27 ; Lempar Batu Sembunyi Tangan

56 24 94
                                    

Siang itu, Yuki baru saja kembali ke kelasnya dari praktek Fisika di laboratorium. Baru selangkah masuk kelas, tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh suara teriakan dari Nico.

"Gawat!" teriak Nico dengan pandangan yang terpaku pada meja Yuki.

"Loh loh, ada apa, Nic?" tanya Once yang juga terkejut dengan teriakan Nico.

"Ada yang nyoret-nyoret meja Yuki!" jawab Nico dengan nada panik. Mendengar namanya disebut, Yuki pun langsung maju agar bisa melihat mejanya dari jarak yang lebih dekat.

Begitu Yuki berada paling depan, jantung Yuki serasa turun ke usus. Bagaimana tidak, meja Yuki telah ditulis dengan kalimat yang mengancam Yuki agar segera dikeluarkan dari sekolah, bahkan ancaman kematian juga tertulis di meja Yuki. Tak cukup sampai situ, kata-kata yang sangat buruk seperti "lonte" pun juga tak luput ditulis oleh si tersangka bebarengan dengan tulisan-tulisan lainnya. Begitu membacanya, Yuki nyaris menangis. Yuki memang tipe orang yang menangis jika sudah berada di tahap marah tertinggi, sehingga hal ini pasti membuatnya mengeluarkan air mata.

"Yuki, sabar ya, pelakunya pasti ketemu. Sekarang, lo makan dulu sama gue," hibur Once sembari mengambil kotak makan Yuki.

"Makasih, Ce, tapi gue mohon buat tinggalin gue sendiri dulu," respon Yuki sembari mengambil kotak makannya dan duduk di bangku paling belakang.

"Tenang-tenang, gue udah nge-chat Bu Virly soal ini. Gue ama Nico bakal bawa meja ini ke ruang guru. Once ama Tascha ke ruang kepsek, minta tolong liatin rekaman CCTV." Chalysta, sang ketua kelas, mencoba untuk membagi peran anak-anak kelas untuk menyelesaikan masalah ini bersama. Tanpa basa-basi, mereka pun langsung melaksanakan perintah Chalysta.

"Permisi, Pak," ucap Once setibanya di Ruang Kepala Sekolah.

"Bolehkah kami melihat rekaman CCTV hari ini pada jam pelajaran ke 5 dan ke 6?" Tascha meminta izin pada Pak Basri.

"Untuk apa ya?" respon sang Kepala Sekolah.

"Teman sekelas kami ada yang mengalami perundungan, Pak. Saat kami baru kembali ke kelas dari belajar Fisika di laboratorium, tiba-tiba saja meja teman sekelas kami dicoret-coret dengan kata-kata kasar. Saya yakin pelakunya bukan murid di kelas kami, karena saat diabsen, murid kelas kami hadir semua di lab," jelas Once.

"Oh begitu, tunggu sebentar ya. Karena kejadiannya baru terjadi, makanya pasti ga terlalu ribet nyarinya," ucap Pak Basri. Pak Basri sangatlah anti terhadap tindakan perundungan di lingkungan Smabukel, sehingga beliau pasti cepat tanggap setiap kali ada yang melaporkannya.

"Kemari, Nak. Saya sudah ketemu," kata Pak Basri. Tascha dan Once pun langsung berjalan cepat ke arah monitor CCTV, tak sabar dengan apa yang hendak ditunjukkan Pak Basri.

"Kalian kenal anak yang ada di situ?" tanya Pak Basri. Di layar, terpampang jelas seorang gadis berambut coklat bergelombang memasuki kelas Yuki dan membawa spidol. Saat sampai di meja yang berada di bagian tengah barisan depan, ia langsung memperhatikan botol minum yang diletakkan pada meja itu. Dari botol minum itulah ia bisa mengetahui pemilik meja itu, sebab botol minum Yuki diberikan stiker nama oleh sang ibu. Setelah itu, ia langsung meletakkan kembali botol minum itu di tempat semula dan segera mencoret-coret mejanya.

"Kami kenal, Pak," jawab Once dan Tascha bebarengan.

"Terima kasih sudah membantu kami," ujar Once sembari menyalami Pak Basri, disusul oleh Tascha yang juga melakukan hal yang sama.

Setelah dari ruang kepala sekolah, Tascha dan Once langsung pergi ke ruang guru untuk menyampaikan temuan mereka pada Chalysta, Nico, dan juga Bu Virly sang Wali Kelas. Namun, sebelum menemukan mereka, Tascha dan Once sudah dikejutkan oleh murid-murid yang berkerumun di depan ruang guru melihat meja Yuki yang telah dicoret-coret menggunakan spidol permanen. Chalysta dan Nico juga ada di sana dan turut menjadi pusat perhatian, karena mereka mencoba membersihkan coretan di meja Yuki dengan kanebo yang dicelupkan ke dalam air yang telah dicampur dengan cairan pembersih. Melihat hal itu, Once dan Tascha segera berjalan ke arah tangga dan naik kembali ke lantai 2 untuk kembali ke kelas.

"Yuki, kita udah ketemu siapa pelakunya," ucap Once dengan nada yang tegas, seperti ia telah siap untuk memberikan pengumuman yang sangat penting.

"Cewek apa cowok?" Yuki balik tanya, karena ia juga penasaran dengan siapa pelaku yang telah melakukan tindakan tak wajar itu.

"Cewek," jawab Once singkat.

"She's Kayla," sambung Tascha.

"Kayla Shafa Putri Permadi? That girl from 11 D IPA? Antek-anteknya si Raya?" Yuki kembali melayangkan pertanyaan terkait siapa tersangkanya karena ia telah mendapatkan sebuah petunjuk.

"Yes, exactly," jawab Tascha.

"Kalian tau dari mana? Dari siapa?" Yuki yang memiliki rasa penasaran yang tinggi tak henti-hentinya memberikan pertanyaan.

"Kita dibantuin sama Pak Kepsek buat nyari pelakunya lewat rekaman CCTV," jawab Once jujur.

Mendengar kabar tersebut, tiba-tiba terbersit ide gila di benak Yuki. Ia yang sudah menghabiskan makan siangnya pun mengambil sebotol parfum merek Zwitsal yang ada di dalam tasnya. Parfum itu memiliki wangi yang Yuki suka, karena wanginya seperti wangi bayi, sama sekali tidak menyengat. Setelah menyemprotkan parfum itu ke tubuhnya, ia langsung melangkah keluar dari kelas sembari membawa botol parfum itu.

Langkah kakinya mengarahkannya pada kantin. Di kantin, ada banyak murid di sana. Wajar saja, karena jam istirahat makan siang tengah berlangsung. Yang mengagetkan, Yuki dengan cepat bisa mengetahui dimana posisi Kayla! Tanpa basa-basi lagi, Yuki langsung berjalan menuju ke arah posisi duduk gadis itu.

"Lempar batu sembunyi tangan, tapi muka lupa disembunyiin. Ups," ujar Yuki sembari menyemprotkan parfum yang ia bawa ke kuah bakso yang hendak disantap Kayla. Saking kagetnya dengan tingkah spontan Yuki, Kayla langsung terdiam dan tak bisa bereaksi apa-apa.

"HEH GOBLOK!" teriak Raya yang duduk tepat di samping Kayla. Sayang seribu sayang, teriakan Raya tak mampu membuat Yuki mengindahkannya. Yuki sudah berjalan jauh dari kantin. Ia merasa sangat puas telah memberikan pembalasan yang sempurna bagi tingkah kurang ajar Kayla.

Error : Who Is She? (02 line)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang