Yuki's POV
Senin ini, kelasku bertugas upacara. Walaupun sekolahku sekolah swasta, setiap Senin tetap dilaksanakan upacara dengan petugas yang digilir per kelas, mulai kelas IPA A sampai IPS B. Mungkinkah jika alasan diadakannya upacara tersebut adalah untuk kedisiplinan dan menanamkan nilai-nilai nasionalisme bagi para peserta didik? Tanyakan saja pada bapak kepala sekolah, karena aku tidak bisa menjawab secara pasti. Kalau menurut aku pribadi sih, agak malas ya kalau harus upacara setiap hari Senin dengan menggunakan atribut lengkap.
Posisiku sendiri menjadi petugas paduan suara bersama teman-teman lain yang perempuan. Yang laki-laki, sudah menjadi pemimpin upacara, pemimpin barisan, dan juga pembawa naskah Pancasila bersama Pak Basri, kepala sekolah kami. Menjadi petugas padus merupakan tantangan tersendiri, sebab aku tidak bisa bernyanyi, khususnya nada tinggi. Aku yakin seratus persen, nyanyianku pasti akan terdengar kurang pas. Beruntungnya, aku berada di baris paling belakang, jadi suaraku tidak langsung terekam oleh mikrofon.
Tak terasa, setelah menahan diri berdiri selama 45 menit yang bagaikan 4 jam, upacara pun selesai. Setelah semua barisan termasuk dengan barisan paduan suara dibubarkan, aku iseng mendekat ke arah mikrofon. Di mikrofon, aku menyanyikan lagu Blackpink yang berjudul lce Cream. Lagu tersebut dirilis beberapa waktu lalu, namun sudah mampu memuncaki tangga lagu karena berkolaborasi dengan penyanyi kenamaan Selena Gomez. Tak lama kemudian, suaraku terdengar menggema. Usut punya usut, mikrofonnya ternyata belum mati! Seketika, aku pun langsung berlari menjauhi mikrofon, karena takut akan dipermalukan lebih jauh.
Saat sedang berjalan dari lapangan upacara ke kelas, tiba-tiba saja aku berpapasan dengan Reisha.
"OMG Yuki, you're on the top!" sahut Reisha dalam Bahasa Inggris. Ia terdengar sangat antusias dalam menyiarkan sebuah kabar.
"Hah di atas? Seinget gue, dari kemarin gue di bawah terus," aku balik tanya. Sebab, akhir-akhir ini aku merasa kepercayaan diriku turun drastis, terlebih lagi setelah pertengkaranku dengan Gwen dan aku yang dijelek-jelekkan di Lambe Smabukel dengan mengabaikan itikad baik yang sudah kulakukan. Saat itu juga, aku merasa seperti seorang bintang idola KPop yang dibenci karena melakukan suatu hal yang dianggap "salah" oleh publik. Sehingga, saat aku sakit di rumah, aku juga jadi sering menangis mengingat hal itu.
"Enggak, yang sekarang, lo beneran di atas kok. Atas banget! Nilai B Inggris lo lebih tinggi dari Raya, cewek blasteran yang setiap liburan ke luar negeri! Padahal, Raya ga pernah ada lawan kalo soal nilai mapel B Inggris, atau Sastra Inggris," Reisha pun menceritakan apa yang ia ingin ceritakan sedari tadi.
"Loh iya kah? Emang berapa?" aku kebingungan mengenai pernyataan Reisha.
"Yuki, lo ga baca daftar nilai murni PTS yang bocor itu? Nilai B Inggris lo tuh 97,5 woy, si Raya cuma 95!" Reisha tambah ceria menceritakan cerita ini.
"Loh, gue ga tau. Gue kemarin seharian ga buka grup kelas, tapi gue inget bener kalo semalem grup kelas rame, ga tau apa yang mereka bahas," jawabku jujur.
"Beneran Ki, gue kirimin SSannya deh," timpal Reisha. Setelah ini, kami berpisah untuk pergi ke kelas masing-masing.
Saat tiba di kelas, aku pun membuka ponselku. Di ponselku, sudah ada notifikasi dari Reisha. Saat kubuka, aku kaget bukan kepalang melihat nilaiku. Ternyata, benar kata Reisha, aku mendapatkan nilai 97,5, sedangkan Raya mendapat nilai 95! Reisha pun bercerita, bahwa Raya selalu mendapat nilai A di pelajaran Bahasa Inggris dan Sastra Inggris sejak kelas 10. Saat mendengar informasi tersebut, aku yakin sepertinya Raya kurang hoki kali ini, sehingga ia mendapat nilai di bawahku. Aku sendiri adalah orang Indonesia asli, dan aku terakhir keluar negeri saat aku masih SD. Kendati demikian, ilmu berbahasa Inggrisku berasal dari kelompok bermain hingga SD, karena aku bersekolah di sekolah berbahasa Inggris yang menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan sesama murid dan guru.
Skip istirahat pertama
Setelah memakan bekal camilanku, aku langsung pergi ke kantin. Di kantin, aku tidak beli apa-apa, hanya sekadar mampir melihat-lihat siapa yang ada di sana.
"Heh Yuki!" panggil Reisha.
"Ada apaan, Rei?" jawabku sembari mendekatkan diri ke arah Reisha. Karena kursi di sebelah Reisha kosong, maka aku langsung menduduki kursi itu.
"Raya penasaran sama lo Ki," Reisha memulai pembicaraannya.
"Loh, penasaran apanya? Rahasia belajar gue? Bilang aja kaga ada, soalnya gue ga belajar," aku juga penasaran dengan kata-kata Reisha. Memang benar, aku tidak belajar sedikit pun untuk mapel B Inggris. Hanya sepenuhnya mengandalkan ilmu komunikasi berbahasa Inggrisku saat SD.
"Penasaran, lo pake pelet apa, kok lo anak pindahan dari Jogja tiba-tiba aja bisa dapet nilai nyaris sempurna," jawab Reisha sesuai dengan apa yang dibahas oleh Raya di akun Twitternya.
"Ya udah, bilang sesuai yang gue sebutin aja," kataku. Reisha hanya tersenyum kecil mendengar responku.
"Eh Ki, video lo nge-prank Ahmad Raihan viral sampe Tiktok loh," celetuk Abel yang berada di meja yang sama dengan kami.
"Ahmad Raihan? Siapa?" aku tidak mengerti siapa yang dibicarakan oleh Abel. Yang aku ingat, aku merekam konten prank "ngomong kedeketan" pada sejumlah murid lelaki yang berpapasan denganku saat istirahat kedua, dan hasil rekaman tersebut aku edit lalu kuunggah di akun Instagramku.
"Crush gue. Beneran loh, dia emang keren banget, penampilan sama permainannya. Ga heran kenapa dia beken banget di sekolah. Oh ya, dia anak band juga, udah menang sampe kancah nasional pas lomba band remaja kemarin," cerita Reisha mengenai pria yang membuatnya tertarik di sekolah.
"Saking populernya, fansnya jadi pada komen jelek di tempat lo," Abel ikut nimbrung.
"Eh, dia yang mana di video?" aku malah balik tanya, sebab aku belum hafal semua nama dan wajah anak-anak di angkatanku.
"Yang pertama!" timpal Reisha.
"Sorry ya Rei, gue ga tau kalo dia ternyata crush lo. Jangan sampe lo latah komen jelek juga di lapak gue," aku meminta maaf sekaligus mengingatkan Reisha. Sebab, walaupun aku tidak tahu siapa Ahmad Raihan, saat aku iseng membaca komentar postingan tersebut, aku melihat ada banyak orang yang menyebut namanya.
"Kaga, ngapain amat gue komen jelek. Gue suka ya suka aja, ga sampe ngehujat lawan jenis yang ngonten bareng dia," kata Reisha jujur.
"Nah, harusnya lo kalo suka orang kaya gitu juga Ki. Jangan siapapun yang lagi deket sama orang yang lo suka langsung dibully sama lo," nasihat Abel. Aku pun tertawa kecil mendengar kata-kata mutiara dari Abel tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Error : Who Is She? (02 line)
Ficção Adolescente[UNBELIEVABLE SEASON 2] "Selalu ada kala dimana kau merasa sebagai sistem yang gagal" Kabar meninggalnya seorang gadis yang populer tiba-tiba menghebohkan sekolah. Namun, bagaimana jika sebenarnya gadis itu tak pernah meninggal? Kedatangan anak baru...