Dua Puluh Tiga || الباب الثالث و العشرون

17 4 10
                                    

~~"Dalam hidup, Tuhan telah menyusun waktu suka dan duka untuk kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~"Dalam hidup, Tuhan telah menyusun waktu suka dan duka untuk kita. Tetapi, terima kasih untuk kamu yang telah berusaha membahagiakan aku dengan penuh suka selama kita bersama.
I LOVE YOU."~~

***

Pesanan makanan mereka masih dalam proses penyajian.

"Lama banget, ya, datengnya," ujar Azalia, sambil menampung dagunya dengan tangan.

"Sabar, Ning. Kan pelanggan mereka bukan cuma kamu aja, kecuali ..." Fauzan menggantung ucapannya. Sontak ini membuat Azalia menoleh dan menatapnya penuh penasaran.

"Kecuali apa?" tanyanya.

"Kecuali kalo kamu minta sesuatu sama aku, pasti akan langsung aku usahakan secepatnya. Karena, cuma kamu satu-satunya gadisku."

Mendengarnya Azalia spontan mengulum bibirnya sendiri. Berusaha menahan bara rasa di hatinya. Baper? Jelas!!

"Gombal mulu, ih, Ustaz." Azalia mencubit pelan daging lengan suaminya.

"Aw! Sakit, Sayang," desis Fauzan, sambil terkekeh melihat istrinya yang salah tingkah dengan ucapannya.

"Ya kan aku gak salah? Kamu itu satu-satunya buat aku. SEPESIAL!" serunya penuh penekanan.

"Apaan sepesial? Spesial kali!"

" Iya deh terserah kamu. Itulah pokonya."

Azalia tertawa bahagia. Menertawakan suaminya yang typo dalam pengucapan. Pun, Fauzan ikut tersenyum melihat tawa bahagia sang istri. Karena, apa pun akan ia usahakan untuk tawa dan senyum bahagia istrinya.

"Kesedihan itu lumrah. Semua orang pasti punya jatah takdir untuk bersedih. Tapi ... aku akan selalu usahakan agar gadisku ini menjadi wanita yang bahagia selama bersamaku. Insyaa Allah." Fauzan menatap istrinya penuh cinta. Allah, lah, saksi utama bagaimana ia selalu melangitkan nama perempuan yang bersamanya sekarang. Hingga akhirnya, takdir memihak dan mengabulkan doanya.

"Ustaz!" seru Azalia sedikit menekan.

"Hmm?"

"Kok lihatin aku gitu banget? Ada yang salah, ya, sama penampilan aku?"

Fauzan spontan menggelengkan kepalanya. "Enggak dong. Kamu cantik banget."

Azalia sontak membuang muka. Sebenarnya ia sangat tersentuh mendengar gombalan-gombalan kasih dari suaminya itu. Namun, jujur ini juga tidak baik untuk kecepatan laju jantungnya. But for anything, jujur Azalia juga senang bisa mendapatkan semua perhatian tersebut dari lelaki halalnya. Alhamdulillah.

"Permisi. Mas, Mbak, ini pesanannya," ucap si abang penjual.

Obrolan manis mereka pun terhenti sebentar.

"Iya, Mang. Terima kasih," balas Fauzan.

Setelah si abang penjual menata pesanan, ia pun langsung berlalu kembali ke dapur tendanya.

Kita & 69 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang