~~ "Tuhan memberi kita cobaan, dan Tuhan juga memberi kita solusi. Wabah juka diciptakan tidak luput dari penawarnya. Tuhan Yang Maha Kuasa ada bersama hamba-Nya. Lalu, apa yang ingin manusia lemah ini ragukan lagi?"~~
***
Angin malam berhilir hembus ke sana dan ke sini. Celah-celah jendela sudah tertutup rapat. Namun tak tahu mengapa angin malam masih bisa menembus.
Alam semesta adalah perantara atas segala ilmu kehidupan. Seperti malam, yang mengajarkan kita bahwa gelap tak selamanya buruk. Kita masih bisa menyalakan lentera, lampu, atau cahaya penerang lainnya. Bahkan Tuhan pun memberi bintang dan bulan sebagai teman malam. Karena cobaan dan musibah tidak mungkin diberi tanpa jalan keluarnya. Bahkan semua wabah pun Tuhan berikan penawarnya.
"Hidup harus terus berjalan," desis Azalia dalam sunyi laranya. Ia meringkuk di atas kasurnya.
Azalia ingin berusaha iklas, dan menjalani skenario kehidupan ini dengan sabar. Azalia paham bahwa segala yang terjadi padanya hari ini adalah atas kehendak Tuhan, ia juga mengerti bahwa apa pun yang akan terjadi pasti adalah yang terbaik untuknya. Namun sungguh dusta, jika Azalia tidak mengkhawatirkan dirinya untuk besok hari.
Ya. Besok adalah hari baru, sekaligus akan menjadi salah satu hari terpenting bagi Azalia. Besok adalah hari lamaran antara Azalia dan Fauzan. Walau Azalia sudah menerima lamaran Fauzan, dan untuk melanjutkan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius, namun keluarga sepakat untuk adanya pelaksanaan acara lamaran dengan sedikit lebih formal. Tidak perlu dengan acara mewah. Hanya butuh sedikit walimah dan mengundang beberapa tetangga sekitar.
Azalia menengadah. Menatap langit-langit kamarnya. "Apa ... apa aku bisa mencintainya?" Tatapannya hampa, dengan segala kegelisahan diri.
Ting ...
Sebuah notifikasi terdengar dari ponsel Azalia. Ia sontak membuka room chat dengan seseorang itu. Namun setelah membaca nama si pengirim pesan, sontak membuat Azalia terbelalak. Spontan membuat Azalia bangkit dari rebahannya.
"Ustaz Fauzan?!" Tak ada hujan tak ada angin. Tiba-tiba seseorang yang sedang ia pikirkan muncul dan mengirimkan pesan padanya. Di saat hari pertama pertemuan keluarga, Azalia dan Fauzan memang sudah saling bertukar CV, ya, termasuk juga saling bertukar nomor kontak.
Bukan ragu atau tidak senang. Tetapi sungguh rasanya gugup sekali untuk Azalia membalas pesan dari beliau. Entahlah. Mungkin masih terlalu canggung.
"Assalamu'alaikum, Azalia. Ini saya, Fauzan."
Azalia membaca lirih pesan tersebut. Kemudian dengan hati-hati kedua jempol Azalia pun mulai bergerak mencari huruf-huruf di layar keyboard ponselnya.
"Wa'alaikumussalam."
Tap.
Pesan terkirim. Centang dua abu-abu. Namun tidak berselang lama kemudian sudah berubah menjadi dua centang biru. "Wah! Langsung dibaca gak tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & 69 Hari
Romance✨HAPPY READING✨ 🌻~Selamat Menyelam dalam kisah "Aku dan Dia" yg akhirnya menjadi "Kita" dalam 69 hari~🌻 ... Kita, bagaikan air dan gula yang dicampur dalam air dingin. Sulit larut, namun tidak mustahil untuk disatukan. Kamu dengan Alquran di tanga...