~~"Kamu datang ke hidupku dengan berbagai kejutan dan ketiba-tibaan. Semoga kamu adalah doorprize terbaik di hidupku."~~
***
Rasa terkejut sungguh sangat mustahil bisa Azalia sembunyikan setelah mendengar ucapan dari calon mertuanya. Gagap saat mendengarnya, serta resah ketika harus menerimanya. Apakah harus diterima? Apakah harus secepat ini?
Saat sang calon mertua mengatakan, "... kami meminta agar akad dilangsungkan secepatnya, dan kami berharap bisa dilaksanakan langsung pada malam ini," maka saat itu pula degup jantung Azalia semakin tidak beraturan
Walau hanya dua biji mata yang terlihat di wajahnya, sirat rasa kaget Azalia tetap jelas terlihat bahkan oleh para hadirin di sana sekalipun.
"WHAT? AKAD MALAM INI?!" Ingin rasanya Azalia meluapkan rasa keberatannya akan keputusan yang sangat mendadak ini. Namun apa boleh dikata, saat ia melihat abi yang santai dan menyetujui permintaan calon besannya, ...
"Baiklah."
... maka Azalia hanya bisa katup bibir seribu kata.
"Kami berharap dengan dipercepatnya akad nikah dapat membawa kebaikan bagi putra dan putri kita," sambung sang calon besan.
Azalia seolah terperangkap dalam kelabu. Rasa ketidaksangkaan atas ucapan beliau dan abi telah berhasil membuatnya semakin kaku seribu bahasa. Ia hanya bisa kembali menunduk dan menyimak percakapan antara abi dan calon besan, dengan misuh gosip dari beberapa tamu undangan yang melintasi pendengaran Azalia.
"Baik. Jika menurut keluarga itu keputusan yang baik, kami pun tidak akan keberatan. Namun, bagaimana dengan proses surat menyurat dan lain-lainnya?" tanya abi.
"Tenang saja. Itu semua akan kami langsung yang memproses dan menyiapkannya di kemudian hari. Yang penting mereka sah dulu malam ini."
Si calon pengantin wanita hanya mampu melangitkan zikir dalam hatinya, berharap pada kebaikan dari Yang Maha Kuasa. Entahlah bagaimana keadaan si calon pengantin pria, namun tampak ia seolah juga tengah berusaha menyembunyikan rasa kagetnya.
"Yang penting mereka sah dulu? Haruskah ... secepat ini?"
"Ya Allah. Azalia serahkan semua ini pada-Mu Ya Allah. Jika memang laki-laki tersebut adalah orang yang tepat untuk hamba, dan hari ini pula adalah waktu yang tepat untuk kami bersatu dalam ikatan suci pernikahan, maka mohon lancarkan, lah, Ya Allah. Namun jika tidak, maka hamba memohon petunjuk dari-Mu." Azalia hanya pasrah. Ia tidak perduli dengan suara sana dan sini yang menyeruak kasar ke gendang telinganya.
Suara percakapan dalam forum acara tersebut masih berlangsung. Namun Azalia sudah tidak fokus lagi. Ia hanya berusaha meyakinkan dirinya atas apa yang sedang terjadi saat ini. Karena gadis itu hanya menyiapkan diri untuk sebuah acara lamaran, bukan akad nikah. Namun apa bisa dikata, jika memang ini takdirnya. Bukan urusan ingin pasrah bodoh dengan keadaan, namun Azalia yakin, bahwa tidak mungkin Allah melancarkan sebuah peristiwa tanpa adanya izin dan hikmah dari-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & 69 Hari
Romance✨HAPPY READING✨ 🌻~Selamat Menyelam dalam kisah "Aku dan Dia" yg akhirnya menjadi "Kita" dalam 69 hari~🌻 ... Kita, bagaikan air dan gula yang dicampur dalam air dingin. Sulit larut, namun tidak mustahil untuk disatukan. Kamu dengan Alquran di tanga...