~~ "Manusia bisa berencana sebaik mungkin, namun rencana Tuhan tetap yang paling excellent."~~
***
Kehidupan terus berlanjut. Malam dan pagi terus bergantian datang tiap harinya. Teriknya siang dan dinginnya malam juga tidak luput membagi waktu jadwal kerja. Hidup terus berjalan. Sadar tidak sadar, kini waktu tiga hari yang Azalia miliki pun sudah berlalu.
Tiga hari yang Azalia lewati dengan rasa bimbangnya pun akhirnya telah berlalu. Tiap malam, usai salat tahajud ia pasti akan melanjutkan dengan salat istikharah. Padahal baru memutuskan untuk mau mencoba lamaran atau tidak--belum lagi untuk mau menerima atau tidak--tetapi Azalia sudah begitu bimbang.
"Apa aku bisa mencintai seseorang lagi?" Pertanyaan-pertanyaan serupa terus berkelana di pikiran Azalia.
"Ketika aku memutuskan mau mencoba berkenalan dengan seorang laki-laki, dengan tanda kutip yang spesial, itu berarti aku siap untuk mencoba jatuh cinta lagi. Tapi ... apakah aku bisa?"
Bagaimana ia bisa mencoba hubungan serius dengan seseorang, jika seseorang di masa lalu masih ada di hatinya? Apalagi seseorang tersebut masih menjadi salah satu topik pembicaraannya dengan Tuhan selama ini. Entahlah. Azalia lagi-lagi terlalu bingung.
"Gavin, kenapa kamu pergi dahulu? Kenapa harus secepat itu?" Azalia menghela napas. Merebahkan tubuhnya sesaat pada bantal. Mencari kenyamanan, namun sungguh sulit untuk mencari kenyamanan saat pikiran sedang lelah-lelahnya.
Azalia menengadah. Menatap langit-langit kamarnya yang sepetak. "Apa aku terima aja, ya, untuk coba kenalan sama laki-laki itu?"
Selama tiga hari ini, Azalia seolah merasa mendapat petunjuk hati. Hatinya mulai yakin untuk menerima dan mengenal laki-laki itu. Ya, setidaknya ia bisa mencoba. Namun di sisi lain ia juga ragu. Bagaimana ia bisa menerima seseorang lain ke hatinya suatu hari nanti, jika orang di masa lalu saja belum bisa ia relakan. Azalia ... tidak ingin merumitkan keadaan.
"Tapi ada benarnya kata Abi. Gak ada salahnya, kan, buat dicoba dulu. Mungkin dia jodohku. Tapi ..."
Huhhh ...
Entahlah akan cocok atau tidak, tetapi yang jelas Azalia tidak akan memaksakan hatinya. Karena untuk semua keputusan hidup, Azalia akan menyerahkannya pada Yang Maha Pemilik Semesta. Biarlah Allah yang membantunya melangkah dalam bumi ini. Begitu pula dalam hal ini. Kenapa Azalia bisa yakin? Itu karena adanya dorongan baik di hatinya. Seolah Tuhan menjawab istikharah Azalia.
"Azalia!"
Panggilan abi terdengar dari luar kamar. Azalia segera bergegas menghampiri beliau.
"Iya, Bi," jawabnya.
Di ruang tamu, sudah ada abi dan umi yang tampak duduk dan sengaja menunggu Azalia di sana. "Sepertinya, mereka sedang nunggu jawaban dariku," pikir Azalia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & 69 Hari
Dragoste✨HAPPY READING✨ 🌻~Selamat Menyelam dalam kisah "Aku dan Dia" yg akhirnya menjadi "Kita" dalam 69 hari~🌻 ... Kita, bagaikan air dan gula yang dicampur dalam air dingin. Sulit larut, namun tidak mustahil untuk disatukan. Kamu dengan Alquran di tanga...