"It's a big surprise that never i thought about it! But it's alive, and life have to go on."
~~Nur Azalia Izzati~~
***
Hanya satu hari jeda antara hari kepulangan Azalia ke Indonesia dan hari pelaksanaan kultum. Itu artinya Azalia hanya punya satu hari untuk mempersiapkan diri dan materi untuk dipaparkan di kultum tersebut.
Si gadis bermata hitam kecoklatan itu sebenarnya sudah cukup berpengalaman untuk menjadi pemateri di acara kultum atau pengajian semacamnya. Itu dikarenakan sejak masih duduk di kelas madrasah sanawiyah ia sudah aktif mengikuti ajang musabaqah kultum beberapa kali, bahkan untuk menjadi pemateri secara langsung pun sudah pernah. Selain dari karismatik muslimah baik yang dimiliki Azalia, tentu banyaknya ilmu dan pengalaman yang ia miliki adalah yang menjadi tolak ukur untuk kenapa ustazah memilihnya sebagai pemateri di kultum tersebut.
"Hmm oke. Berarti ini untuk poin materi pertama terus poin keduanya ..."
Azalia tiba-tiba menghentikan kegiatannya. Pena yang awalnya ia genggam dan menari lentik di atas kertas itu pun ia letakkan sejenak. Sorot matanya lalu berpaling pada daun pintu kamarnya.
"Hmm." Ia bergumam tak jelas. Menghela napas berat di dadanya.
Hingga sebuah air mata lolos mengalir di bukit pipi. "Abi," sebut Azalia. Suasana hati Azalia seketika murung.
Sudah sejak kemarin sejak ia pulang dari perantauan, bahkan sejak beberapa tahun lalu ia tidak kembali ke rumah ini, dan memutuskan untuk menyewa rumah kos dahulu. Namun, ternyata jarak tersebut tidak mampu menciptakan secuil rindu di hati abi. Kecewa? Ah tidak perlu dibahas. Azalia ... sudah terbiasa merasakan hal tersebut.
"Abi? Abi gak kangen, ya, untuk ngobrol sama Azalia?" lirihnya pelan, dengan beberapa air mata yang menyusul di pipinya.
Mungkin ini juga salahnya Azalia sendiri, karena ia yang menarik diri dan menjauh dari lingkungan keluarga yang dingin ini. Namun Azalia melakukannya bukan tanpa alasan. Azalia hanya tidak ingin menambah luka lagi. Sudah cukup bukan? Sudah cukup untuk semua luka yang sudah ada, dan biarkan luka itu sedikit mengering di batin Azalia.
Dengan cara abi dan umi yang tidak menerimanya hangat di rumah ini saja sudah sangat membuat Azalia kecewa. Karena walau ia berusaha tidak berharap, tetapi faktanya anak perempuan ini masih menginginkan sambutan hangat di keluarga dingin ini. Apalagi dengan mereka yang selalu membicarakan dan membanggakan setiap hal yang ada pada Gita--adik Azalia dari umi tirinya--itu setiap saat. Azalia tidak ingin menyakiti hatinya lagi. Walau ini tidak benar, tetapi ia juga akan salah jika membiarkan dirinya sendiri terluka lagi.
Rombongan air mata semakin tidak tahu batas. Mereka mengalir begitu saja di bukit pipi Azalia.
"Mungkin, begini lebih baik. Mengurangi dialog dengan mereka, dan membiarkan diriku sendiri bermonolog."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & 69 Hari
Romance✨HAPPY READING✨ 🌻~Selamat Menyelam dalam kisah "Aku dan Dia" yg akhirnya menjadi "Kita" dalam 69 hari~🌻 ... Kita, bagaikan air dan gula yang dicampur dalam air dingin. Sulit larut, namun tidak mustahil untuk disatukan. Kamu dengan Alquran di tanga...