2O ; Kerja Bakti dan Cerita Sedih

82 31 104
                                    

"Andai kau tahu, bahwa orang yang mengerti dirimu telah berada di sini. Lalu mengapa kau tak dapat melihat jika akulah yang pantas untukmu?" -You Belong With Me, Taylor Swift

Jumat, 20 November 2020

Pagi itu, Yuki berjalan ke kelasnya seperti biasa. Sesampainya di kelas, Yuki pun memutar lagu Lovesick Girls milik Blackpink dan segera menirukan gerakannya.

"Anak-anak, segera turun ya. Kita senam, tidak ada yang di kelas!" teriak Bu Wina sang wakil kepala sekolah. Baru setengah lagu, Yuki dibuat kaget oleh teriakan Bu Wina. Maka dari itu, Yuki dan teman-teman pun segera turun ke lapangan mengikuti perintah sang wakasek.

"Eh, senam di sekolah kok lagunya bukan lagu Blackpink, Itzy, atau Twice gitu sih. Biar bisa jadi kaya flashmob yang lagi viral itu loh," celetuk Yuki.

"Ya, soalnya kalo flashmobnya lagu kpop, ntar cuma lo doang yang gerak. Sisanya nontonin lo," komentar Nico.

"Ga lah, kan Little Monster kebagi jadi dua tim sekarang, jadi lebih banyak. Trus yang lain, yang baris di belakang tinggal ikutin gerakannya. Hal mudah ga perlu dipersulit kalo kata gue mah," Yuki yang telah menjadi anggota tetap Little Monster memberikan opininya terkait hal tersebut.

"Oke oke, terserah si paling koreaan aja deh," ucap Nico pasrah. Padahal, Yuki sama sekali tidak memaksa, ia hanya memberikan masukan agar senam di sekolah semakin seru.

Setelah senam, agendanya adalah kerja bakti sebelum memulai pelajaran pertama. Chalysta, ketua kelas 11 B IPA segera memerintahkan anak-anak untuk mengangkat kursi dan meletakkan tas di atas meja, sebab mereka akan mengepel lantai.

"Ayo kursinya angkat! Tasnya taro meja! Habis itu keluar, jangan masuk kalo ga terdesak! Jangan lupa lepas sepatu!" perintah Chalysta. Yuki pun segera melaksanakan perintah Chalysta dengan keluar dari kelasnya. Karena Yuki suka sekali berjalan-jalan keliling sekolah, maka dari itu Yuki menggunakan kesempatan ini untuk melakukan tur keliling sekolah. Tujuan pertamanya adalah lapangan basket indoor sekolah, sebab kelas 11 E IPA, kelas Valen, dijadwalkan untuk membersihkan area sekitar lapangan tersebut menurut edaran yang ada. Ya, itung-itung sekalian cuci mata juga sih.

Yuki memasuki lapangan basket tersebut melalui pintu samping. Ternyata, di dekat situ ada Reisha, Elia, dan juga Abel yang sedang bercengkrama.

"Woy Ki, Valen lagi sparing tuh. Masuk gih, temenin. Kasian dia sendirian," sahut Reisha. Yuki hanya tertawa kecil menanggapi kata-kata Reisha, sebab dari kemarin Reisha gencar sekali menjodohkan Valen dengan Yuki. Padahal, Yuki belum tertarik untuk berpacaran, dan hanya tertarik untuk berteman dekat dengan Valen. Sebab, ayah Yuki melarang Yuki untuk berpacaran, karena tak mau pikiran putrinya tentang "cinta" atau "pacar" akan mengganggu kehidupan sehari-harinya, khususnya dalam segi akademis.

"Valen, lo keren banget!" teriak Yuki saat ia mendekat ke arah Yuki untuk mengambil minum. Ya, Yuki sengaja duduk di samping botol minum Valen agar Valen bisa mendekat ke arah Yuki saat hendak mengambil minum.

"As always. But since gue udah jadi kapten tim basket, maka udah jadi kewajiban gue buat latihan lebih keras lagi," jawab Valen, "gue di sini dulu ya, lagi break ceritanya."

"Gapapa, btw liquid lo enak, Len, vanilla milk fix jadi kesukaan gue," celetuk Yuki sambil mengeluarkan sebuah pod dari kantung celananya.

"Masih ngepod ga lo?" sambung Yuki setelah ia menarik satu isapan pendek dari pod miliknya itu.

"Heh, bandel banget, ketangkep CCTV kelar ntar idup lo. Harusnya lo simpen di rumah aja, jangan lo bawa ke sekolah," Valen kaget dengan hal nekat yang Yuki lakukan.

"Ya gapapa, toh di sini juga ga ada guru. Ntar gue masukin kantong lagi kalo ada ya," ucap Yuki santai.

"Aish, terserah lo aje dah Kiara Nayuki. Untung aja gue jadi kaya gara-gara pod gue dipake ama lo. Nih duitnya lagi gue pake buat beli device baru," balas Valen.

"Inceran lo apa?" tanya Yuki setelah mengisap podnya lagi.

"Drag E60, paling awal tahun depan gue baru bisa beli. Soalnya akhir tahun mesti banyak pengeluaran," kata Valen dengan jujur.

"Lo ngerokok ga sih?" Yuki mencoba memulai topik baru.

"Dulu iya, tapi sekarang udah engga. Raya nyuruh gue berhenti. Raya kan suaranya harus bagus terus, soalnya dia spesialis nada tinggi. Dia emang ga ngerokok kan, tapi kalo keseringan kena asep rokok juga bisa berdampak buruk ke dia," cerita Valen.

"Wah, Raya baik ya," komentar Yuki. Yuki bermuka dua di sini, karena tak dapat dipungkiri lagi, dia membenci Raya. Namun, Raya dulunya adalah perempuan yang mengisi hati Valen, sehingga Yuki mau tak mau harus pura-pura respek pada Raya di depan Valen.

"Gue pernah diselingkuhin 3 kali. Makanya sejak itu gue jadi posesif kalo suka sama orang," Valen angkat bicara setelah diam sejenak dan menghela napas panjang.

"Gue pernah sabar ngadepin seseorang, dan berjuang terus buat bisa stay sama dia, tapi gue dibuang dan disia-siain sama dia. Mau tau seberapa setianya gue? Tanya aja sama Arvel," cerita Valen.

"Gue maafin kan dia selingkuh, jadi kita balikan. Tapi mantan selingkuhannya bilang kalo gue seharusnya mati, biar pacar gue bisa buat selingkuhannya. Gue berubah jadi kasar bukan karena kemauan gue, tapi keadaan maksa gue buat berubah. Gue cuma ga mau jatoh ke lubang yang sama," Valen bercerita sembari terisak, "nah kan, gue netesin air mata lagi."

Mata Yuki juga ikut berkaca-kaca mendengar cerita Valen. Ia tahu betul siapa yang Valen ceritakan, meskipun Valen tidak menyebut nama dari subjek yang dibahas.

'Sumpah Raya, lo jahat banget. Selingkuhan lo juga kek anjing! Putusin dulu lah kalo udah bosen, jangan main selingkuh aja. Gue benci lo, Ray. Lo nyebut gue "pelacur" cuma gara-gara gue saling flirting sama Valen. Lo bela-belain pertahanin hubungan lo, tapi lo juga nyakitin Valen. Cewek brengsek! Harusnya elo yang mati, bukan Erga,' batin Yuki. Yuki segera meluapkan emosinya dengan mengetik di akun Twitter pribadinya, yang tiada satupun orang bisa melihat postingannya, kecuali dirinya sendiri.

"Gue rasa, lumrah sih gue disakitin, atau dimanfaatin. Soalnya gue orangnya gampang luluh banget, dan gampang maafin orang juga," kata Valen.

"Len, itu kan bukan salah lo. Lo kalo udah ga kuat ya harus berani ngambil keputusan buat pisah. Gampang kok, kalian kan belum nikah, belum punya anak juga. Take it easy aja kalo kata gue mah," ujar Yuki. Yuki yakin betul, bukanlah sebuah hal yang sulit bagi Valen untuk putus dengan Raya, karena sebelumnya ia mendengar sebuah cerita dari Reisha, bahwa Valen mudah sekali "memutuskan" pacarnya, dan mendapatkan penggantinya.

"Iya Ki, makanya gue sekarang jomblo. Pengen nikmatin waktu dimana gue ga punya hubungan spesial sama siapapun, dan memperbanyak cari temen," respon Valen. Sama seperti Yuki, Yuki memang menyukai Valen, tetapi ia menghargai keputusan Valen untuk menunda mencari pacar dahulu, sehingga Yuki tidak memaksakan diri untuk menjadi pacar Valen. Walau, hati kecil Yuki berkata bahwa ia ingin lebih dekat dengan Valen.

"Heh Ki, ada guru!" teriak Valen yang mengagetkan Yuki. Yuki melirik ke arah pintu samping, dan ia melihat Pak Ferry, wali kelas Valen, memasuki lapangan basket bersama para murid yang lain. Maka dari itu, Yuki pun langsung memasukkan pod miliknya ke dalam saku agar tidak ketahuan oleh guru.

"Kalian dari tadi ngapain? Kok berduaan?" tanya Steven saat melihat Valen dan Yuki sedang duduk berdampingan.

"Cuma ngobrol doang kok, santuy," jawab Valen santai.

"Kok tumben-tumbennya mau ngobrol sama cewek, mana cuma berduaan lagi. Cieee Valen," goda Reisha.

"HEH REISHA!" ujar Yuki dengan nada tinggi. Seketika, suasana aula pun berubah menjadi penuh tawa setelah tadi Valen dan Yuki menangis.

Error : Who Is She? (02 line)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang