"Bluze? "
Pandangannya terasa kabur, kabut dimana-mana dengan angin dingin yang menerpa kulit, awan hitam menutupi langit dan menghalangi sinar hangat dari mentari untuk masuk dan menyapa permukaan bumi yang hampir membeku. Puing-puing gedung ada dimana-mana serta banyaknya darah berciptaratan dengan luas
Fred mengamati sekeliling dengan berjalan gontai, kakinya terluka serta lengannya yang patah. Disaat pandangannya ke depan, dia melihat Bluze berdiri membelakangi nya dengan membawa pedang patah ditangannya, awalnya dia tersenyum lega dan berjalan dengan tertatih-tatih menuju temannya.
Ketika jarak semakin dekat mata Fred melebar sempurna, kondisi Bluze sangat parah dan menyakitkan untuk dilihat, darah biru mengotori kemeja putih dengan salah satu sayap yang menghilang dan satu sayap patah menggantung di punggungnya hampir terlepas, pedang patah itu dihiasi oleh darah yang sangat pekat.
Fred merasa ada yang salah, dia mendekati Bluze dengan panik dan terjatuh. Mencoba bangkit namun pergerakannya terhenti ketika mendengar suara Bluze
"Fred, hentikan. Jangan bergerak "
Fred menatap Bluze dengan bingung, dalam keadaan seperti ini Bluze tampak santai membelakangi nya dan menikmati pemandangan yang benar-benar hancur
"Apa maksud mu?! Sayap mu, a-apa yang terjadi?! Kita dimana, mengapa disini sangat berantakan!? " detak jantung Fred berdebar dengan cepat, banyak mayat dimana-mana yang tertimbun puing-puing raksasa bangunan serta mayat yang terpotong dan jeroan dimana-mana
"Fred, semuanya sudah berakhir "
Mata Fred melebar, dia berjalan mendekati Bluze dan dengan kasar membalikkan tubuh Bluze untuk menatapnya. Disana yang dia tatap adalah mata hijau kosong tak memiliki kehidupan
"Semuanya sudah tiada, hanya kita yang tersisa. Aku tidak bisa lagi " Bluze menatap Fred, tatapan kosong serta nada putus asa membuatnya tampak berantakan
"Apa maksud mu?... Ini, kita sudah menang, kan? Kita memenangkan peperangan! Mengapa... Ini bisa terjadi? " Fred menggenggam erat pundak Bluze, melihat bagaimana hancurnya kota serta banyaknya mayat dimana-mana dan naga bencana yang mengamuk diarah perbatasan kota. Dia merasa amarah memuncak di saat ini
"Fred, aku ingin bersama anak ku "
"TIDAK! KAU TIDAK BOLEH MENYERAH! KAU HARUS TETAP HIDUP! " Fred segera menolak, tidak akan dia biarkan temannya mati, dia tidak akan membiarkan temannya mati ditempat ini
Sementara itu Bluze terdiam, menggenggam pedang dengan erat dan menggigit bibirnya dengan kuat. Dia merasa sudah diambang batasnya, dia bahkan bisa melihat anaknya melambai kearahnya dan tersenyum begitu cerah, mengundangnya untuk ikut dan melepaskan semua rasa sakit.
"Kau tidak mengerti. Aku lelah seperti ini, aku ingin anak ku disamping ku, ini menyakitkan. Aku tidak tahan lagi "
'Tidak, seharusnya tidak seperti ini. Bluze tidak akan menyerah, aku tidak akan membiarkan mu mati, kau harus hidup! ' rahang Fred mengeras, kemarahan nya meluap-luap bagaikan gunung yang akan meletus. Perasaan frustasi serta sakit bercampur menjadi satu
"KAU TIDAK BOLEH MENYERAH! KAU SELALU BERUSAHA TANPA MENGELUH! JANGAN AKHIRI HIDUPMU DITENGAH BENCANA SEPERTI INI! KAU AKAN KU LINDUNGI—huh? "
Teriakan Fred terhenti ketika melihat Bluze terbatuk darah, ketika tubuh Bluze hampir terjatuh dia dengan sigap menangkapnya. Tangannya gemetar melihat betapa lemahnya kondisi Bluze saat ini
"Bluze? Hei, bangun! BLUZE! "
"maaf... "
"BLUZE! " Pandangannya menjadi kabur, melihat tubuh Bluze yang bercahaya dan perlahan-lahan berubah menjadi debu. Dia tidak bisa melakukan apapun sekarang, selain memanggil-manggil nama temannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi [End]
De TodoNelson tidak pernah tahu kalau dirinya adalah seorang reinkarnasi dari dewa cahaya, begitu juga dengan teman dekatnya yaitu nightD reinkarnasi dari dewa kegelapan warning ⚠ - karakter o'oc - my au - kebanyakan drama -BxB? -short nelson au -fantasy...