"Dokter bilang minggu depan aku sudah boleh Pulang. Aku senang sekali karena aku akan kembali bertemu dengan Shopia," ucap Hannah bersemangat mengucapkan kabar gembira tersebut kepada suaminya yang saat ini sedang memberikan tatapan intens.
"Sungguh aku sudah tidak sabar untuk cepat-cepat pulang, Christof. Aku benar-benar merindukan Shopia."
Christof masih menatap perempuan dewasa di hadapannya tanpa banyak bicara. Sudah menjelaskan sekali jika ia tak suka mendengar penuturan Hannah yang akan pulang minggu depan.
Bagaimana pun juga jika istrinya itu pulang ia tidak bisa melancarkan semua rencana untuk membuat Shopia menjadi miliknya. Bermula dari rasa ketertarikan berlanjut sampai menjadi obsesi yang berlebihan.
"Christof?" Hannah mengusap sisi wajah suaminya itu yang membuat sang empunya mengerjap dari lamunan. "Kenapa diam saja? Kamu tidak senang mendengar kabar jika aku akan pulang minggu depan?"
"Aku senang Hannah. Senang sekali." Christof mengulas senyum dengan kedua tangan yang menangkup pipi istrinya. Membawa keduanya untuk saling bertukar pandang.
"Tapi kenapa kamu diam saja? Kamu seperti tidak senang."
"Aku kehabisan kata-kata saking senangnya mendengar kabar jika kamu akan pulang minggu depan. Akhirnya kamu pulang juga. Shopia pun pasti akan senang ketika kamu pulang nanti, Hannah."
"Aku pun sudah sangat merindukannya." Perempuan dewasa itu berkaca-kaca. Benar-benar mempenjarakan rasa rindu dalam waktu yang bisa dibilang cukup lama.
Kedua ujung ibu jari Christof mengusap air mata yang jatuh membasahi kedua pipi istrinya. "Kita akan kembali bersama-sama lagi Hannah. Aku, kamu dan Shopia akan menjalani hari-hari seperti dulu. Kita bertiga akan kembali bersama ...."
Hannah mengangguk dalam deraian air mata yang terasa hangat di ujung ibu jari suaminya. Christof membawa bibirnya untuk saling memagut. Memejamkan mata bersamaan dengan melepaskan rasa rindu yang sudah terbelenggu.
Mendekap erat tubuh istrinya seolah tak akan ada hari esok. Memberikan kasih sayang lewat pelukan. Memberikan rasa perlindungan dari usapan telapak tangan di punggung dan pucuk kepala.
"Kamu bisa merahasiakan kabar ini dari Shopia? Aku ingin memberikannya kejutan," pinta Hannah ketika pelukan sudah terlepas.
Christof mengangguk. "Tentu Hannah. Aku akan merahasiakan kabar ini dari Shopia. Aku pun penasaran bagaimana reaksi terkejutnya Shopia ketika melihat kamu pulang."
"Terima kasih Christof." Hannah mengusap dada bidang milik suaminya tersebut. "Maaf selama ini aku tidak bisa melayanimu. Minggu depan aku akan kembali melayanimu seperti dulu."
Pria dewasa itu memegang punggung tangan Hannah yang masih menempel di dadanya dengan senyuman hangat.
"Tidak perlu kamu pikirkan Hannah. Aku yang seharusnya meminta maaf kepada kamu. Aku minta maaf karena aku tidak bisa berada di dekatmu setiap waktu."
Istrinya itu mengangguk. Christof kembali mencium bibir Hannah. Memagutnya beberapa saat dengan perasaan kalut. Menahan tengkuk perempuan dewasa tersebut agar ciumannya semakin dalam. Keningnya mengernyit dalam. Ada emosi di sana.
"C-Christof! Ahh!"
Hannah memandang suaminya dengan helaan napas kasar. Bingung karena Christof tiba-tiba saja berperilaku seperti barusan. Belum sempat bertanya, suaminya itu sudah kembali menarik tengkuk Hannah untuk berciuman lagi sampai Hannah menepuk-nepuk dan mendorong kasar bahu suaminya ketika ia merasa akan kehabisan napas.
***
"Sialan! ERGHH!!!" Christof memukul sisi kemudi dengan amarah yang meluap-luap. Kedua matanya sangat tajam menatap jalanan di depan sana yang sedikit ramai.
![](https://img.wattpad.com/cover/355891880-288-k458655.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐓𝐄𝐏𝐃𝐀𝐃 𝐎𝐁𝐒𝐄𝐒𝐒𝐈𝐎𝐍
Fiksi Remajaᵎᵎ mature content! ᵎᵎ an age gap romance adult book! Semenjak Hannah masuk rumah sakit, perlakuan Christof berubah 180 derajat terhadap anak tirinya. Rasa kasih sayang sebagai ayah sambung perlahan berubah. Rasa takut kehilangan serta ingin mem...