Al-19

40 6 45
                                    

"Al kenapa jadi gini?" Nindi memegang tangan dingin Alexa.

"Kak tangannya dingin banget" suara Nindi sudah mulai bergetar menahan tangisnya.

"Jangan panik, tenang dulu. Bentar lagi sampe" Axel jujur sama paniknya. Bahkan sepertinya lebih. Tapi Ia berusaha menutupinya, jika sama-sama paniknya semua akan jadi semakin tak terkendali.

Sesampainya dirumah sakit, Axel keluar dari mobil terlebih dahulu untuk memanggil suster.

Tak lama Ia kembali dengan mendorong brankar rumah sakit bersama beberapa suster.

Menggendong kembali Alexa, Axel memindahkannya diatas brankar. Selesai, mereka sama-sama berlari mendorong brankar itu menuju keruang UGD.

"Mohon tunggu diluar, selagi dokter menangani pasien" ucap suster itu sebelum masuk kedalam UGD.

Axel mengusap wajahnya frustasi, "hah... Kamu harus baik-baik aja Al" gumamnya menatap pintu UGD.

Tiba-tiba Ia teringat sesuatu. Merogoh saku celananya, mengambil ponselnya lalu menempelkan nya ditelinga setelah menekan satu nama kontak di hp nya.

"Apaan Xel. Gue lagi pelajaran ege" suara Alex terdengar berbisik disana.

"Alexa masuk rumah sakit"

"Apa?! Kenapa bisa?!"

"ALEX!" Terdengar teriakan Guru, Alex ketahuan bertelponan karena tadi Ia berteriak.

"Maaf Bu, Saya ijin keluar dulu adik temen saya nelpon ngabarin kalo adik saya masuk rumah sakit. Xel rumah sakit mana? Gue kesana sekarang" ucap Axel sembari berlarian di lorong kelas.

"Rumah sakit yang deket kantor polisi"

"oke"

Tut

Menjauhkan ponselnya dari telinga setelah Alex menutup panggilannya.

Terdengar langkah kaki yang berlari dari arah belakang, Axel menoleh melihat wali kelas Alexa dan juga Guru BK nya datang bersama seorang wanita yang seumuran dengan Ibunya.

Sepertinya itu orangtua Alexa.

"Axel gimana keadaan Alexa?"

Axel menggeleng, "masih diperiksa didalem, dokternya belum keluar"

"Nindi Alexa kenapa nak?" Bunda memegang tangan Nindi, menatapnya dengan air mata yang sudah berjatuhan.

"Nindi gak tau pastinya Bunda, tadi pagi tiba-tiba Alexa nelpon. Nafasnya ngos-ngosan kaya abis lari, trus Dia minta dijemput di deket tangga depan ruangan Lab komputer"

"Nindi tanya ngapain disana. Alexa gak jawab, Dia suruh Nindi kesana cepetan sebelum Dia pingsan katanya. Nindi panik dengernya jadi gak sadar kalo Nindi ngomongnya keras sambil lari panik. Anak-anak kelas juga ikutan lari ke tempat Alexa karna khawatir terjadi sesuatu"

"Pas sampe disana muka Alexa udah pucet banget, Dia langsung pingsan tepat setelah Kita udah ngelilingin Dia. Akhirnya Kita gotong ke uks. Sampe sana, petugasnya bilang. Detak jantungnya cepet, katanya Alexa harus dibawa kerumah sakit sekarang. Trus Dia langsung lari buat nyari bantuan. Disitu Kita dibuat tambah panik karna tangan sama kaki Alexa dingin banget"

"Trus Kak Axel dateng, langsung gendong Alexa ke mobil sekolah" Bunda memeluk Nindi.

Bunda paham pasti Nindi sangat panik saat itu, ketakutan akan terjadi sesuatu sama Alexa sudah pasti memenuhi pikirannya.

"Terimakasih, kalian sudah menolong anak Bunda" ucapnya tulus.

Melepaskan pelukannya, Bunda beralih menatap pemuda disamping Nindi.

ALEXA : Pentagon LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang