~~"Dia selalu punya cara tersendiri untuk membuatku tersenyum. Dia sederhana, namun dengan kesederhanaannya berhasil membuatku bahagia. Andai aku meminta waktumu untuk selamanya, apakah boleh? Apalagi itu egois?"~~
***
Hari sudah semakin petang. Semburat jingga di hamparan langit pula sudah semakin terlihat. Namun walau begitu, ini tidak menjadi penghalang bagi si gadis bermata coklat itu untuk pergi ke luar rumah.
Dengan bergegas dan sedikit panik, Azalia mengenakan jilbab dan cadarnya cepat-cepat. Ah, mungkin bukan sedikit panik, tetapi ia sangat panik.
Fauzan tadi mengirimkan pesan padanya. Awalnya semua masih aman saja. Suaminya itu hanya memintanya untuk mengirimkan lokasi rumah, karena dia belum hafal jalan pulang. Namun setelah beberapa saat, Azalia malah mendapat pesan baru yang sangat mengagetkan.
"Kok bisa nyasar sih?!" gumam Azalia sambil mengenakan sandal jepit. Ya. Fauzan tersesat di jalan pulang.
Drttt ...
Ponsel di genggamannya berdering, dan itu adalah panggilan dari Fauzan. Fauzan melakukan panggilan video.
"Assalamu'alaikum, Ustaz." Sosok tampan di seberang sana terlihat dari layar ponsel
"Waalaikumussalam, Ning."
"Ustaz di mana sekarang?" tanya Azalia to the point.
"Aku gak tau, Ning. Kayaknya rumah kita gak berkomplek deh, tapi kok aku malah ke komplek-komplek gini, ya, Ning? Mana sepi banget lagi."
Azalia hanya bisa tersenyum. Melihat wajah datar sang suami yang sedang tersesat, serta dengan ekspresinya yang santai saja. Padahal dia sudah sangat khawatir.
"Ustaz keluar dari komplek itu dulu, gih. Terus tunggu aku di sana. Sharelock kompleknya ke aku, oke?"
"Sip. Jemput aku ya Ning."
Mereka lalu menutup panggilan video tersebut dengan salam. Beberapa detik kemudian Fauzan sudah mengirimkan lokasinya pada Azalia. Pun, Azalia segera bergegas ke tempat tersebut.
"Gasss jemput suami," gumamnya sambil berjalan. Syukurlah lokasi Fauzan sudah tidak jauh dari rumah. Masih mungkin untuk dijangkau dengan berjalan kaki.
Sejujurnya Azalia merasa geli hati sendiri karena tragedi suaminya yang tersesat ini. Beberapa kali ia sempat tertawa kecil sambil berjalan. "Lucu banget sih suami aku. Pake acara nyasar segala."
***
Langit sudah semakin orange. Bahkan sudah hampir gelap. Muazin di masjid pula sudah mengumandangkan azan. Kini, sudah masuk waktunya magrib.
Azalia dan Fauzan pun baru saja tiba di rumah. Dengan Azalia yang diam-diam terus tersenyum geli di balik cadarnya.
"Ning," panggil Fauzan, saat istrinya sudah membuka cadarnya. Mereka berdua sekarang sudah di dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita & 69 Hari
Romance✨HAPPY READING✨ 🌻~Selamat Menyelam dalam kisah "Aku dan Dia" yg akhirnya menjadi "Kita" dalam 69 hari~🌻 ... Kita, bagaikan air dan gula yang dicampur dalam air dingin. Sulit larut, namun tidak mustahil untuk disatukan. Kamu dengan Alquran di tanga...