Delapan || الباب الثامن

18 7 12
                                    

~~ "Manusia bisa lelah, dan manusia bisa tidak berdaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~ "Manusia bisa lelah, dan manusia bisa tidak berdaya. Namun Allah akan selalu Maha Mampu dan Maha Kuasa. Karena pada hakikatnya, sebuah ciptaan memang lemah atas Penciptanya. Karena sebuah ciptaan memang harus bertawakal pada Penciptanya." ~~

***

Teriknya matahari mulai redup. Siang sudah mulai pergi. Membawa petang ke sisi tanah bumi ini. Sekarang cuaca sudah berubah menjadi lebih berawan, tidak panas dan tidak terik seperti tadi.

"LIA!" Yang dipanggil pun spontan menoleh. "Kenapa, Ran? Ngegas banget manggilnya!" tutur Azalia. Dilihat dari raut wajahnya, tampaknya sedang ada yang mengganggu suasana hati dan pikiran Rani. Azalia pun tidak ingin kalah membalas ekspresi menyebalkan yang Rani berikan.

"Kenapa sih?"

Sambil menunggu jawaban Rani yang masih terpaut wajah masam, Azalia pun bangkit dari duduknya untuk mengambil sebuah koper di atas lemarinya.

"Kamu serius mau pulang ke Indo, Lia?"

Azalia mengangguk mantap. "Iya, Ran. Aku izin pulang dulu, ya."

Tidak tahu kenapa dan mengapa, tetapi sungguh Rani merasa sangat jengkel dengan keputusan tiba-tiba yang diambil oleh Azalia. Dengan Azalia yang tiba-tiba mengajaknya ke seksi perizinan tanpa memberitahukan alasan dan tujuannya saja, itu sudah cukup membuat Rani kesal. Apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa Azalia ingin meminta izin pulang secara tiba-tiba, dan itu adalah dua hari lagi. Sungguh terasa seperti doorprize.

Rani harus terpaku, terdiam, dan terbelalak saat mendengar ucapan Azalia yang meminta izin untuk pulang ke Indonesia. Tanpa ba-bi-bu, temannya ini spontan memutuskan untuk pulang ke tanah air.

"Kenapa kamu gak ngasih tau aku dulu sih?!" gerutu Rani. Azalia yang sedang menyusun pakaiannya ke dalam koper pun hanya bisa tersenyum melihat wajah masam temannya.

"Maaf, ya, Ran. Aku gak berniat untuk gak ngasih tau kamu, cuma ... ya emang rencananya spontan, dan sangat mendesak karena ada keperluan." Azalia fokus mengambil beberapa pakaian dan barang untuk ia susun ke dalam si petak hitam besar beroda itu.

"Ya kan kamu bisa kasih tau aku dulu tadi! Males aku sama kamu ih!"

Azalia akhirnya menghentikan kegiatannya sejenak. Lucu sekali rasanya saat melihat si teman sekamar dan senegaranya ini tengah berlagak seperti bocah angon tidak diberi permen.

Azalia menghampiri Rani yang saat ini sedang duduk di atas ranjang. "Kamu ngambek sama aku, Ran?" Yang ditanya hanya menatap temannya dengan kesal. Rani enggan menjawab.  "Dih, seriusan kamu ngambek karena aku gak ngasih tau kamu kalo aku pulang?" Jujur saja Azalia ingin sekali menjaili Rani, apalagi dengan ekspresi kesal dan emosi tertahan di wajah Rani. Rasanya Azalia ingin menertawakannya.

"Aku minta maaf, ya, Rani yang cantikkk!" Azalia memberi senyuman terbaik miliknya. "Ini memang mendadak banget, dan aku harus segera pulang," tambah Azalia.

Kita & 69 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang