawab pertanyaan Nala, Alexa justru menatap Nala dengan pandangan yang sulit diartikan.

'Lebih tepatnya Gue tertarik sama Dia'

Pernyataan itu terus terngiang-ngiang di otak Alexa. Memejamkan mata sebentar, sambil menghela napasnya pelan.

"Mau ketemu Kak Nisa" balasnya.

"Oh Masuk aja tadi Aku juga baru ketemu sama Kak Nisa"

"Em Makasih" mengangguk singkat lalu berjalan melewati gadis berkacamata itu.

Menghentikan langkahnya, Alexa menengok ke belakang tempat dimana Qinala tadi berdiri.

Haruskah Ia menyerah? Qinala itu cantik, manis, Alexa mengakuinya. Apalagi dengan kacamatanya, itu menambah tingkat kemanisannya.

Dia juga seseorang yang humble, ekstrovert. Jadi, tidak heran jika dia gampang akrab dengan semua orang yang ditemuinya.

Sangat berbanding terbalik dengan Alexa.

Memang Alexa juga tergolong cantik dan juga manis dengan lesung yang ada di pipi kiri nya. Dan juga gigi gingsul yang membuatnya semakin terlihat manis saat tertawa.

Tapi bukan itu yang di maksud berbanding terbalik disini.

Sifat Alexa lah yang berbanding terbalik dengan Qinala. Sangat jauh beda, Alexa yang selalu diam membuatnya terlihat jutek.

Apalagi dengan alis dan mata yang terlihat menukik tajam yang dimilikinya. Itu semakin membuat orang menjadi sedikit takut saat akan memulai obrolan dengannya.

Dia pernah dibilang sinis saat ada seseorang yang menyapanya, tapi yang orang itu tau Ia hanya menoleh dan menatap orang itu saja. Padahal dia tersenyum! Hanya saja senyumannya itu tertutup oleh masker yang Ia kenakan.

Menyebalkan memang

Mengerjapkan mata, Ia kembali sadar dengan tujuannya kesini. Dia melanjutkan langkahnya ke Ruang OSIS.

Tok tok tok

Ceklek

"Eh Alexa? Ada apa?" menatap bingung kearah adik kelasnya ini.

"Eee... Itu... Apa" menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal karena tiba-tiba Ia merasa gugup.

"Masuk dulu yuk, ngobrol didalam aja" membuka pintu lebih lebar, mempersilahkan masuk.

Tiba-tiba Ia mematung saat menyadari ternyata bukan hanya ada Nisa diruang OSIS ini.

"Kenapa?" melihat apa yang ditatap Alexa Ia terkekeh.

"El jangan menatapnya seperti itu. Dia bisa kabur nanti" menegur sang Ketua OSIS yang masih menatap lekat ke arah Alexa.

Alexa buru-buru menundukkan kepalanya, karena takut dan juga gugup ditatap seperti itu oleh Axel.

"Udah gak usah peduliin dia, sini duduk" menarik pelan lengan Alexa menuju sofa yang tersedia diruang tersebut.

"Jadi? Apa yang buat kamu dateng ke sini?"

"Aku... Mau ngasih ini" menyodorkan kotak hadiah yang dipegangnya kearah Nisa.

"Apa ini?"

"Bengbeng" jawabnya meringis menatap Nisa yang masih bingung.

Melihat kebingungan Kakak kelasnya ini Alexa buru-buru berusaha menjelaskan maksudnya, "Eee... Ini, sebenernya Aku mau berbagi aja sama Kakak"

"Tadi Aku dikasih sama temen, tapi menurut Ku ini kebanyakan. Aku bisa dimarahin Bunda kalo makan bengbeng terlalu banyak. Aku kepikiran buat bagi ini sama temen-temen yang lain tapi gak enak sama yang ngasih kalo Dia liat. Jadi, Aku mau berbagi sama Kak Nisa" jelasnya.

"Ohh kirain ngasih kado buat apa" Nisa mengambil kotak itu lalu membukanya.

"Ini masih terbungkus, belum kamu buka?"

"Belum" menunjukan cengirannya yang membuat geleng-geleng Kakak kelas didepannya ini.

"Yaudah, ini Aku buka ya" mengambil kotak bengbeng yang ada didalamnya lalu membuka bungkus plastik yang membungkus kotak jajan tersebut.

"Aku ambil lima deh, sisanya bisa Kamu ambil"

"Cuma lima? Gak mau ambil lagi? Itu masih banyak loh Kak"

"Aku juga kebanyakan dong nanti" ucapnya bergurau.

"Gak papa. Kalo gak Kita setengahan" Alexa mengambil kotak itu lalu mengeluarkan isi dari kotak bungkus bengbeng tersebut ke atas meja didepan Mereka.

"Nah ada tujuh belas bungkus. Aku ambil yang 8 bungkus terus 9 bungkusnya Aku kasih ke Kakak" membaginya di atas meja, lalu memberikannya kepada Nisa.

"Kebalik dong, yang bener gini. Delapan bungkus buat Kakak terus 9 bungkusnya Kamu ambil. Karena Kamu yang punya" Nisa menggeser satu bungkus yang ada didepannya kearah tumpukan bungkus bengbeng didepan Alexa.

"Kakak gak mau ambil yang sembilan?" tanyanya menatap Nisa polos.

Nisa tertawa pelan, lalu menggeleng menjawab pertanyaan Adik kelasnya ini.

"Kalo gak yang satu kasih tuh ke Kak Axel siapa tau mau" Menunjuk Axel dengan lirikan matanya ke arah Alexa.

Alexa yang mendengar itu seketika reflek menoleh ke arah Axel yang sedang mencatat entah apa itu, dengan earphone yang bertengger di telinganya.

Sejenak Ia merasa terpana melihat wajah serius sang Ketua OSIS, tapi setelah mengingat tatapan menyeramkan yang selalu diperlihatkan nya membuatnya segera memalingkan kembali wajahnya ke arah Nisa.

●◉◎◈◎◉●

Thankyou for Reading 'AL'

See you in next chapter

ALEXA : Pentagon LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang