Tiga Belas || الباب الثالث عشر

17 5 14
                                    

"Kita sama-sama diam dan tak saling bicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita sama-sama diam dan tak saling bicara.
Aku yang menundukkan wajahku dan kamu yang menjaga pandanganmu.
Lalu tanpa sengaja kita bertukar tatap, tanpa ada sepatah kata yg terucap.
Hanya kamu tersenyum singkat kepadaku dan aku juga membalasnya dengan senyuman tersembunyi di balik khimarku."

~~Maret, 2023~~

***

Azalia kelimpungan mengulik memori tentang si laki-laki bernama Fauzan yang telah melamarnya. Namun asmara kelabu ternyata telah ada sejak saat itu, dan ternyata Azalia sungguh tidak menyadarinya selama ini.

"Kalo itu bener dia, apa dia suka aku dari sejak saat itu?" Entahlah penting atau tidak, namun yang jelas Azalia benar-benar sudah memusingkan fatwa di ingatannya.

"Tapi ... masa sih? Itu, kan, udah lama banget, dan ...?"

Ia terus menerka-nerka dalam asa. Memandang lampung namun tak kunjung rampung. Kejadian beberapa tahun lalu itu akhirnya berputar bak reka ulang di kepala Azalia.

Tujuh tahun silam, di 2016.

Saat itu seorang Nur Azalia Izzati masih duduk di kelas tiga madrasah sanawiyah dengan usianya yang masih enam belas tahun.

Hari itu abi mengajak Azalia untuk ikut dengannya pergi ke Kabupaten Kuningan, di Jawa Barat. Abi ke sana ialah untuk menemui rekannya yang ada di Pondok Pesantren Riyadlul Hadi. Azalia pun tidak tahu pasti akan apa maksud dan tujuan abinya. Ia hanya manut dan mengikuti ajakan beliau saja.

Sesampainya mereka di pondok pesantren tersebut, abi pun tampak langsung akrab dan bertegur sapa dengan rekannya tersebut. Sedangkan Azalia yang masih bocah Mts ini hanya bisa tersenyum kaku dengan penuh segan. Hanya bisa celingak-celinguk saja. Hingga akhirnya karena merasa bosan, Azalia meminta izin pada abi untuk berkeliling melihat-lihat sekitar pondok.

"Iya, boleh. Tapi jangan jauh-jauh, jangan sampai nyasar," ujar abi mengizinkan.

Azalia tersenyum lebar. "Baik, Abi."

Alhasil pergilah si gadis kecil. Berjalan tanpa arah jelas, hanya lurus saja mengikuti deretan bangunan yang tersenyum, karena ia pun tidak tahu lokasi tempat ini. Azalia bahkan tidak tahu pasti ia sedang ada di kawasan putra atau putri. Sesekali ia melihat ada santriwati yang berlalu lalang, namun sesekali juga ada santriwan yang lewat. Entahlah, Azalia tidak tahu.

"Assalamualaikum, Ukhti."  Suara tersebut lumayan membuat Azalia kaget. Seorang santriwan menyapanya. Si santriwan itu datang bersama dua temannya.

"Waalaikumsalam," jawab Azalia datar.

"Ukhti, mau ke mana?" tanyanya. Entahlah, mungkin hanya perasaan Azalia saja, namun mereka bertiga tampak ingin basa-basi kebasian dengan Azalia, dan Azalia sungguh malas untuk meladeni.

Kita & 69 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang