Dua Puluh || الباب العشرين

17 5 19
                                    

~~"Dia adalah kejutan di hidupku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~"Dia adalah kejutan di hidupku. Kejutan yang seolah dalam sekejap mata datang dan merubah status hidupku, dan dia pula adalah salah satu kejutan terbaik di hidupku."~~

***

Suara halus nan kecil sang suami pun menyapa pendengaran Azalia.

"Aku izin buat kiss kamu, ya?"

Demi apa pun. Jantung Azalia serasa ingin melompat waktu itu. Tahu, kan, gimana rasanya ketika sedang kondisi yang antara tidur dan sadar. Kemudian dihadapkan perlakuan seperti ini, apa tidak melompat-lompat jantung Azalia? Seolah kesadaran menerobos paksa ke dirinya.

Spontan, pula Azalia memberi anggukan. Seolah memberi isyarat bahwa ia mengizinkan Fauzan untuk melakukan tujuannya. Fauzan pun tak kalah senang saat mendapat anggukan tersebut.

Cup.

Perlahan dan pasti. Akhirnya sebuah kecupan mendarat lembut di kening Azalia.

"Gemes banget sih. Merem, tapi senyum-senyum," batin Fauzan bermonolog.

Lengkungan manis pun terlukis di bibir Fauzan. Walaupun sang istri menutup matanya rapat-rapat, namun senyum malu-malunya sudah menjadi pertanda bahwa dia telah terjaga dan sadar saat ia menciumnya.

"Assalamu'alaikum. Aku udah balik dari masjid," ujar Fauzan, dengan ia masih menatap dekat wajah gadisnya.

Pun, Azalia mulai membuka matanya. "Eh. Waalaikumussalam." Ia berlagak kaget.

"Baper akut ini mah." Rasanya hati Azalia ingin menjerit.

Melihat jarak antara wajahnya dan Fauzan yang begitu dekat, sontak membuat Azalia bangun untuk duduk. Fauzan pun mundur sedikit dan memberi ruang untuk istrinya duduk.

Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
Mereka terpaku dengan saling menatap.

"Hari ini, Ustaz, jadi mulai kerja ke bengkel, kan?" Akhirnya Azalia bersuara. Mengalihkan pada pembicaraan agar keheningan penuh canggung tidak semakin merajalela.

"Hmm, iya." Fauzan mengangguk mengiyakan.

"Ya udah, siap-siap, ya. Azalia siapin bajunya,"

"Oke." Lagi-lagi Fauzan menampilkan senyum terbaiknya untuk Azalia, yakni sang istri tercinta.

"Mang boleh se-senam jantung ini tiap saat?" Azalia terus berharap, semoga mukanya tidak menjadi merah seperti tomat.

Dengan gugup yang sedikit gagap. Azalia pun bangkit dari ranjang. Ia mengalihkan pandangannya dari sang suami. Kemudian berlagak seperti sedang membenarkan kerudungnya di cermin. Sebisa mungkin, Azalia berusaha menetralkan kecanggungan dan gejolak kegugupan di jantungnya.

"Ustaz."

Ternyata yang dipanggil memang sedang memperhatikan gerak-gerik istrinya. "Hmm?" lirih Fauzan, sambil ia memandang lurus yakni menatap Azalia.

Kita & 69 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang