Di sebuah taman bermain yang ramai, seorang anak laki-laki berusia delapan tahun sedang berjongkok sambil bermain mobil-mobilan. Ia tidak memperdulikan sekitarnya dan lebih memilih untuk bermain sendiri saja. Tak jauh dari sana seorang anak laki-laki berusia sebelas tahun sedang duduk sambil membaca buku. Ia tampak seperti seorang kutu buku dan hanyut dalam dunianya. Bahkan dia tak menyadari beberapa anak-anak seusianya sedang mendekat.
"Hei kutu buku, apa yang kau lakukan disini? Hahaha" seorang anak berbadan besar mengambil buku yang dibaca anak sebelas tahun itu.
"Kembalikan bukuku" anak itu meminta, namun anak berbadan besar itu tertawa mengejek dan melempar buku itu pada temannya bergantian. Anak pemilik buku itu berusaha mengambil dengan wajah sedikit khawatir dan takut.
Pletak... Sebuah kaleng mengenai kepala salah seorang anak penganggu itu.
"Hei kalian anak jahat" anak berusia delapan tahun itu berdiri dengan wajah tanpa ekspresi.
"Seungmin, jangan mendekat!!" anak pemilik buku itu berteriak.
"Hei bocah, kau berani nih dengan kami?" anak berbadan besar mendekatinya. Seungmin tampak tak takut sedikitpun.
"Kau pabo!!" Seungmin menjulurkan lidahnya dan berlari menjauh. Anak berbadan besar itu berlari mengejarnya dan dibantu oleh teman-temannya. Seungmin melempar beberapa batu yang tadi dipungutnya pada anak-anak itu. Ia tertawa seolah mengejeknya. Anak-anak lain yang sedang bermain akhirnya menonton perkelahian itu. Mereka bersorak untuk Seungmin. Seungmin yang mendapat sorakan pun berlari lebih cepat, ia bahkan melempar pasir pada anak-anak yang mengejarnya, membuat mereka menangis karena matanya perih. Seungmin tertawa cekikikan, namun....
"Seungmin-ah!!!" sebuah suara menggelegar memecah sorakan anak-anak. Seorang wanita cantik berjalan mendekati Seungmin dengan wajah marah lalu menjewer anak itu.
"Kau itu!! Apa kau bisa tidak membuat keributan sehari saja?" itu adalah nyonya Yang, ibu dari Seungmin. Ia melihat anak-anak yang lainnya.
"Tapi eomma... Mereka yang menganggu Hyeong duluan" Seungmin membela diri. Nyonya Yang menyeret putra bungsunya ke rumah bersama dengan putra sulungnya yang sejak tadi berdiri diam disana. Seungmin waktu kecil memang sedikit aktif dan agak jahil, namun saat ia memasuki masa SMA, kepribadiannya sedikit lebih tenang. Waktu itu, penerimaan siswa baru. Seungmin sedang berjalan menuju sekolah barunya. Ia mengenakan seragam SMA nya dengan rapi dan ia juga menyisir rambutnya. Ia benar-benar berubah dari kepribadiannya yang unik sejak kecil menjadi sosok anak laki-laki yang manis dan penurut. Bahkan Ji Sung, kakanya yang baru saja lulus SMA melihatnya dengan takjub hari itu. Saat Seungmin sudah dekat di gerbang sekolahnya, tiba-tiba dia di hadang oleh beberapa seniornya dan memintanya untuk memberi mereka uang. Seungmin baru saja ingin membalas mereka saat ia mendengar suara seorang gadis berteriak di belakngnya "Yaaaa!! Hyunsuk!! Apa yang kau lakukan pada murid baru" gadis itu berjalan mendekat. Auranya seperti pimpinan genk meski wajah dan penampilannya sangat manis. Gadis itu melirik Seungmin sekilas dan mata mereka bertemu. Entah kenapa, Seungmin merasa sesuatu yang aneh padanya.
"Ketua Lee maafkan kami" Hyunsuk menyusul gadis itu.
Seungmin yang tidak ingin berurusan lagi dengan mereka pun memutuskan untuk pergi. Namun ada hal yang mengganjal di dalam hatinya. Ia terdiam sejenak bimbang, lalu akhirnya ia memutuskan untuk berbalik dan mendekati gadis itu. "Seungmin. Namaku Kim Seungmin" katanya pada gadis itu yang membuat gadis itu menatapnya heran. Wajahnya yang kaget benar-benar sangat lucu. "Aku hanya ingin kau tau. Itu saja.... Dan.... Oke aku akan pergi sekarang dan terimakasih noona" Seungmin tersenyum dan berjalan pergi. Ia bisa mendengar gadis itu bergumam "Micheoseo?!" dibelakangnya namun Seungmin tak menoleh lagi. Senyumnya mengembang hingga ke acara penerimaan murid baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Joahaeso Mian [2Min reverse]
FanfictionSeungmin tidak menyangka bahwa hubungan pernikahannya dengan Lee Min A kandas hanya beberapa bulan saja. Ia berusaha keras untuk mempertahankan pernikahannya yang sudah hampir berada diujung tanduk itu. Beberapa kali ia harus duduk di meja mediasi...