AL-21

37 6 92
                                    

Ruang rawat Alexa sekarang ramai dengan teman-temannya yang sedang menjenguknya. Untungnya tak semua hanya 16 anak.

Siapa saja?

Nindi, Rachel, Laeli, Astrid, Tanaya, Liana, Arsylla, Qinala Mimao aka Seno, Nanda, Haikal, David, Ali, Galang, Galih, dan juga Ariz si Wakil ketua kelas.

Sudah paham bukan gimana jadinya kalau Mimao, Ali, dan Galih disatukan dalam satu ruangan. Ditambah sekarang ada Galang. Sudahlah rasanya Ia ingin diberi obat tidur saja, supaya tak mendengarkan ocehan tak bermutu mereka berempat.

Bayangkan jika 36 siswa datang semua. Sudah dapat dipastikan dirinya akan pingsan karna pusing dengan suara-suara mereka.

Bundanya sedang pulang untuk menyiapkan makan malam, dan akan kembali kesini saat Ayahnya sudah pulang kerja.

"Alexa udah dibolehin pulang kapan?" suara lembut Nala mengalun di telinga Alexa dan Nindi dkk.

"Baru juga masuk rumah sakit kemarin" kata Nindi membalas.

"Gak tau dokternya belum ngasih tau" Alexa menambahkan.

"Kemarin kita semua panik banget tau waktu Kamu pingsan. Untungnya Aku bisa nenangin diri biar gak ikutan panik. Jadi, mereka bisa lebih cepat bawa Kamu ke UKS" ceritanya membuat para gadis menatapnya julid.

Alexa? Ia sedang menahannya agar tak terlihat, karna Qinala bercerita dengan antusias menatapnya.

Dalam hatinya, iyakah? Yang bener?

Menatap temannya satu persatu, membuatnya ingin tertawa. Komuk julidnya benar-benar tak bisa disembunyikan.

"Ekhem, Iya makasih"

"Al" panggil Mimao yang duduk lesehan di samping sofa.

"Kenapa?"

"Kata dokter gimana? Gak disuruh homeschooling kan?"

"Gak kok, cuma diingetin. Nanti kalo udah mulai sekolah, jangan sampe nglakuin olahraga yang berat"

"Tapi hampir satu semester Lo ikut olahraga aman-aman aja"

"Ya Lo kan tau, guru olahraga kita begimane. Orang disuruh pemanasan sendiri trus lari keliling lapang sekali. Abis itu udah materi" bukan Alexa yang menjawab melainkan Galih yang duduk di sebrangnya.

"Iya sih, olahraga apaan begitu"

"Lo terakhir kaya gini kapan? Kenapa bisa sampe lupa kalo punya riwayat jantung lemah?"

"Emm... Kapan ya? Gak tau lupa. Waktu SMP Bokap Gue udah konfirmasi sama pihak sekolah jadi dapet kebijakan dari sana"

"Kenapa gak konfirmasi di SMA?" tanya Nanda nimbrung.

"Karna udah lama Gue gak ngrasain kaya gini. Jadi Gue pikir, gak perlu lah konfirmasi sama sekolah yang sekarang, selagi Gue masih bisa jaga kondisi tubuh"

"Eehhh... Malah kejadian begini" ucap Ali menutup cerita Alexa.

"Ya gitulah"

"Al Lo tau gak sih? Kemaren tuh bener-bener campur aduk suasananya" celetuk Arsylla memegang lengan Alexa yang bebas infus.

"Campur aduk gimana?" tanya Alexa bingung.

"Iya. Panik, ada ngakaknya, ada emosinya, khawatir juga. Campur-campur lah pokoknya"

Tertawa kecil membayangkan yang diucapkan Arsylla, "pasti riweh banget. Makasih banget Loh, maaf jadi ngrepotin"

"Eng-"

"Ngrepotin gimana, gak kok. Kita kan temen jadi harus saling membantu satu sama lain, ya kan temen-temen?" ucapan Nindi terpotong dengan suara Qinala.

"Bener" jawab para lelaki serentak. Suara cewenya? Mereka lebih memilih menatap Qinala dengan kesal.

ALEXA : Pentagon LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang