CHAPTER 26 + PO

13.3K 111 3
                                    

"Berbulu?" tanya Irina dengan dahi sedikit mengernyit. Ada sticky note yang tertempel di sana dengan satu kata yang harus ia tebak.

"Iya berbulu tapi ada juga yang tidak," jawab Nancy.

Irina yang mendengar Nancy menjawab seperti itu semakin bingung harus menebak apa. Sebelumnya Nancy bilang 'terkadang bisa juga disebut hewan' yang semakin menambah kebingungan.

"Um, apa ya?" tanya Irina dengan pandangan yang menelisik menatap Nancy di hadapannya. "Tunggu, ini bertelur atau melahirkan?"

"Tidak bertelur dan tidak melahirkan tapi punya dua telur dan tidak akan pernah menetas," jawab Nancy dengan senyuman yang ia tahan-tahan.

"Aih?" Irina semakin mengernyitkan dahi bingung. "Tidak melahirkan dan tidak bertelur tapi punya dua telur dan tidak akan pernah menetas? Apa ya?"

"Gampang sekali Irina astaga. Ini kesukaan kamu sekali! Ayok tebak!"

Nancy memekik gemas sendiri. Sudah sangat jelas jawabannya apa tapi Irina masih tak mendapat jawaban.

"Besar atau kecil bentuknya?"

"Ada yang besar ada juga yang kecil, hihihi." Nancy terkekeh geli. Irina yang melihat temannya itu tampak semakin bingung lagi dan lagi.

"Aih? Apa?" tanyanya. "Punya telur dua dan tidak akan pernah menetas. Ada yang berbulu ada yang tidak. Ini kesukaanku? Bentuknya ada yang besar dan kecil. Um?"

"Astaga itu loh itu." Nancy memberi kode ketika ia sedang mengulum kejantanan pria yang membuat Irina melotot ketika ia menyadari jawabannya apa.

"KEJANTANAN PRIA!!"

"Yashh bitch!!" Nancy memekik heboh. "Astaga kenapa dari tadi kamu tidak langsung menjawabnya, huh?!"

"Serius?!" Irina melihat kertas di keningnya dan benar tulisan memang itu. "Astaga sialan sekali kamu menulis ini Nancy!"

"HAHAHA BERCHANDYA, BERCHANDYA~"

Nancy benar-benar tertawa renyah yang membuat Irina mendengus melihatnya. Belum sempat mengucapkan kembali kata-kata, kursi di sampingnya tiba-tiba saja ditarik oleh seorang remaja laki-laki dengan rambut coklat yang disisir seperti kebanyakan remaja amerika.

"Bagaimana? Shopia ada di rumahnya?" tanya Kenneth kepada Irina dan juga Nancy. Jawaban yang didapat remaja laki-laki itu adalah gelengan.

"Aku sudah bertanya kepada Papa tirinya dan dia jawab katanya Shopia pergi pagi-pagi buta untuk menemui kamu," ujar Nancy yang membuat Kenneth mengernyitkan dahi mendengarnya.

"Apa? Tidak ada Shopia menemuiku pagi-pagi buta. Aku menghubunginya pun selalu tidak dijawab."

"Aku pun. Panggilan dariku juga tidak dijawab oleh Shopia." Irina menyahut. "Jangankan panggilan dari kita, panggilan dari Daddy Chris saja sebagai Papanya meskipun Papa tiri juga tidak dijawab oleh Shopia."

"Serius?" Kenneth menatap Irina dengan pandangan tak percaya.

"Astaga jadi Shopia ke mana? Shopia menghilang begitu?"

"Tunggu. Shopia menghubungi kita berdua kemarin malam. Dia bilang dia khawatir kamu kenapa-kenapa karena berhadapan bersama Om Chris," ujar Nancy yang membuat Irina mengangguk cepat.

"Benar! Lalu kamu ada bicara apa bersama Daddy Chris? Cerita lah cerita. Ayolah Ken cerita."

"Cerita apa? Papa tirinya Shopia kasih rekaman suara Shopia yang bilang jika dia tidak menyukaiku."

"APA?!!" Irina dan Nancy terkejut bersamaan.

"Bagaimana bisa? Tunggu Daddy Chris kenapa punya rekaman Shopia yang bilang tidak suka kepada kamu?" tanya Irina.

𝐒𝐓𝐄𝐏𝐃𝐀𝐃 𝐎𝐁𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang