O8 ; Kebesaran Hati Sang Ibunda

61 30 11
                                    

Jumat, 11 September 2020

Setelah sarapan, ibu Yuki memberikan Yuki obat dan segera pergi ke sekolah, karena beliau dipanggil oleh guru BK untuk membahas masalah Yuki kemarin Rabu. Yuki sendiri tidak ikut, karena sejak hari Rabu malam, ia jatuh sakit dan belum menunjukkan tanda-tanda bahwa kondisinya membaik. Ia sakit flu, dan flu tersebut cukup berat karena hidungnya berlendir, tubuhnya panas, dan kepalanya pening, sampai dia tidak bisa bersekolah. Selama dua hari ini di rumah pun, tak banyak yang Yuki lakukan. Biasanya, untuk sekadar berinteraksi dengan teman-temannya dan menyapa pengikutnya di sosial media tidak menjadi halangan meski kondisi fisiknya kurang baik, namun entah kenapa kali ini tidak bisa. Hanya sekitar 15 menit melihat layar ponsel, kepalanya sudah sangat pening.

Di ruang BK, setelah ibu Yuki masuk, masuklah keempat teman-teman Yuki yang dipanggil untuk memberikan kesaksiannya. Mereka adalah Gwen, Steven, Raza, dan juga Tiara. Saat mereka masuk, mereka langsung menyalami ibu Yuki sekaligus berkenalan.

"Saya di sini sebagai saksi ya, jadi buat Gwen sama Steven yang terlibat langsung, kalo mau ngeralat boleh banget. Jadi, kemarin Rabu itu, saya duduk berdua sama Arvel di kursi panjang deket kelas 11 D IPA. Nah Yuki ini lewat, trus dia langsung nyoretin lipstik ke bajunya Arvel," Raza angkat bicara.

"Liptint kali," Tiara mengoreksi perkataan pacarnya.

"Iya deh, pokoknya itu yang buat bibir. Masih inget banget saya, hemnya Arvel jadi ada bekas warna pink tua. Tua banget warnanya kalo di baju putih, sampe nyaris ungu. Warna setua itu, kalo di baju kan susah hilang, apalagi bajunya putih. Makanya abis itu, saya panggil Yuki, biar dia ngasih pertanggungjawaban. Tapi dia malah kabur ke kamar mandi sambil ketawa-ketawa. Ngumpet deh dia di sana, terus si Gwen, Arvel, Reisha, Devon, sama Steven masuk. Kisruh di situ, tapi maaf ya, saya gatau pasti yang diributin apa, soalnya saya ga diceritain, yang diceritain itu adalah Yuki nampar sama jambak Gwen. Trus Steven yang mau nahan, dilawan balik sama Yuki, jaketnya ditarik, sampe Steven hampir kecekek. Nah, beberapa anak-anak di sini kalo ada keributan gitu kan suka ngerekam, ga tau apa tujuannya. Termasuk saat ini, kejadiannya direkam sama Devon. Nah, Yuki tau dia direkam, HPnya itu langsung direbut, trus dijatohin. Menurut yang cerita lagi, keributannya baru selesai pas Yuki dibawa keluar paksa sama Reisha," terang Raza.

"Buat Gwen sama Steven, Tante minta maaf ya kalo Yuki kesulitan buat ngendaliin emosinya. Kalo misalnya kalian ngerasa dirugikan banget sama Yuki, kalian boleh milih sanksinya sendiri. Trus, Tante juga prihatin sama Steven, dan buat Steven, kalo masih sakit, Tante periksain ke dokter deh," ibu Yuki meminta maaf atas perilaku anaknya.

"It's ok Tante, ga separah itu kok," kata Steven jujur.

"Buat sanksi, kita serahin ke sekolah aja deh, soalnya sekolah yang bertanggungjawab. Tapi kalo bisa, sampe rumah tolong bilangin Yuki ya, jangan nampar apalagi sampe nyekik orang kalo marah," sahut Gwen.

"Tentu saja, Gwen. Itu sudah jadi kewajiban saya sebagai orangtuanya di rumah," timpal ibu Yuki, "oh ya, dia punya sesuatu untuk kalian."

"Halo, gue Yuki. Gue minta maaf kalo gue hari ini ga bisa dateng ke sekolah buat ngomong secara personal ke kalian, karena gue sejak Rabu itu drop banget sampe buat liat HP sebentar aja rasanya pusing banget. Tapi, rasa bersalah gue sama kalian terlalu besar buat gue diem aja. So, I recorded this voice message. Gue minta maaf yang sebesar-besarnya buat semua yang ribut sama gue kemarin, specifically to Gwen, Arvel, Steven, sama Devon. There's nothing more I can say beside apologizing to y'all. Sejak kecil, gue diajarin sama ortu gue buat selalu bertanggung jawab atas kesalahan yang gue perbuat. Jadi, buat Devon, kalo misalnya HP lo rusak dan butuh biaya servis, gue bantuin ngebiayain pake tabungan gue. And thank you banget buat Reisha yang berhasil nenangin suasana biar keributan ini ga makin jauh, gue kasih lo apresiasi yang sebesar-besarnya. Makasih banyak udah dengerin sampe habis, have a nice day."

"Gwen juga minta maaf Tante, karena belum bisa jadi teman yang baik buat Yuki," Gwen meminta maaf setelah mendengar rekaman suara yang diputarkan oleh ibu Yuki itu.

"Sebenarnya kita cukup welcome kok buat jadi temennya Yuki, selama dia asik, ya kita asik juga Tante, ibaratnya gitu," Tiara angkat bicara.

"Terima kasih ya kalian sudah kooperatif di sini. Yuki itu tipe anak yang semua-semua mengikuti lingkungan sekitarnya, kalau lingkungannya baik dan suportif, ya dia bisa menyesuaikan dan bahkan lebih baik. Dan jangan cuma ke Yuki aja, ke semuanya juga harus menciptakan lingkungan yang baik, supaya tidak ada lagi rasa tidak nyaman antara murid-murid di sekolah. Kalau semuanya nyaman buat ke sekolah, kedepannya pasti akan lebih baik juga," ibu Yuki berterimakasih pada teman-temannya.

"Jarang sekali loh saya ketemu orangtua murid seperti ini, yang bisa diajak diskusi dan tidak memihak hanya pada anaknya," komentar sang guru BK.

"Iya Bu, saya sekolahin anak saya selain buat dapat pendidikan secara akademis, ya pendidikan sosial sama moral juga. Kalau saya belain terus anak saya, sama aja saya nanem bom waktu, alias tidak mendidik anak saya untuk bertanggungjawab atas kesalahannya, yang pastinya bakalan berbahaya buat dia di masa depan," jelas sang ibu.

"Baik, terima kasih buat semuanya di sini. Untuk Gwen, Steven, Raza, dan Tiara, silakan lanjutkan pelajaran," kata sang guru BK sebagai mediator, "terima kasih banyak ya Bu, sudah datang untuk diskusi hari ini."

Pertemuan di ruang BK itu pun berakhir damai. Sudah tidak ada lagi rasa marah maupun dendam antara guru BK, teman-teman Yuki, dan juga ibunya. Maka dari itu, pertemuan ditutup dengan ibu Yuki bersalaman dengan teman-teman Yuki.

Error : Who Is She? (02 line)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang