"Kedatangan kamu terlalu kejutan, untuk aku yang sedikit lelah langsung pusing. Apalagi dengan hatiku yang masih diisi oleh masa lalu. Apakah, kamu bisa menerima semuanya?"
~~ Nur Azalia Izzati ~~
***
Hitamnya langit sudah semakin pekat. Beberapa bintang tampak berserakan menghiasi langit malam. Walau tidak ramai, namun mereka masih terlihat sana-sini.
Malam semakin larut. Kehidupan sudah dalam mode beristirahat sejenak. Sunyi mulai menyeruak di beberapa bagian kota. Ya, sunyi. Namun tidak begitu sunyi dengan suasana di kepala Azalia. Gadis itu duduk termenung di ranjangnya. Ia bersandar pada dinding, dan dengan tatapannya yang kosong menatap ke depan.Kenapa Azalia termenung? Apakah dia bersedih? Tidak, kali ini Azalia tidak sedang bersedih. Atau lebih tepatnya, suasana hati dan pikirannya sedang abstrak. Semuanya sedang tidak jelas. Semuanya terlalu mengejutkan. Hingga ia hanya bisa termenung saja untuk sekarang.
Ini semua karena pembicaraannya dengan abi di beberapa saat yang lalu. Pembicaraan tersebut pun terus melayang-layang di pikiran Azalia.
"Melamar? Abi, serius?"
Abi mengangguk. "Iya, ada yang ingin melamar kamu. Kamu bersedia, kan?"
Bibir Azalia terasa kelu. Seolah dirinya membeku saat mendengar ucapan abi. Bersedia? Apakah mungkin Azalia akan bersedia dengan kabar mendadak ini?
"Maaf, Bi. Tapi, kan, Azalia masih kuliah. Gimana ..."
"Apanya yang gimana? Gak ada larangan, kan, untuk menikah ketika sedang kuliah?"
Seolah bagai ledakan di pikiran Azalia. Mendengar kabar lamaran saja sudah membuatnya kaku, apalagi dengan ditambah kata menikah.
Azalia mengerjap-ngerjap. Mencoba mencerna situasi ini. Ia yang jarang berkomunikasi dengan abi, kemudian harus terjebak dalam pembahasan serius dan sangat mengejutkan seperti ini. Untuk berbicara dengan abi saja ia gugup, apalagi dengan topik pembicaraan berat dan serius seperti sekarang.
"Iya, Bi. Memang tidak ada larangan. Tapi, Azalia merasa belum siap."
"Kenapa tidak dicoba dulu? Mungkin saja, laki-laki ini memang jodohmu."
Lisannya tak berani berucap. Bibir Azalia benar-benar kelu. Ia tidak tahu harus merespon apa. Jodoh, lamaran, dan pernikahan, sungguh ini semua belum menjadi objek dalam pemikiran Azalia. Atau mungkin, belum ingin Azalia pikirkan lagi. Ya, lagi.
"Kenapa diam?"
"Azalia ... Azalia, bingung, Bi." Gadis itu berbicara sangat hati-hati.
"Pikirkan ini baik-baik, Azalia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & 69 Hari
Romance✨HAPPY READING✨ 🌻~Selamat Menyelam dalam kisah "Aku dan Dia" yg akhirnya menjadi "Kita" dalam 69 hari~🌻 ... Kita, bagaikan air dan gula yang dicampur dalam air dingin. Sulit larut, namun tidak mustahil untuk disatukan. Kamu dengan Alquran di tanga...