15 ; Pertengkaran Di Hari Ultah

95 32 101
                                    

A/N: Medianya diputer ya, biar gambaran suasananya dapet

Kamis ini, saat istirahat siang, Yuki bertemu dengan Valen di kantin. Valen tidak sendiri, ia sedang bersama teman-teman segengnya.

"Pisan pindo aku percoyo ro omonganmu, jebul saiki kowe wis keconangan ing mburiku. Kowe selingkuh ro koncoku cerakku iki, opo dumeh aku wong kere langsung mbok larani," Yuki menyanyikan bait kedua dari lagu Kimcil Kepolen itu dengan fasih.

"Weits, baru tau idol Jepang bisa nyanyi lagu Jawir," komentar Andra yang juga menyukai lagu-lagu Jepang, khususnya Yoasobi.

"Bisa dong, kan netral. Jepang bisa, Korea bisa, Indo juga bisa," jawab Yuki sembari tertawa kecil.

"Btw, besok gue ultah nih," kata Yuki.

"Ultah ke berapa?" tanya Valen.

"17," jawab Yuki.

"Minta kado ga? Lumayan nih, sweet seventeen," tawar Valen.

"Len, dia udah beli kado ultahnya sendiri, yang itu masih berhubungan sama lo juga. Yes, exactly, pod lo laku ama Yuki," cerita Devon.

"Loh, bukannya itu Devon yang ngejual?" Yuki balik bertanya. Sebab, Yuki ingat betul bahwa Devon menjualnya di akun Twitter miliknya.

"Itu punya Valen, tapi gue yang bantu jualin soalnya Valen takut ketahuan sama Raya. Iya, itu kado dari Raya pas Valen ultah Mei kemarin, cuma gegara si Valen suka diceng-cengin ama temen segengnya gara-gara warnanya pink, jadi dia jual deh. Kita bagi hasilnya," cerita Devon.

"Heh Von! Jangan buka kartu!" teriak Valen yang langsung disambut dengan Devon yang nyengir kuda karena perasaan bersalah.

"Hahaha, gue ga minta kado kok. Soalnya bener kata Devon, gue udah beli kadonya sendiri," timpal Yuki sembari meninggalkan meja itu. Hal tersebut pun langsung disambut oleh tawa dari Valen dkk.

Sebenarnya, Yuki ingin bertanya pada Valen mengenai hubungannya dengan Raya. Namun, Yuki mengurungkan niatnya karena takut malu. Bagaimana tidak, teman-teman Valen ada di situ semua! Bisa dijadikan bahan ejekan dia. Selain takut malu, Yuki juga takut ucapannya akan merusak hubungan pertemanan antara dirinya dan Valen. Untung saja, Yuki memiliki banyak topik untuk dibicarakan dengan gengnya Valen.

Pada sore hari, setelah jam pulang sekolah, Yuki mendapatkan pesan langsung di Instagram. Pesan tersebut dari Raya, yang mengancam Yuki akan membuat hidupnya di sekolah tak tenang jika terus mendekati Valen. Selain itu, Raya juga menyinggung soal pod Valen. Raya berkata bahwa Yuki mencurinya. Yuki berusaha menjelaskan, namun hal itu tak diindahkan oleh Raya. Maka dari itu, Yuki menerima semua ancaman Raya sebagai tantangan, dan ia sudah siap bertempur di medan perang dengan Raya sebagai lawannya. Marah dengan hal ini, Yuki pun menyindir Raya di akun Twitter miliknya. Raya yang mengetahui unggahan tersebut, tanpa ragu membalas sindiran Yuki dan menyatakan bahwa ialah korban dari segala "kebusukan" Yuki, karena kebahagiaannya diambil oleh Yuki.

Keesokan harinya adalah ulang tahun Yuki. Dia datang bebarengan dengan sejumlah kardus besar berisi kue kecil untuk dibagikan ke teman-temannya.

"Yuki, serius sebanyak itu?" tanya Sonia yang penasaran mengapa jumlahnya kue di dalam kardus sangat banyak dan ada sekitar 5 kardus juga.

"Buat bagi-bagi dong, kan saya baik hati dan tidak sombong," kata Yuki sambil tertawa kecil, "kalo mau ambil sekarang gapapa". Seketika, kue yang dibawa Yuki pun langsung diserbu oleh anak-anak kelas 11 B IPA. Selain anak-anak 11 B IPA, Yuki pun berencana untuk membagikan kue-kue itu ke anak-anak kelas lain pada jam istirahat.

Pada saat istirahat, Yuki bersiap untuk memberikan kue pada Valen di kelas 11 E IPA. Namun, di tengah jalan, Yuki mendadak dilabrak oleh Raya.

"Ini pesan terakhir buat lo. Gue tahu lo cewek baik-baik, tapi pandangan gue pupus setelah tahu kelakuan lo di belakang gue. Lo playing victim seakan gue yang rebut Valen dari lo. Hello bitch, he's mine. Apa sih kesalahan gue di masa lalu yang bikin lo jadi kaya gini? Ga ada. Satu hal ya, selamanya selir ga akan bisa dudukin tahta kerajaan apalagi bersanding dengan raja itu sendiri. Oh ya, lo bukan selir, lo cuma orang yang dateng dan ngerusak hubungan gue sama Valen. Selain itu, lo juga ngerusak hubungan sahabatnya Valen kan? Gue ga peduli sebaik apa lo, secantik apa lo, seterkenal apa lo, sekaya apa lo, kalo lo ngerusak hubungan orang posisi lo udah rendah dan lo playing victim itu lebih rendah lagi," Raya angkat bicara dengan panjang kali lebar kali tinggi. Yuki tidak menjawab apa-apa, ia hanya menatap Raya dengan tatapan seperti berkata "apaan sih".

"Hubungan lo sama Valen tu cuma karangan, gue sama dia pacaran udah 16 bulan. Ga mungkin dia selingkuh," cerita Raya. Lagi-lagi, bualan Raya itu tak digubris oleh Yuki.

"Banyak hal yang gue lewatin sama dia, susah seneng gue bareng dia terus. Lo pikir gue bakal nyerah dengan kehadiran lo? Sorry kaga sis. Gue juga bukan sahabatan ya. Gue temen, sahabat, dan pacarnya. Gimana nih?" tantang Raya.

"B aja tuh ga gimana-gimana," akhirnya Yuki angkat bicara.

"So udah ya cantik sampe sini aja, Valen punya gue," kata Raya dengan nada sombong. Untuk yang kesekian kalinya, Yuki enggak jawab kata-kata Raya. Hanya menunduk dengan pasrah sembari menelan ludah, seperti adik kelas yang sedang dirundung oleh seniornya. Terlihat juga, Yuki nyaris menangis karena matanya terlihat sayu dan mengeluarkan air mata.

"Gini ya, I'm the winner, I'm the queen," Raya kembali menyombongkan dirinya. Yuki menghela napasnya dalam-dalam, mencoba memikirkan jawaban atas kalimat Raya.

"Gue yang menang. Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda. Roda tuh terus berputar, makanya jangan sombong. Bisa jadi hari ini lo menang, besok lagi gue yang menang," kata Yuki yang langsung disambut oleh kehebohan dari para siswa dan siswi yang menonton di koridor.

"Ga ada kata pemenang buat lo, ga ada. Valen punya gue, dan lo hama," sahut Raya dengan nada tinggi.

"Bilang aja, lo ga mau nerima kekalahan."

"You're a bitch," ejek Raya. Yuki tak bisa mendengar kata-kata itu. Tentu saja ia terpancing dan reflek langsung melemparkan kue yang dia pegang ke wajah Raya. Penonton pun tambah heboh lagi, yang sekarang sambil meneriakkan yel-yel "gelut... gelut!".

"Mau naik takhta jadi queen? Jelas ga bisa dong, kan ratunya gue," Raya kembali angkat bicara. Sepertinya ia sama sekali tak merasa jera terhadap lemparan maut Yuki. Semakin Raya bicara, Yuki pun juga merasa semakin tertantang untuk "melumpuhkan" gadis itu. Sebab, ayahnya berpesan jika Yuki tidak boleh tinggal diam apabila ada yang mengganggunya. Ia harus melawan.

Maka dari itu, Yuki pun meraih rambut Raya dan segera menjambaknya. Kakinya menginjak kaki Raya agar dia tak dapat menghindar, sedangkan tangan kirinya memukuli bagian bahu, dada, dan perut tanpa henti. Raya melawan dengan memberikan pukulan di bahu Yuki. Namun, lagi-lagi tangan Raya yang digunakan untuk memukul ditekuk dengan paksa oleh Yuki sembari Yuki menendang kemaluannya. Raya pun mengerang kesakitan, namun Yuki sama sekali tak memberikan ampun. Ia terus menendang dan memukuli Raya tanpa henti.

Tiada yang memisahkan kedua gadis itu, sampai Raya akhirnya tak mampu melawan lagi. Hal tersebut diakibatkan oleh para saksi yang sangat fokus merekam peristiwa tersebut. Yang tidak merekam, mereka memerhatikan setiap gerakan Yuki dengan seksama, sampai-sampai tidak ada satupun saksi yang berniat untuk memanggil guru. Tak ada guru yang lewat, karena kejadian itu berada di lantai dua, jauh dari ruang guru, dan guru-guru di Smabukel tak pernah berkeliling saat jam istirahat.

"Lo pantes ngedapetin ini semua, Ray. Gue bahagia liat lo sengsara, sama kaya lo yang bahagia liat gue marah karena lo mencoba mempertahankan "hak milik" lo itu," kata Yuki sembari melangkah menjauh dari Raya yang telah terbaring lemah di lantai. Saat satu koridor heboh, Yuki pun langsung melangkah santai dari TKP seperti tidak melakukan apa-apa. Kendati demikian, Yuki dibuat kaget karena semua kejadian tadi terekam dalam siaran langsung Instagram! Betul, Yuki melakukan siaran langsung di Instagram saat membawa kue itu. Akan tetapi, saat Raya mengadangnya, siaran langsung itu tidak dimatikan, hanya saja ponselnya dimasukkan ke dalam saku kemejanya.

Setelah insiden itu, Yuki segera pergi ke toilet untuk menenangkan dirinya. Saat ia membuka celananya, ia melihat noda merah di dalam celana dalamnya.

"Sial," gumam Yuki. Ia mengalami menstruasi di sekolah. Untung saja, ibunya tidak pernah alpa untuk menyiapkan pembalut di tas sekolahnya untuk berjaga-jaga. Walaupun begitu, Yuki harus setengah berlari ke kelas karena pembalut miliknya ada di kelas.

Error : Who Is She? (02 line)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang