Pintu terbuka dan Seungmin masuk membawa dua buah koper besar. Ia mendorong koper itu hingga ke ruang tengah. Istrinya, Lee Min A menyusul di belakangnya. Ia langsung duduk diatas sofa dengan wajah pucat.
"aku tak seharusnya bepergian jauh dengan kondisi ini" ia mengomel sambil memijat kepalanya. Seungmin tak berkomentar karena memang dirinyalah yang meminta MinA untuk pulang ke Korea bersamanya. Ia ingin menjaga istri dan calon buah hati mereka dengan baik. Seungmin pergi ke dapur dan bertanya pada istrinya "Kau mau minum teh hangat?"
MinA yang sedang bermain bersama Soonie yang sudah lama tak ia jumpai berteriak pada suaminya "Buatkan saja jika kau ingin buatkan! Dasar! Bagaimanapun aku akan menceraikanmu kalau anak ini sudah lahir"
Seungmin menggeleng pelan sebelun menyeduh teh hangat untuk istrinya. Meskipun dia masih merasa jetlag, tapi ia ingin mengutamakan kesehatan istrinya dulu. Sejak beberapa hari ini, MinA sangat sensitif dan cepat sekali mengomel. Ibu mertua Seungmin mengatakan bahwa itu hal yang wajar bagi wanita hamil dan Seungmin juga ingin memberikan dukungan dan ingin menjadi suami siaga untuk MinA dan anak mereka nanti. Seungmin berjalan ke ruang tengah sambil membawa dua cangkir teh dan meletakannya di meja depan MinA. MinA menatapnya sebentar sebelum menyeruputnya, namun ia meletakannya lagi "Apa ini? Tidak ada rasa gulanya!" ia mengomel lagi.
"Aku sudah memasukan gula sesuai yang biasanya kau suka yeobo" Seungmin mengernyitkan alisnya.
"Itu hambar! Kau tau aku suka teh manis" MinA menatap tajam suaminya. Tanpa berkata apapun, Seungmin pergi ke dapur dan mengambil tambahan gula. Setelah menghabiskan teh, Seungmin pergi untuk mandi. Kepalanya masih terasa berat akibat perjalanan dari Amerika ke Korea.
"jagi.. Ayo mandi dulu sebelum makan malam" Seungmin menghampiri istrinya di ruang tengah, namun MinA yang kelelahan tengah tertidur nyenyak diatas sofa. Seungmin segera menghampiri MinA dan berjongkok di sampingnya. Ia tersenyum memperhatikan wajah tenang wanita yang sangat dicintainya. Seungmin tidak ingin menganggu tidur istrinya, jadi dia menggendong tubuh istrinya ke kamar dan memberikan selimut hangat padanya.
"Selamat malam jagi" Seungmin mengecup kening istrinya dan mengelus perut MinA "Kau juga harus istirahat sayang, agar kau bisa lahir dengan sehat" Seungmin tersenyum bahagia. Sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah dan tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa kebahagiaannya akan sebesar ini. Seungmin sedang mencoba untuk memasak makan malam saat ponselnya berdering dan memunculkan nama adik iparnya di layar.
"Hello" suara Innie terdengar di seberang.
"Halo In Ah-ah ada apa?"
"Mmh, eomma menyuruhku untuk menanyakan keadaan eonnie setelah perjalan panjang. Aku menelpon ke ponselnya tapi masih tidak aktif"
Seungmin tersenyum, keluarga MinA sangat baik dan mereka juga sangat menyayangi Seungmin dan MinA.
"Ah, mungkin dia belum mengaktifkan ponselnya. Sekarang dia sedang istirahat dan dia cukup baik. Jangan khawatir" Seungmin berkata lembut.
"Oh Oke oppa. Aku akan sampaikan pada eomma nanti"Innie terdengar lega membuat Seungmin tersenyum.
"Lain kali mainlah kesini saat ada waktu luang In Ah"
"Tentu, nanti aku akan datang saat eonnie lahiran. Kalau begitu sampai jumpa lagi oppa"
"annyeong" Seungmin menutup ponselnya dan melanjutkan memasak makan malam. Ia akan bekerja lebih keras sekarang. Seungmin menyiapkan beberapa makanan sehat untuk istrinya dan menyimpanya di dalam kulkas. Ia akan menghangatkannya nanti saat MinA bangun. Sebenarnya MinA sedang ngidam daging dan dia hanya mampu memakan daging saja saat ini, itupun jika tidak dimuntahkan lagi. Seungmin menutup pintu kulkas dan pergi memberi makan Soonie sebelum ia juga makan. Seungmin tak sabar membayangkan rumahnya akan lebih ramai lagi nantinya dan dia berharap semua lancar hingga hari kelahiran nanti....
KAMU SEDANG MEMBACA
Joahaeso Mian [2Min reverse]
FanfictionSeungmin tidak menyangka bahwa hubungan pernikahannya dengan Lee Min A kandas hanya beberapa bulan saja. Ia berusaha keras untuk mempertahankan pernikahannya yang sudah hampir berada diujung tanduk itu. Beberapa kali ia harus duduk di meja mediasi...