~~"Manusia butuh sekian waktu dan usaha untuk menyiapkan rencana sebelum bertindak. Namun Yang Maha Kuasa hanya butuh kata 'Kun fa yakun' untuk menjadikan sesuatu itu terjadi. Demikian pula seperti pertemuan tidak terduga yang terjadi di antara kita."~~
***
Satu hari sudah berganti. Hari besok yang masih menjadi masa depan saat kemarin, akhirnya sudah menjadi hari ini. Waktu berlalu begitu ekstrim pada masa. Tanpa pilah pilih kasih.
Ting-ting ...
Suara adu sendok di teko terdengar nyaring. Suasana di dapur sunyi sekali kala itu. Semua penghuni rumah sedang duduk di ruang tamu, menyambut para tetamu dengan ramah-tamah. Namun kesunyian di sini sungguh berbalik andal dengan suasana di hati Azalia.
"Udah manis tehnya," ujarnya usai menyicip air hangat kecoklatan tersebut.
Hanya ada Azalia di dapur. Menyeduh teh dalam satu teko penuh, kemudian disajikan dalam beberapa cangkir yang tersusun di atas nampan. Ia tampak fokus membuat minuman, namun nyatanya, hati Azalia sedang tidak fokus kala ini.
Azalia sudah selesai menyajikan teh dalam cangkir-cangkir. Namun belum siap dirinya untuk membawa nampan tersebut ke ruang tamu. Ia berdiri dan terdiam. Ia hanya termenung, dengan suasana hati yang jedag-jedud.
"Harus secepat ini, kah?" gumam Azalia.
Ternyata kemarin--ketika Azalia bersama Fatma sedang mengunjungi sekolah--abi telah mengirimkan pesan padanya. Yang mengatakan bahwa keluarga pihak laki-laki yang hendak meminangnya itu akan datang bertamu esok hari, dan itu artinya adalah hari ini. Saat waktu itu setelah Azalia melakukan istikharah untuk mau mencoba berkenalan dengan si laki-laki tersebut, ternyata tidak untuk mengenal saja. Tetapi juga melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius, dan kedatangan mereka hari ini adalah untuk membahas tahapan-tahapan ke depannya. Ya, menikah.
Azalia mengintip ke ruang tamu dari dapur. Tampak mereka sedang bercakap-cakap di sana. "Mereka ngomongin apa, ya? Duh! Aku harus gimana sekarang? Mana jantung aku udah kayak disko lagi." Azalia menghela napas. Memejam matanya erat, berusaha menguatkan dirinya.
"Huh. Bismillahirrahmanirrahim," desisnya, kemudian meraih sebuah kain persegi panjang dengan tali di tiap sudut atasnya. Ia pasangkan kain itu dengan telaten di wajahnya, hingga hanya sepasang mata dan dahi saja yang terlihat.
Pergi ke Mesir sudah menjadi langkah besar untuk Azalia menjadi pribadi yang lebih baik. Hijrahnya benar-benar tertata di sana, dan salah satu daripada langkah hijrah tersebut adalah bercadar. Azalia beristikamah untuk bercadar, bahkan saat kembali ke Indonesia pun, ia tetap memakai kain suci tersebut ketika tiap kali akan bertemu yang bukan mahram.
Dengan pakaian yang sudah sempurna menutup aurat, Azalia mulai menggenggam dua sisi ujung dari nampan tersebut. Langkahnya ia mantapkan, hingga kemudian ia membawa nampan berisi cangkir teh tersebut kepada para tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & 69 Hari
Romance✨HAPPY READING✨ 🌻~Selamat Menyelam dalam kisah "Aku dan Dia" yg akhirnya menjadi "Kita" dalam 69 hari~🌻 ... Kita, bagaikan air dan gula yang dicampur dalam air dingin. Sulit larut, namun tidak mustahil untuk disatukan. Kamu dengan Alquran di tanga...