"Maukah kamu mendengarkan cerita yang seperti dongeng?" - Secret Story Of The Swan, IZ*ONE
Kamis, 24 September 2020 dari sudut pandang Nayuki
Hai, aku sudah kembali masuk ke sekolah sejak hari Senin untuk menempuh penilaian tengah semester. Kondisiku sudah jauh lebih baik dan segar, walaupun belum sembuh total karena masih harus wara-wiri ke kamar mandi untuk buang ingus di tengah-tengah ujian. Kendati demikian, rasa pusingnya sudah berkurang sangat jauh semenjak hari Sabtu atau Minggu. Ujiannya itu sendiri berlangsung dari hari Senin tanggal 21 sampai hari Senin lagi tanggal 28. Per hari ada 2 atau 3 ujian dari total 13 mapel yang diujikan. Beruntungnya, ujian tersebut berbasis daring menggunakan server sekolah dan bisa membuka aplikasi lain selama ujian.
Untuk hari Kamis ini, ada 3 mapel yang diujikan. Setiap jeda antar mapel ada istirahat, dan waktu istirahat tersebut kupakai untuk berjalan-jalan ke kantin dan antar kelas yang tidak jauh. Di saat istirahat itu, aku melihat seseorang yang memikat perhatianku. Bukan Arvel, melainkan Valen yang merupakan teman dekat dari Arvel sendiri. Kalau dari penilaianku, penampilan Valen tidak seatraktif Arvel, namun dia memiliki sebuah daya tarik yang tak bisa kusebutkan. Bukan berarti dia jelek lho, kalimatku jangan disalahartikan.
"Heh Yuki!" teriak seseorang. Setelah kutengok, ternyata Elia adalah yang memanggil namaku.
"Ngapain di sini?" tanya Elia lagi.
"Berdiri aja," jawabku. Ya, aku memang tidak sedang memerlukan ataupun ingin melakukan sesuatu yang terlihat. Namun siapa sangka, diam-diam aku sedang menulis sebuah cerita.
"Eh, ada Yuki," sapa Abel saat dia baru keluar dari kelas setelah menghabiskan bekal makan siangnya.
"Gue ga disapa juga nih?" tanya Elia.
"Ya udah, hai El," Abel mengulang sapaannya sambil melambaikan tangannya pada Elia.
"Bel, dari tadi Yuki tuh ngapain sih? Kok gue liat-liat, dia mainan HP terus? Mana keliatan kaya serius banget," tanya Elia, sesuai dengan apa yang ia amati sedari tadi.
"Oh, gue lagi bikin cerita," jawabku jujur. Memang benar, sedari tadi aku sedang membuat cerita tentang kehidupan perkuliahan, namun inspirasi tokoh-tokohnya adalah teman-temanku di sekolah. Namanya diganti memang, tapi kalau misal kalian perhatikan betul, maka kalian pasti sadar jika referensinya adalah teman-temanku sendiri.
"Cerita apa? Bocorin dikit dong, gue kepo nih," sahut Abel yang memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi seperti seorang balita.
"Gaes, menurut kalian, si Valen tu vibesnya kaya sugardaddy ga sih?" aku melayangkan sebuah pertanyaan yang cukup random. Kesannya memang aku seperti mengalihkan topik, namun hal tersebut ada hubungannya dengan cerita yang sedang kutulis. Cerita yang kutulis itu tentang seorang mahasiswi baru yang kesepian dan membutuhkan uang, sehingga ia pun nekat mencari seorang teman kencan yang memiliki banyak uang. Akhirnya, tokoh utama dari cerita itu pun mendapatkan seorang teman kencan yang sangat baik hati dan tidak pernah sekalipun menyentuh sang gadis atau meminta sang gadis melakukan aktivitas dewasa, tapi di sisi lain transferan tetap lancar. Terdengar sangat enak hidup tokoh utamaku sepertinya, namun dibalik itu semua, sang tokoh utama tetap diajarkan berbisnis oleh teman kencannya itu, sehingga tidak sia-sia hidup sang tokoh utama di masa depan.
"Sugardaddy? Lebih ke hot daddy sih kayaknya," respon Elia terhadap pertanyaanku.
"Eh Ki, tapi lo jangan deket dia deh. Dia pedofil soalnya," sahut Abel dengan tak berpikir panjang.
"Hah? Pedofil? Maksud lo?" aku kaget sehingga reflek berbicara dengan suara yang cukup keras.
"Heh Abel, Elia! Kalian jangan mancing-mancing si anak baru!" tiba-tiba saja, Valen muncul dari dalam ruang ujiannya.
"Eh, ada Valen," Abel merasa bersalah karena tiba-tiba saja orang yang baru dibicarakan muncul! Terlebih lagi, pembicaraan tersebut mengarah ke topik dewasa!
Di sisi lain, aku memerhatikan dua orang yang duduk di bangku panjang yang terletak di luar kelas. Ya, di bangku tersebut ada Devon dan Steven yang terlihat sedikit mencurigakan, atau malah sangat mencurigakan. Mengapa? Steven terlihat duduk di pangkuan Devon, dan Devon juga memeluk Steven! Seketika aku pun merasakan bahwa hal tersebut "luar biasa", alias tidak biasa sehingga hal itu harus kuceritakan di akun media sosialku.
"Wah, ini pasti diceritain di Twitter-nya," sahut Arvel yang berada tak jauh dari lokasi.
"Biasalah, kemarin juga udah," sahut Steven yang sepertinya sudah hafal dengan aktivitasku di media sosial, khususnya Twitter dan Instagram. Memang benar kata Steven, aku suka sekali menceritakan hal-hal mengagetkan dan lucu di sekolah, baik yang kudengar maupun kulihat dengan bahasa yang menghibur, sehingga banyak yang menanti postingan life update ala-ala tersebut.
Aku terus bersenda gurau dengan mereka, hingga tanpa disadari, bel tanda ujian ketiga dimulai telah berdering! Maka dari itu, kami pun segera berpisah dan masuk kembali ke ruang ujian masing-masing.
A/N: yang mau baca AU Yuki as sugbab, bisa mampir ke link ini! Fyi, yang nulis aku juga
https://twitter.com/nyangieseo/status/1572835891802181632?t=HemGH3bJC8s8Bjki-1TPjQ&s=19
KAMU SEDANG MEMBACA
Error : Who Is She? (02 line)
Teen Fiction[UNBELIEVABLE SEASON 2] "Selalu ada kala dimana kau merasa sebagai sistem yang gagal" Kabar meninggalnya seorang gadis yang populer tiba-tiba menghebohkan sekolah. Namun, bagaimana jika sebenarnya gadis itu tak pernah meninggal? Kedatangan anak baru...