Enam Belas || الباب السادس عشر

15 4 20
                                    

"Akankah, aku dan kamu, jadi kita selamanya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akankah, aku dan kamu, jadi kita selamanya?"

***

Kesunyian mulai menguasai malam. Begitu pula suasana pondok pesantren yang kini mulai sepi tanpa ada yang berkeliaran. Semua santriwan dan santriwati telah kembali ke asramanya masing-masing. Hanya tinggal beberapa pengurus atau ustaz yang masih terlihat di sana dan sini haul pesantren.

Acara akad sudah selesai. Kini sudah waktunya untuk beristirahat dari rasa lelah. Keluarga Fauzan juga menginap malam ini di Pondok Pesantren Genturi. Mengingat sudah sangat larut malam jadi tidak mungkin jika mereka langsung pulang.

Abi, Umi, dan Azalia mengantarkan mereka ke homestay pondok. Di sana juga ada Fauzan yang ikut mengantarkan keluarganya. Homestay ini biasa digunakan untuk menjamu tamu pondok atau wali santri yang datang dari daerah jauh.

"Selamat beristirahat, Pak," ujar abi pada besannya. Ya, mereka sekarang sudah resmi menjadi besan, bukan calon lagi. Karena putra dan putri mereka kini sudah sah dalam ikatan pernikahan.

Tak lupa Azalia pun menyalami tangan kedua mertuanya. "Selamat istirahat, ya, Pak, Bu." Tampak ibu mertua sangat senang dengan sang menantu. "Iya. Kalian juga istirahat, ya." Fauzan kemudian juga ikut mencium tangan ibu dan ayahnya.

Hari mulai semakin larut. Abi, umi, Azalia, dan Fauzan pun pamit pada mereka untuk kembali ke rumah. Fauzan ikut pulang dengan Azalia dan mertuanya, karena mereka kini sudah halal dalam hubungan pernikahan, maka tentu Azalia dan Fauzan akan tidur dalam satu bilik kamar.

Selama perjalanan balik dari homestay ke rumah, Azalia dan Fauzan hanya diam tanpa ada tegur atau sapa. Sedangkan abi dan umi jalan terus bersama di depan, meninggalkan sepasang pengantin baru yang masing canggung-canggung ini di belakang.

"Mang boleh se-canggung ini?"

Azalia uring-uringan dengan kondisi seperti ini. Canggung memulai percakapan, bingung harus bersikap bagaimana, malu-malu kucing, ditambah lagi dia yang tidak boleh ke mana-mana, harus terus bersama laki-laki berstatus suaminya ini.

Dua mata indah yang ada terlihat itu pun hanya terus menunduk. Sepertinya Azalia akan sangat betah menunduk jika dalam kondisi seperti ini. Ia bingung dalam kebingungannya. Rumit, bukan? Jika tidak memakai cadar mungkin eskpresi bingung dan malu-malunya sudah tidak bisa dibendung lagi.

Fauzan pula tidak kalah sunyi. Pria tersebut hanya menunduk, belum berani menatap gadisnya lama-lama. Padahal jalan beriringan, tapi sunyi tidak ada percakapan. Seperti sedang ada di beda tempat. Begitu terus. Mereka terus menunduk bahkan hingga sampai ke rumah.

"Nak," panggil abi, yang membuat sepasang kekasih baru ini menoleh bersamaan.

"Kalian langsung istirahat, ya. Kamar Azalia sudah disiapkan untuk kalian berdua tidur malam ini. Walau tidak luas, namun semoga bisa cukup untuk kalian berdua merasa nyaman."

Kita & 69 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang