Dua Puluh Dua || الباب الثاني والعشرون

11 4 11
                                    

~~"Bahagia itu sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~"Bahagia itu sederhana. Tidak butuh kemewahan dan kemegahan untuk mendapatkannya. Hanya butuh orang yang tepat di waktu yang tepat."~~

~~Selamat berusaha untuk menemukannya, atas izin Allah!~~
***

Dalam hati Azalia berteriak. Dirinya serasa ingin terbang menghilang saat itu juga. "BANGUN GAK TUHHH!"  teriaknya dalam hati.

Angin malam semakin dingin menerpa, ditambah lagi dengan laju sepeda motor yang dikendarai. Azalia pun hanya diam sambil memandangi keadaan jalan sekitar.

"Ning."

Panggilan dari Fauzan sontak meraup fokusnya.

"Kenapa, Ustaz?"

Tidak menjawab apa pun. Fauzan malah menepuk-nepuk punggungnya. Azalia yang melihatnya pun hanya memandang tanpa komentar. "Kenapa nih? Kok ngetok-ngetok punggung," pikir Azalia. "Ah, mungkin gatel kali ya?"

Azalia lalu menggaruk punggung suaminya.  Namun ia malah mendapat respon protes dari sang suami.

"Bukan digaruk!"

"Terus? Aku kira punggung Ustaz gatel, makanya ditepuk-tepuk gitu." Azalia yang masih kebingungan pun mengernyitkan dahi.

Sementara Fauzan hanya geleng-geleng kepala karena ternyata istrinya ini tidak peka diberi kode.

"Bukan digaruk, Sayang. Sini! Sandaran di punggung aku!"

Mendengarnya, Azalia pun spontan mengulum bibirnya sendiri. Salting? Jelas!

Satu detik. Dua detik. Tiga detik.

Fauzan masih belum mendapatkan respon atau pergerakan dari istrinya. "Ayo, Sayang. Gapapa, lho. Kan nyandar di punggung suami sendiri," ujarnya lagi, sambil matanya masih fokus pada jalanan.

Azalia masih saja diam. Namun ia mulai mencoba memberanikan diri. Perlahan dengan kepastian. Azalia pun menyandarkan kepalanya pada punggung Fauzan.

"Udah manggil pake julukan sayang tiba-tiba, eh, nambah disuruh sandaran. Fix aku senam jantung tiap hari ini mah."

Rasa di hati masing-masing dua insan ini pun semakin bergejolak. Fauzan yang bahagia setengah mati karena istrinya mau memenuhi permintaannya. Bahkan ia pun tak henti-hentinya tersenyum setelah sesaat Azalia bersandar di punggungnya. Seolah sejiwa-jiwanya ikut tersenyum. Begitu pula Azalia. Walau awalnya malu-malu ragu, namun bersama hilir rasa kini ia sudah merasa nyaman di punggung suaminya. Senyum bahagia pun jelas terlukis di bibirnya.

Ya. Sederhana. Ini semua sederhana. Hanya tentang permintaan seorang suami pada istrinya untuk menyandarkan tubuh padanya, dan panggilan sayang dari sang suami untuk istrinya. Namun kesederhanaan ini telah berhasil membuat dua insan ini hatinya berbunga bermekaran.

Kita & 69 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang